RMOL. Jurubicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, marah dengan pihak-pihak yang menghubungkan kerusuhan di Tunisia dan Mesir akan melanda Indonesia.
Sebelumnya, Sultan Hamengku Buwono X, menyatakan bahwa kerusuhan di Mesir bisa terjadi di Indonesia jika institusi negara yang seharusnya melindungi rakyat namun tidak menjadi pelita bagi rakyat. Beberapa waktu lalu, hal senada juga disampaikan oleh anggota Komisi I DPR Tanthowi Yahya. Menurut Tanthowi, dimanapun, kalau rezim penguasa menindas rakyat, makan perlawanan akan mencuat.
"Saya katakan, tolong catat dengan tebal. Sultan, Tanthowi itu (maaf) goblog," kata Ruhut, kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Minggu, 30/1).
Menurut Ruhut, kondisi sosial politik di Tunisia dan Mesir sangat berbeda dengan Indonesia. Katanya, Tunisia dan Mesir dipimpin oleh rezim diktator, persis seperti Indonesia ketika dipimpin oleh rezim Soeharto. Sedangkan Indonesia kini, masih kata Ruhut, merupakan negara demokrasi terbesar di dunia. Selain itu, kedua negara di Afrika itu menjadikan kekuasaan sebagai panglima, sedangkan di Indonesia kekusaan berada di dalam payung hukum.
"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya," kata Ruhut.
Ruhut pun menantang Sultan dan Tanthowi untuk memprediksi politik masa depan Indonesia. Dia berani bertaruh bahwa SBY tidak akan goyah sebab didukung oleh 63 persen rakyat Indonesia.
"Kalau SBY jatuh, potong leher saya. Kalau SBY tidak goyang, saya tantang si Sultan dan si Tanthowi untuk potong leher mereka," demikian Ruhut.
=========================
Sultan HB X: Kerusuhan Mesir Bisa Terjadi Juga di Indonesia
Tidak mustahil, krisis politik di Tunisia dan kerusuhan melawan rezim Husni Mubarak di Mesir akan merembet ke Indonesia.
Demikian disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X di sela-sela acara simposium Nasional Demokrat (Nasdem) di JCC, Kemayoran, Jakarta (Minggu, 30/1).
Menurut Sultan, kerusuhan di Mesir bisa terjadi di Indonesia, jika masyarakat tidak percaya lagi pada institusi yang seharusnya memberikan arahan dan menjadi pelita bagi rakyat. Agar tidak terjadi delegitimasi kepada pemerintah, Sultan menyarankan, agar pemerintah segera memberikan klarifikasi kepada rakyat.
"Mana aspek yang ada kebenaran dan mana aspek pembohongan," demikian Sultan.[yan]
=========================
Mesir Sepi Dan Mencekam
Kumpulkan Amunisi, Demonstran Sibuk Bergerilya
bukota Mesir, Kairo, sejenak beristirahat setelah jadi pusat tumpahan kemarahan para aktivis demonstran, Rabu (26/1).
Di Bundaran Tahrir, pusat kota Kairo, tampak tenang setelah terjadi unjuk rasa hebat yang dijuluki sebagai “Yawmul Ghadhab (Hari Kemarahan).” Meski aura mencekam belum mereda, suasana di sana sudah sepi dan hanya tersisa para pekerja kebersihan melakukan tugasnya dan ratusan aparat keamanan yang rutin berjaga-jaga.
Nampaknya para aktivis di seantero Mesir sedang tiarap mengumpulkan massa dan “amunisi” lagi dengan cara bergerilya. Mereka, para penentang rezim Hosni Mubarak kucing-kucingan dengan pihak kepolisian di jalan dan perkampungan sampai Kamis (27/1) dinihari.
Seperti diketahui, unjuk rasa “hari kemarahan” di Kairo dan sejumlah kota lainnya telah menewaskan tiga orang termasuk polisi. Ratusan orang juga dikabarkan telah ditahan dan diinterogasi pihak berwajib.
Selain di Kairo, sejumlah kota provinsi lainnya seperti Suez, Ismailiyah, Fayyum, Qalyubia dan Iskandariyah juga terjadi unjuk rasa serupa.
Para pengunjuk rasa menuntut pembubaran parlemen yang terpilih dalam pemilihan pada November 2010 dan mendesak Presiden Hosni Mubarak untuk tidak lagi mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada akhir tahun ini.
Polisi menggunakan beberapa puncak gedung di sekitar Bundaran Tahrir untuk menembakkan gas air mata terhadap pengunjuk rasa. Menteri Dalam Negeri Mesir Habib Al Adly mengatakan, pihaknya akan mengambil tindakan tegas terhadap pengunjuk rasa yang mengganggu ketertiban umum.
Mendagri Al-Adly memang membolehkan para pengunjuk rasa untuk menyampaikan inspirasi mereka, namun dia mewanti-wanti agar tidak mengganggu keamanan.
Ayman Nur, tokoh oposisi yang pada pemilihan presiden pada 2005 meraih suara terbanyak kedua setelah Mubarak mengatakan keyakinannya bahwa Mesir akan menyaksikan revolusi total seperti terjadi di Tunisia. “Revolusi di Tunisia segera akan terjadi di Mesir,” ujarnya.
Namun, kalangan pengamat mengatakan bahwa Presiden Mubarak masih memiliki kekuatan karena didukung kuat oleh militer.
“Para pemimpin militer masih loyal kepada Mubarak. Hal itu berbeda dengan Ben Ali yang jatuh akibat ia tidak lagi disokong militer,” kata analis politik Amr Mostafa, dalam debat di jaringan televisi Al-Jazeera.
Meski begitu, tersiar kabar para demonstran akan melanjutkan aksi demo dengan skala lebih besar pada hari ini. “Muslim Mesir dan umat Kristiani akan bersama-sama berjuang melawan korupsi, pengangguran, penindasan dan ketidak bebasan,” tulis seorang aktivis via facebook-nya.
Pemerintah Mesir langsung menghadang aksi penggalangan massa dengan memblokir situs mikroblogging Twitter. Nasib serupa dialami Facebook, YouTube, Person.com dan veoh.com. Namun beberapa warga Mesir mengklaim masih bisa mengakses situs-situs tersebut lewat telepon genggam. [RM]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar