Beta-UFO: Crop Circle Sleman Asli Buatan Alien


Meski para ilmuwan mengatakan Crop Circle (CC) Sleman merupakan buatan manusia, namun penyelidikan Beta-UFO mengatakan hal sebaliknya.

Menurut Founder Beta-UFO Nur Agustinus, penyelidikan tim Beta-UFO menemukan bahwa posisi tanaman di Sleman memang dalam keadaan rebahan. Perbedaannya dengan di luar negeri hanya terletak pada jenis tanaman, di luar negeri biasanya jagung dan gandum.

“Tak semua tanaman rebah karena terkena panas,” kata pria yang akrab disapa Nur saat diwawancara INILAH.COM via telepon (25/1). Ia menyebutkan bahwa kejadian tanaman rebah itu bisa disebabkan karena getaran suara.

Pada penelitian-penelitian CC, frekuensi suara diketahui mampu merebahkan tanaman dan membuatnya seakan layu. Berdasarkan penelitian Beta-UFO, CC di Sleman sama dengan CC yang ada di luar negeri.

Pada kasus Sleman, warga juga mendengar suara mendengung atau gemuruh di sekitar setengah jam pada pukul 23.00. Beta-UFO menyimpulkan bahwa kemungkinan besar CC Sleman asli bukan buatan manusia.

"Crop Circle itu menang ada kaitannya dengan UFO," tandasnya. [vin]

Pengamat Yakin Crop Circle Sleman Buatan Manusia

Masyarakat Sleman, Yogyakarta gempar kemunculan pola lingkaran teratur di sawah padi. Namun peneliti riset LAPAN tak yakin itu hasil karya alien. Ini hasil karya manusia.

Pernyataan itu diungkapkan peneliti senior astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin. Secara umum, pola di Sleman banyak dijumpai di luar negeri, terutama Inggris. Meskipun sebagian pihak mempercayai ini bukti keberadaan alien ataupun UFO, Thomas membantahnya.

Menurut Thomas, UFO tidak dapat dibuktikan secara ilmiah karena penjelasan saksi cenderung bersifat kabar bohong, rekayasa atau tergolong pseudosains (sains semu). Meskipun banyak astronom yang meyakini kehidupan makhluk asing selain manusia, Thomas masih ragu kedatangan alien di indonesia karena tidak ada bukti fisik.

“Kalau UFO tidak ada, maka pola geometris crop circle dipastikan bukan disebabkan oleh manuver pesawat antariksa atau UFO,” ujar Thomas.

Menurut keterangan di blog miliknya, pola geometris di Sleman bukan juga disebabkan oleh puting beliung atau pengaruh elektromagnetik dari SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi milik PLN). Puting beliung tidak akan menghasilkan pola yang rapih. SUTET pun tidak akan memberi dampak pola geometris, karena tanaman padi tidak terpengaruh oleh medan listrik atau medan magnet dari jaringan listrik itu.

“Saya menduga itu hasil rekayasa tangan-tangan kreatif. Di banyak negara terbukti crop circle adalah hasil rekayasa kreatif manusia. Pada 1990-an dua orang Inggris buka rahasia bahwa sekian banyak crop circle di Inggris adalah hasil karya mereka,” ungkap Thomas di blog.

Masyarakat Inggris mempraktikkannya dengan menggunakan tali dan papan. Tancapkan satu tonggak sebagai pusat lingkaran. Lalu tali digunakan untuk membuat pola lingkaran, sementara papan yang digantung pada tali diputar sambil diinjak mengelilingi tonggak tersebut. Injakan membuat batang padi tumbang.

Radius lingkaran tergantung pengaturan letak papan yang diinjak-injakkan. Pola garis lurus dan segitigajuga bisa dibuat dengan cara-cara yang kreatif. Jangan takut jejak kaki terlihat, karena kaki menginjak batang-batang tanaman yang rebah. [mor]

Inilah Cara Mengetahui Keaslian Crop Circle

Kemunculan Crop Circle (CC) di Sleman menggemparkan warga sekitar. Menurut Beta-UFO, lembaga yang memperhatikan masalah UFO di Indonesia, ada berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui keaslian crop circle.

Pertama, biasanya akan muncul medan elektromagnetik statis di sekitar lokasi kemunculan CC. Efek ini akan terjadi ketika menyalakan ponsel di daerah itu, maka sinyal akan hilang.

Namun, ketika bergerak menjauh maka sinyal akan kembali lagi. Selain itu, elektromagnetik juga mempengaruhi hewan, kucing dan anjing misalnya. Mereka biasanya akan merasa takut saat berada di lokasi semacam ini.

Kedua, kadar radiasi pun bisa diukur. Pada banyak kasus CC di Inggris biasanya kadar radiasi di lokasi CC akan tinggi dibanding lainnya.

Ketiga, bisa dilihat dari struktur runtuhan tanaman, biasanya pada CC asli hanya berupa runtuhan bengkok (bending) seperti tiba-tiba dipanaskan kemudian dibekukan lagi. Menurut Direktur Beta-UFO, Bayu Amus, terkadang pada tanaman akan terjadi mutasi genetik namun hal itu sulit dilihat.

Mudahnya, orang bisa melakukan uji coba di lokasi aslinya. “Mungkin tidak membuat pola sama dengan hanya menginjak-injak saja,” paparnya.

Menurutnya, jika CC merupakan buatan manusia, maka rebahan tanaman yang diinjak manusia biasanya masuk ke dalam lumpu sawahnya. Seperti diketahui, pada hari ini pula Beta-UFO melakukan penelitian disana dan hasilnya akan diketahui esok hari. [vin]

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya