Ditemukan!, Gunung Api Raksasa

Ditemukan!, Gunung Api RaksasaMay 31, '09 6:22 PM
for everyone
Teknologi
31/05/2009 - 10:09
 
(Istimewa)

INILAH.COM, Jakarta - Sebuah gunung api raksasa ditemukan di Palung Sunda di Barat daya Sumatera. Gunung ini sangat berbahaya bila meletus, karena bisa menimbulkan gelombang besar di permukaan laut, bahkan tsunami.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan geologi, Bandung menilai penemuan gunung api raksasa setinggi 4.600 meter merupakan gunung api terbesar di Indonesia.

"Gunung Kerinci yang tingginya sekitar 3.800 meter dan Gunung Semeru sekitar 3.600 meter kalah dengan gunung yang baru ditemukan di perairan Bengkulu tersebut. Kalau gunung ini memang benar gunung api, maka gunung ini merupakan gunung api terbesar di Indonesia," kata Kepala PVMBG Badan Geologi, Bandung, Surono, di Jakarta.

Lokasi gunung tersebut berada di Palung Sunda di Barat daya Sumatera, 330km dari Bengkulu, di kedalaman 5.900 meter dan puncaknya ada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut serta memiliki diameter 50 km.

Menurut dia, para peneliti harus penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kepastian gunung merapi itu, seperti tingkat keaktifan magmanya, memiliki lubang pada bagian atasnya sebagai tempat untuk keluar letusan dan lainnya.

Menurut dia, bila gunung itu merupakan gunung merapi, maka sangat berbahaya bila meletus. Karena gunung yang berada di tengah laut itu bisa menimbulkan gelombang besar bahkan tsunami. Oleh sebab itu perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi hal itu.

"Para peneliti juga harus melakukan pengawasan dan pemantauan mengenai kondisi gunung tersebut. Serta membuat peta rawan bencana di sekitar gunung itu, sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Surono memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral CGG Veritas dan Institut de Physique Globe) Paris yang menemukan gunung api raksasa tersebut.

Ia memprediksi gunung api yang ditemukan itu sebelumnya pernah beberapa kali meletus, sehingga material-material letusannya membuat gunung itu semakin besar seperti sekarang ini.

Sebelumnya, Riset Kelautan BPPT, LIPI, Departemen ESDM dan CGGVeritas serta IPG (Institut de Physique du Globe) Paris menemukan adanya gunung api raksasa bawah laut dengan diameter mencapai 50km dan tinggi sampai 4.600 meter di 330km arah barat Kota Bengkulu.

"Gunung api ini sangat besar dan tinggi. Di daratan Indonesia tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua," kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/5).

Gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, ia mengaku belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api tersebut.

"Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus," katanya.

Survei yang menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas itu merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik.

Tujuan dari survei tersebut untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50km), meliputi Palung Sunda, Prisma Akresi, Tinggian Busur Luar (Outer Arc High) dan Cekungan Busur Muka (Fore Arc Basin) perairan Sumatera.

Sejak kejadian gempa dan tsunami pada akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumtera yang menarik minat banyak peneliti asing.

Tim ahli dari Indonesia, AS dan Perancis kemudian bekerjasama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam (deep seismic image).[*/ito

Temuan Gunung Raksasa Bawah Laut Pecahkan Rekor

Temuan Gunung Raksasa Bawah Laut Pecahkan RekorMay 31, '09 5:57 PM
by tree for everyone
Jumat, 29 Mei 2009 | 20:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gunung raksasa yang ditemukan di perairan barat Sumatera mungkin memecahkan rekor sebagai gunung berapi terbesar di Indonesia. Demikian menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

"Gunung Kerinci yang tingginya sekitar 3.800 meter dan Gunung Semeru sekitar 3.600 meter kalah dengan gunung yang baru ditemukan di perairan Bengkulu tersebut. Kalau gunung ini memang benar gunung api, maka gunung ini merupakan gunung api terbesar di Indonesia," kata Kepala PVMBG Badan Geologi, Bandung, Surono di Jakarta, Jumat (29/5).

Lokasi gunung tersebut berada di Palung Sunda di barat daya Sumatera, terletak kira-kira 330 km dari Bengkulu. Tingginya diperkirakan 4.600 meter dengan puncaknya ada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut. Diameternya diperkirakan sekitar 50 km.

Ia memprediksi, gunung api yang ditemukan itu sebelumnya pernah beberapa kali meletus sehingga material-material letusannya membuat gunung itu semakin besar seperti sekarang ini. Menurut Surono, para peneliti harus meneliti lebih lanjut untuk mengetahui kepastian gunung merapi itu, seperti tingkat keaktifan magmanya, memiliki lubang pada bagian atasnya sebagai tempat untuk keluar letusan dan lainnya.

Bila gunung itu merupakan gunung berapi, lanjut Surono, akan sangat berbahaya bila meletus. Gunung api yang berada di tengah laut itu bisa menimbulkan gelombang besar di permukaan laut, bahkan tsunami. Oleh sebab itu, perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi hal itu.

"Para peneliti juga harus melakukan pengawasan dan pemantauan mengenai kondisi gunung tersebut serta membuat peta rawan bencana di sekitar gunung itu sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Surono memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral CGG Veritas dan Institut de Physique Globe Paris yang menemukan gunung api raksasa tersebut.


WAH
Sumber : Antara

Polisi Bongkar Sindikat Jual ABG Rp2 Juta

 
Selasa, 26 Mei 2009 13:54 WIB
 
SURABAYA(Pos Kota)-
Polres Sidoarjo, Jawa Timur berhasil membongkar perdagangan perempuan belia yang dilakukan oleh seorang waria bernama Novi.

Dilihat dari  foto-foto gadis yang dijadikan barang bukti polisi, gadis-gadis panggilan koleksi tersangka Novi cukup berkelas. Wajah mereka cantik-cantik dan tubuhnya juga proporsional. Novi mengaku, sebagian di antaranya, berprofesi sebagai SPG (sales promotion girl).

Sehingga tidak heran kalau lelaki hidung belang mau merogoh koceknya sampai Rp2 juta untuk memboking para perempuan-perempuan belia itu. Cewek-cewek pemuas nafsu yang disediakan Novi juga bisa dipanggil setiap saat.

Untuk mencari mangsa yang akan dijajakan ke pria hidung belang, bagi waria yang memiliki nama asli Vino Aditya itu cukuplah mudah.Karena dia sudah berpengalaman sebagai penyedia cewek panggilan sejak sekitar 4,5 bulan.

"Para gadis itu datang sendiri dan minta dicarikan konsumen," aku dia.

Salah satunya SA, yang masih di bawah umur. Dia datang sendiri ke waria yang juga membuka salon di kawasan Sarirogo, Sidoajo, ini. Kalau transaksinya oke, Novi langsung mengantar ayam-ayamnya (sebutan gadis pemuas nafsu) ke pemesan.

Biasanya lelaki hidung belang itu sudang menunggu di hotel berbintang yang ada di Sidoarjo maupun Surabaya.

Bahkan untuk menjual gadis-gadis tersebut tersangka Novi mengaku tidak hanya melayani pemesan di Sidoarjo saja. Pemesan di beberapa kota lain, seperti di Surabaya dan Malang juga dia layani.

Kasatreskrim Polres Sidoarjo, AKP Viktor Makboun, mengatakan tersangka dijerat dengan pasal 2, pasal 12, dan pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007 tentang perdagangan orang. Selain itu juga pasal 83 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman 3 tahun sampai 15 tahun penjara.

--------------------------------

Notes :

Waspadalah yang punya anak gadis! Bisa pesan buat jarak jauh lagi --- :(

Wuih! Anak SMP Bisa Kelola Situs Sekolah Sendiri

Wuih! Anak SMP Bisa Kelola Situs Sekolah Sendiri
Andrian Fauzi - detikinet

Peluncuran Situs (afz/inet)
Bandung - Decak kagum meluncur dari mulut seratus-an tamu undangan yang hadir saat peluncuran situs SMP Negeri 2 Bandung. Bagaimana tidak, situs resmi sekolah itu murni dibuat oleh siswa-siswi SMP tanpa campur tangan orang dewasa.

Adalah Muhammad Syaiful Islam, Rizalul, Nugraha, Siti Balqis, Qori, Mujadi dan Dimas. Mereka semuanya adalah murid kelas 7, hanya Dimas yang kelas 9. Didampingi Andri Oktaviana, guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mereka, ketujuh siswa ini menuturkan pengalamannya membuat dan mendesain web sekolah mereka kepada detikINET.

"Nggak susah kok, gampang. Kita cuma sebulan membuat situs ini," ujar Dimas polos.

Pendapat Dimas pun diamini oleh Andri, menurutnya dirinya hanya mengarahkan siswa-siswi tersebut tanpa berperan lebih banyak lagi. "Total pengerjaan selama sebulan. Hanya 5 kali pertemuan dan hanya 2 jam saja tiap kali pertemuan. Mereka belajar dan mengembangkan sendiri," aku Andri.

Menariknya, di SMP yang masuk dalam kategori cluster 1 di Kota Bandung ini belum ada ekstrakulikuler TIK. Dan untuk siswa kelas 7, pelajaran TIK hanya pengenalan tentang internet saja. Tidak sampai pada aplikasi dan hal-hal yang rumit lainnya.

"Cuma pengenalan internet saja. Jadi ternyata mereka belajar di luar. Dan sangat luar biasa perkembangannya. Tanpa perlu diajarkan secara teknis bagaimana mengelola situs, mereka sudah mampu," papar Andri.

Rencananya situs tersebut akan langsung dikelola oleh siswa siswi SMP Negeri 2 Bandung. Pihak sekolah hanya menyediakan perangkat dan akses internet.

"Saat ini memang sudah ada 3 titik hotspot di lingkungan sekolah kami. Dan beberapa komputer yang bisa dipergunakan. Ke depannya, kami menyerahkan sepenuhnya pengelolaan situs ini kepada anak-anak. Biarkan mereka yang mengisi kontennya sesuai dengan kreatifitas mereka. Kami hanya mengawasi saja," kata Dadang Hendrana, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bandung.

Dadang juga berharap dengan adanya situs ini, tali silaturahmi antar alumni bisa terus terjalin. Disamping itu juga situs ini sekaligus sebagai jendela informasi tentang SMP Negeri 2 Bandung.

Hadir pula dalam acara launching website juga sekaligus pengukuhan komite sekolah SMP Negeri 2 Bandung, Dirjen Aplikasi Telematika Depkominfo Cahyana Ahmadjayadi.

Keterangan foto : Dirjen Aplikasi Telematika Depkominfo Cahyana Ahmadjayadi beserta tim pembuat website dan kepala sekolah SMP N 2 Bandung.
---------------------------------------
Notes :
Semestinya member group http://thejargon.multiply.com dapat mensosialisasikannya kepada sekolah masing-masing.
Dengan MP dengan jenjang network yang jelas sebenarnya sangat jitu, murah, meriah walau pancen loadingnya rada berat kalau koneksi pas-pasan.
Semoga saja internet murah nan cepat dapat segera terealisir di negeri ini.

Yuk pasarkan MP ke sekitar kita.
Salam

Bing.com: Search Engine Baru Microsoft Dengan Kode Kumo

Bing.com: Search Engine Baru Microsoft Dengan Kode Kumo May 30, '09 10:56 PM
for everyone

Di post Mei 30, 2009

Ketok.com.Microsoft siap melepas Bing.com, mengunakan code Kumo sebagai penganti Live. Bing belum bisa digunakan untuk umum, menunggu layanan dibuka pada 1 Juni mendatang.

Bing.com ternyata lebih dari perkiraan para ahli IT. Bila mengunakan Google.com dalam pencarian, Google.com unggul dengan memberikan data yang bagus. Tetapi dengan Bing.com, hasilnya akan dibuat menu sehingga lebih memudahkan.



-------------------------------
Wah nampak hebat!

Website Deddy Corbuzier (Tukang Mentalis) kena Deface!!!

Nama blog yang ngomongin tentang portal Dedy Mentalis yang kena deface.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
pic-dedy-corbuzier1-320x200.jpg



Anda mungkin sering nonton acara TV "The Master" (baca :De Master) dan saya termasuk penonton setia acara The Master, bagi para penonton pasti mengenal salah satu jurinya Master  Mentalist Deddy Corbuzier yang terkenal memberikan komen yang sangat pedas untuk para kontestannya, Barusan saya baca berita di DetikInet bahwa "Situs Deddy Corbuzier 'Disulap' Dedemit Maya" , ternyata sang Master yang biasa unjuk kepiawaian sulap tumbang juga, Adapun pesan yang ditinggalkan si pelaku deface yang menyebut dirinya aRiee Indonesia hacker Community (Yogyacarderlink @ Dal.net) tersebut di halaman situs sang mentalist.
"bila Anda Seorang Mentalist Kami Seorang Defacer" demikian isi pesan pendek yang ditulis si pelaku deface.
Sampai saat saya nulis disini, website Deddy Corbuzier masih belum diperbaiki, mungkin pengelola webnya belum tahu kali yach, situsnya di deface, bahkan sang master pun tak bisa mendeteksi dan mempengaruhi pikiran sang defacers, seperti yang selalu dilakukannya di acara TV :D

mentalishacked.jpg

Hackernya apa nggak takut disantet sama si Deddy apa?
Bandel nian..... :)

Patung (Seni) dari Mayat? Opo tumon cah ...

Jerman. Ini adalah hasil2 dari Plastinator Gunther von Hagens dengan judul "Körperwelten" >>>Dunia dunia tubuh>>>.dan baru kembali lagi ke Jerman setelah 5 tahun berkeliling Dunia>>>Pameran>>> Mayat yang dijadikan Plastik.....sumber berita ini dari Stern, majalah Jerman>>>http://www.stern.de/panorama/:K%F6rperwelten-Die-Plastik-Leichen/651046.html?cp=1>>>>didalam Link Stern ada pameran2 dari Herr von HAGENS...


Test Intelegensia (katanya), temukan 13 Wajah

To test your intelligence:

If can find 0 – 5 faces – idiot
If can find 6 – 7 faces – stupid
If can find 8 – 9 faces – normal
If can find 10 – 11 – very normal 
If can find 12 – 13 faces – genius

image001.jpg

Hati-Hati Bikin Surat Pembaca (baik ke cetak maupun millis) ini faktanya!!! :((

Dapat info dari Milis Mediacare - Yahoogroups tentang kasus surat pembaca yang (bisa) menyeret penulisnya ke Bui.

:(

----------------------------------------------------------------------------------------------

RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif
Prita Mulyasari - suaraPembaca

Jakarta - Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi.  Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak.
Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.

Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas.  Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.

Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.

Salam,
Prita Mulyasari
Alam Sutera
prita.mulyasari@yahoo.com
081513100600

(msh/msh)

 

http://suarapembaca.detik.com/read/2008/08/30/111736/997265/283/rs-omni-dapatkan-pasien-dari-hasil-lab-fiktif

 

TEMPO

Pencemaran Nama Baik
Menggugat Surat Elektronik

Rumah Sakit Omni Internasional menggugat Prita Mulyasari atas tuduhan pencemaran nama baik lewat milis. Nasib yang sama menimpa Iwan Piliang, yang menulis tentang Alvin Lie.

IKLAN setengah halaman itu benar-benar mencolok mata. Berjudul "Pengumuman dan Bantahan", advertensi itu, September lalu, muncul di harian Kompas. Pengordernya, Rumah Sakit Omni Internasional, salah satu rumah sakit swasta di Tangerang, Banten. Intinya, bantahan Omni terhadap surat elektronik alias email Prita Mulyasari berjudul "Penipuan Omni Internasional Hospital Alam Sutera Tangerang", yang dikirim sebuah mailing list (milis).

Surat elektronik itu membuat Omni berang. Menurut pengacara Omni Internasional, Heribertus, isi surat Prita telah mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut beserta sejumlah dokter mereka: Hengky Gosal dan Grace Hilza Yarlen Nela. "Padahal, tidak ada penyimpangan etika kedokteran dan prosedur penanganan pasien," ujar Heribertus.

Omni memang tidak main-main menanggapi surat elektronik Prita. Selain melaporkan Prita ke polisi, Omni juga menggugat perempuan tersebut secara perdata. "Sudah kami daftarkan ke Pengadilan Negeri Tangerang," kata Heribertus.

Kasus ini bermula dari surat elektronik Prita yang berisi pengalamannya saat dirawat di unit gawat darurat Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Saat itu ia menderita sakit kepala dan mual-mual. Di bagian gawat darurat ia ditangani dokter jaga, Indah.

Dari pemeriksaan laboratorium, dinyatakan trombosit darah warga Villa Melati Mas Tangerang ini 27.000, jauh di bawah normal yang seharusnya sekitar 200.000. Prita diminta menjalani rawat inap dan memilih dokter spesialis. Sesuai dengan saran Indah, ia memilih dokter Hengky. Diagnosis dokter menyatakan ia terkena demam berdarah.

Menurut Prita, ia lalu mendapat suntikan dan infus yang diberikan tanpa penjelasan dan izin keluarganya. Belakangan, ia kaget pada saat Hengky memberitahukan revisi hasil laboratorium tentang jumlah trombosit darahnya. Yang awalnya 27.000 kini menjadi 181.000. Dokter juga menyatakan ia terkena virus udara.

Lantaran tak puas dengan perawatan di rumah sakit itu, Prita memutuskan pindah rumah sakit. Nah, di sini muncul persoalan baru. Tatkala ia meminta catatan medis lengkap, termasuk semua hasil tes darahnya, pihak rumah sakit menyatakan tidak bisa mencetak data tersebut.

Prita lantas menghadap Manajer Pelayanan RS Omni, Grace. Hasilnya sama saja. Inilah yang lantas membuat ia, pada 15 Agustus 2008, menulis surat elektronik ke sejumlah rekannya. "Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr Grace, dr Hengky, dr Mimi, dan Ogi bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda," tulis Prita dalam suratnya.

Surat Prita ini rupanya sampai juga ke manajemen Omni Internasional. Omni mengambil langkah cepat. Selain memasang iklan, ya itu tadi, "memberi pelajaran" untuk Prita, melaporkan pe-rempuan tersebut ke polisi.

Prita sendiri sampai kini belum diperiksa polisi. Dihubungi Tempo, ia menolak diwawancarai. "Maaf, saya sedang berlebaran," ujarnya. Menurut Heribertus, polisi sudah mengirim surat panggilan pemeriksaan Prita pada akhir September lalu. "Tapi ia batal hadir."

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sudaryatmo, menyesalkan sikap Omni yang membawa kasus ini ke ranah hukum. Menurut Sudaryatmo, surat elektronik yang disebarluaskan Prita adalah dalam konteks meminta klarifikasi. "Ekspresi dari ketidakpuasan pelayanan untuk diselesaikan," katanya. Yang penting, ujarnya, isinya tidak menghakimi.

Surat elektronik berbuntut perkara juga menimpa Narliswandi Piliang, wartawan yang kerap menulis di situs Presstalk.com. Gara-gara suratnya yang ia kirim ke milis Forum Pembaca Kompas, Iwan, demikian pria ini biasa disapa, pertengahan Juli lalu dilaporkan anggota DPR Alvin Lie ke Kepolisian Daerah Metro Jaya.

Alvin mengaku dirugikan dengan email bertajuk "Hoyak Tabuik Adaro dan Soekanto", yang dimasukkan Iwan ke Forum Pembaca pada 20 Juni lalu. Dalam surat itu, antara lain tertulis: PAN meminta uang Rp 2 triliun kepada Adaro agar di DPR tidak dilakukan hak angket menghambat IPO Adaro. Bahkan Alvin Lie, anggota DPR dari PAN, datang ke kantor Adaro menemui Teddy P. Rahmat. "Menurut sumber saya itu, Alvin pun meminta uang mulai dari Rp 6 triliun, terakhir Rp 1 miliar untuk dirinya," tulis Iwan.

Alvin menganggap tulisan Iwan itu merusak kredibilitasnya. "Seratus persen fitnah," ujarnya. Karena itu, katanya, kendati Iwan sempat mengontaknya, ia tetap melaporkan wartawan itu ke polisi. Teguh Samudera, pengacara Alvin, menjerat Iwan dengan pasal pencemaran dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, undang-undang yang baru disahkan pada Maret silam.

Pada Akhir Agustus lalu, Iwan sudah diperiksa tim penyidik Unit Cyber Crime Polda Metro Jaya. Hanya, sampai saat ini, status Iwan masih saksi, belum tersangka. Selain Iwan, moderator milis Forum Pembaca Kompas, Agus Hamonangan, juga sudah diperiksa. "Saya dimintai keterangan seputar cara kerja dan tanggung jawab moderator mengatur milis," kata Agus.

Iwan menyesalkan Alvin yang membawa kasus ini ke polisi. "Harusnya dia memahami prosedur kerja jurnalistik itu," ujarnya. Menurut Iwan, ia mendapat informasi tentang Alvin seperti yang ditulisnya di milis tersebut dari Apa Kabar.Com. Ia kemudian mewawancarai sejumlah sumber lain, termasuk meminta konfirmasi Ketua Partai Amanat Nasional, Soetrisno Bachir.

Artikelnya itu, 18 Juni silam, ia masukkan ke Presstalk. Dua hari kemudian baru ia kirim ke milis Forum Pembaca Kompas. Lantaran menganggap Undang-Undang Informasi membahayakan orang-orang seperti dirinya, pekan ini Iwan akan mengajukan judicial review undang-undang tersebut ke Mahkamah Konstitusi.

Anggota Dewan Pers, Abdullah Alamudi, juga tak setuju dengan cara yang dipakai Alvin untuk menyelesaikan kasus yang dianggap mencemarkan nama baiknya. Menurut Abdullah, Forum Pembaca Kompas dan Presstalk, menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, masuk kategori pers. Seharusnya, Alvin bisa mengadukan kasusnya ini ke Dewan Pers.

Dalam kasus Iwan, kata Alamudi, penggunaan pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Elektronik untuk menjerat wartawan itu juga tidak tepat. Pada akhir April lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Muhammad Nuh, telah menjamin pasal 27, yang bisa menyeret siapa pun ke penjara karena melakukan penghinaan lewat sarana elektronik, tidak mencakup pers. "Menurut Menteri, nanti dalam peraturan pemerintah itu tidak menyangkut pers," katanya. Apalagi, kata Alamudi, Undang-Undang Pers menyatakan, pers wajib melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.

Martha W. Silaban

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/13/HK/mbm.20081013.HK128451.id.html


Source :
tarsihekaputra
Director TM Network and i-PR
Public Relations Consultant
Jl. Sultan Iskandar Muda No. 16 A, Arteri Pondok Indah Jakarta 12240

t: +6221 72801922+6221 92401708
f: +6221 72801923
m: +62 8567 515 749

Seorang Pengguna Internet Telah Ditahan Oleh Kejaksaan Negeri Tangerang

No : 001/SP-PBHI/V/2009

Perihal : *Siaran Pers Untuk Segera Disiarkan*

Prita Mulyasari, seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak telah
menjadi tahanan Kejaksaan Negeri Tangerang dan ditahan di LP Wanita
Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik terhadap RS Omni
Internasional yang terletak di Alam Sutera, Serpong - Tangerang berdasarkan
Pasal 27 ayat (3) UU ITE sejak 13 Mei 2009.

Kasus ini bermula saat Prita Mulyasari memeriksakan kesehatannya di RS Omni
Internasional pada 7 Agustus 2008 dan mengeluhkan pelayanan yang diberikan
oleh RS Omni Internasional dan juga dokter yang merawatnya yaitu dr. Hengky
Gosal, SpPD, dan dr Grace Herza Yarlen Nela. Permintaan Rekam Medis dan
Keluhan yang tidak ditanggapi dengan baik tersebut telah "memaksa" Prita
menuliskan pengalamannya melalui surat elektronik di Milis

PBHI berpendapat bahwa keluhan tersebut jelas adalah hak konsumen yang
dijamin oleh UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Selain itu
berdasarkan UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran dan juga
Peraturan Menteri Kesehatan No 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
tertanggal 12 Maret 2008 telah menjelaskan bahwa Pasien/Konsumen berhak
untuk meminta rekam medis.

PBHI mengecam RS Omni Internasional, dr. Hengky Gosal, SpPD, dan dr Grace
Herza Yarlen Nela yang tidak menanggapi dengan baik dan proporsional keluhan
tersebut malah merespon dengan mengancam akan menggunakan instrumen hukum
yang sah melalui gugatan perdata dan tuntutan pidana terhadap Prita
Mulyasari pada 8 September 2008

Prita Mulyasari telah dikalahkan dalam gugatan perdata di PN Tangerang dan
sedang menunggu proses penuntutan pidana di Pengadilan Negeri Tangerang yang
akan digelar minggu depan dan dipimpin oleh Wakil Ketua PN Tangerang

PBHI juga menyesalkan sikap Ketua PN Tangerang yang tidak mau menjelaskan
isi putusan gugatan perdata yang dimenangkan oleh RS Omni Internasional
kepada masyarakat. Sikap Ketua PN Tangerang tersebut jelas bertentangan
dengan UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, UU No 40
Tahun 1999 tentang Pers dan juga bertentangan dengan semangat keterbukaan
informasi dari Mahkamah Agung melalui SK Ketua MA No 144/KMA/SKN/III/2007
tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan tertanggal 28 Agustus 2007.

Berdasarkan alasan – alasan tersebut *Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak
Asasi Manusia Indonesia (PBHI) *menyatakan sikap sebagai berikut:

  1. Mengecam proses penuntutan pidana yang dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Tangerang, baik menggunakan KUHP ataupun menggunakan UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, karena persoalan konsumen  haruslah menggunakan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan bukan KUHP dan/atau UU ITE
  2. Mendesak Kejaksaan Negeri Tangerang untuk menangguhkan/mengalihkan penahanan Prita Mulyasari demi alasan – alasan kemanusiaan
  3. Mendesak Ketua PN Tangerang untuk menjelaskan isi putusan gugatan perdata No 300/PDT.G/VI/2008/PN TNG kepada masyarakat untuk dapat dijadikan diskusi terbuka di masyarakat
  4. Mendesak Komnas HAM untuk memantau perkembangan kasus yang menjerat pengguna internet dalam proses pidana pencemaran nama baik
  5. Mendesak Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk memberikan perlindungan terhadap Prita Mulyasari atas proses penuntutan pidana pencemaran nama baik yang sedang terjadi
  6. Menuntut kepada pemerintah, DPR, dan Mahkamah Konstitusi RI untukmencabut ketentuan hukum pidana tentang pencemaran nama baik yang sudah terbukti menjadi senjata ampuh untuk membungkam kemerdekaan berekspresi, kemerdekaan berpendapat, dan kemerdekaan pers di Indonesia

Jakarta, 28 Mei 2009

*Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia*
*Divisi Advokasi HAM*
 *Anggara*
*Koordinator*

----------------------------------------------

Notes : Kembalinya syatem yang mengebiri rakyat bila memang si rakyat dalam posisi yang benar.


Berita Duka: Is Haryanyo telah berpulang - (Saya dulu pernah hobby dengan Favourites Band)

Dapat berita duka dari MP remi Sutansyah

Berita Duka: Is Haryanyo telah berpulang.May 27, '09 9:08 AM
for everyone


Telah meninggal dunia Kakek,Bapak,Kakak Kami
pada Selasa  26.05.2009 jam 23.05 :
IS HARYANTO (Band Favorit) di rumah t sakit RSPP.
Saat ini Jenazah ada dirumah duka Jln.Haji NAWI I/19 CIPETE, Misa akan diadakan pada pukul 10.00 wib.
Jenazah akan dimakamkan jam 12. 00 wib di pemakaman Kampung kandang, Jagakarsa.
Alm dulu adalah dramer group Favourites yang dipimpin oleh A. Riyangto. Banyak hits dari mereka. Group ini sangat terkenal di dekade 70 bersama Koes Plus, Panbers, Mercy's.
Salah satu putrinya, Vien Is haryanto juga dikenal sebagai penyanyi cilik seangkatan Adi Bing Slameyt, Chicha dan Sari Yok Koeswoyo.

----------------------------------
Notes :
Kami dari gerombolan wong Pamulang turut berbela sungkawa.
Semoga semua amal kebaikkannya dapat menjadi teman di alam kubur almarhum.
Amin
:(

Gampang Kelola Banyak Akun Jejaring Sosial

Blog Entry Gampang Kelola Banyak Akun Jejaring Sosial May 26, '09 10:35 PM
for everyone
Rabu, 20 Mei 2009 | 11:03 WIB

Wah, repot sekali rasanya memantau banyak akun jejaring sosial. Harus bolak-balik halaman setiap akun. Belum lagi mengolah atau membalas respon rekan—membaca informasi baru saja mungkin sudah sangat merepotkan.

Mengapa tidak menggabungkan semua akun layanan jejaring sosial tersebut menjadi satu agar memudahkan Anda mengaksesnya dalam sekali waktu? Kini banyak layanan social aggregator yang akan membantu Anda memantau serta mengelola banyak akun social networking sekaligus.

Bentuk social aggregator ini ada yang berupa website layanan, dan ada pula yang berupa aplikasi desktop. Fungsinya sama, yakni memantau dan mengelola setiap aktivitas yang terjadi di akun jejaring sosial Anda. 

Untuk membantu mengontrol akun, layanan social aggregator akan meminta Anda menyerahkan nama akun jejaring sosial yang dipantau. Ada beberapa pula layanan yang meminta password untuk pengaksesan setiap akun. Ini artinya, data pribadi Anda juga terbuka bebas oleh pengelola, meskipun dalam prakteknya, pengaksesan ini dijalankan oleh mesin komputer, bukan secara manual oleh pengelola layanan social aggregator. 

Nah, jika Anda merasa tidak nyaman akan hal ini, pilihlah layanan atau aplikasi yang hanya berfungsi sebagai pemantau aktivitas akun jejaring sosial, bukan pengelola penuh. Salah satu layanan social aggregator yang berfungsi sebagai pemantau adalah SosialURL (beralamat di www.socialurl.com). Banyak jejaring sosial yang didukungnya. Selain bisa memantau, Anda dapat pula sekaligus menjadi anggota situs web yang juga berlaku sebagai jejaring sosial ini.

Ini caranya: 

1. Buka alamat www.socialurl.com, lalu klik tombol [Sign Up!]. Layanan ini gratis untuk digunakan. Di halaman berikutnya, isilah formulir yang tersedia untuk melakukan registrasi. Jika sudah komplet, klik [Sign Up]. Ingatlah username dan password.

2. Notifikasi akan dikirimkan ke alamat e-mail Anda (yang diisikan di formulir registrasi). Untuk langsung masuk ke akun, klik [Sign In] dan isikan username dan password yang Anda pakai.

3. Anda akan disuguhi sebuah wisaya untuk melengkapi data diri di akun SocialURL, mulai dari foto, tagline, nama aku instant messaging, hingga mengatur tampilan akun. Setiap kali selesai mengatur wisaya, jangan lupa klik [Save].

4. Jika sudah, akan ditampilkan halaman "SocialURL of (nama Anda)". Untuk memasukkan akun jejaring sosial Anda yang lain, pilih [Click here] di menu "SocialWeb". Pada halaman berikutnya, klik [Add Social Site]. Pilih salah satu jejaring sosial yang dilanggani di halaman berikutnya, semisal Facebook.

5. Anda akan diminta memasukkan URL (alamat) dari profil akun Anda di Facebook tersebut. URL ini bisa didapatkan dengan login ke akun Facebook, buka halaman profil, lalu salin alamat profil Anda di kotak alamat website di browser. Kembali ke halaman SocialURL, masukkan alamat profil akun Facebook, lalu klik [Add].

6. Anda bisa menambahkan akun jejaring sosial lainnya, seperti Friendster, Flickr, Yahoo! 360, MySpace, Orkut, dan lainnya dengan cara yang sama. Jika proses memasukkan akun jejaring sosial sudah selesai, pindahlah ke halaman utama akun SocialURL dengan mengklik [My Social].


7. Di sini Anda bisa berinteraksi dengan sesama pengguna SocialURL lewat menu-menu di halaman utama. Untuk memantau akun jejaring sosial yang Anda miliki (dan telah Anda masukkan di daftar social Site), klik [View My Social URL].

8. Di halaman yang muncul, klik akun jejaring sosial yang hendak dipantau. Di halaman berikutnya, halaman akun Anda di jejaring sosial yang lain akan ditampilkan dalam sebuah frame terpisah. Di sini, Anda hanya bisa memantau info baru, tapi tidak untuk mengelolanya.


TIPS: Situs Web Layanan Social Aggregator Alternatif
• beta.strands.com
• explode.elgg.org
• my.mashable.com
• www.correlate.us
• www.iminta.com
• www.istalkr.com
• www.minggl.com
• www.mylifebrand.com
• www.naymz.com
• www.peopleaggregator.com
• www.profilefly.com
• www.profilelinker.com
• www.socialnetwork.in
• www.socialthing.com
• www.tabber.org
• www.profileomat.com
• www.socialurl.com
• www.spokeo.com
• www.swurl.com
• www.secondbrain.com
• www.upscoop.com

Bikin Server di Rumah pakai Win XP dan PC Bekas, keren deh!

Blog Entry Bikin Server di Rumah May 26, '09 9:28 PM
for everyone

Selasa, 26 Mei 2009 | 08:17 WIB

PC lama di pojok ruangan itu berdebu sudah. PC itu sudah lumayan lama menganggur meski sebetulnya masih bisa bekerja dengan baik. Tapi, apa daya, teknologi komponen di situ sudah agak ketinggalan zaman untuk keperluan sekarang.

Akan tetapi, bukan berarti PC itu dianggurkan. Daripada tidak terpakai, buat saja PC itu nebjadi sebuah server. Biar lebih mantap lagi, PC itu dijadikan server untuk sebuah jaringan nirkabel di rumah.

Peralatan yang Anda butuhkan adalah kartu jaringan — kalau ada PC yang belum punya kartu jaringan. Alat lainnya adalah access point. Kalau Anda ingin berbagi koneksi internet, tentu saja Anda harus punya modem. Siapkan pula kabel jaringan (RJ45). 

O ya. PCplus menggunakan Windows XP untuk pengaturan. Langsung saja ikuti langkah-langkah berikut.

Atur Access Point
1. Pastikan kartu jaringan sudah terpasang pada PC zadul — yang berikutnya akan disebut "server". Nyalakan access point lalu hubungkan access point ke server dengan kabel jaringan. Pilih salah satu port LAN (kalau ada beberapa port LAN).

2. Pastikan pula kalau pengaturan jaringan lokal di Internet Protocol (TCP/IP) Properties untuk pemilihan alamat IP diatur pada [Obtain an IP address automatically). Begitu pula pengaturan pada server DNS, pilih [Obtain DNS server address automatically].

3. Buka buku (atau file dalam CD) petunjuk penggunaan access point Anda. Cari tahu alamat IP default access point. Access point yang PCplus gunakan memiliki alamat 192.168.1.1. Ketikkan alamat yang Anda dapat itu di browser. Di halaman yang muncul, lakukan login. Password-nya? Lagi-lagi rujuk buku petunjuk penggunaan.

4. Setelah login, masuklah ke bagian pengaturan dasar. Tentukan SSID atau boleh pula disebut sebagai nama jaringan. SSID milik PCplus diberi nama "PCPLUS".

5. Selanjutnya, atur keamanan jaringan. Carilah bagian yang digunakan untuk itu. Tentukan mode autentifikasi. PCplus memilih WAP. Isikan key-nya. Key ini harus dimasukkan oleh setiap perangkat yang terhubung ke jaringan.

6. Karena access point ini juga akan membagikan koneksi internet ke dalam jaringan, jangan lupa untuk mengaktifkan NAT (Network Address Translation).

7. Tutup browser.

8. Klik kanan pada [My Computer] lalu klik [Properties]. Klik [Computer Name]. Klik [Change]. Lalu isikan "Computer name" dengan "server" dan Workgroup dengan nama "HOME" (tanpa tanda kutip). Semua nama Workgroup pada perangkat yang tercolok harus "HOME" pula. Mumpung ingat, lakukan langkah ke-8 ini pada semua komputer yang akan terhubung ke jaringan.

Berbagi File
1. Balik lagi ke server. Letakkan semua file yang hendak dibagi ke dalam sebuah folder dan sub folder. Misalnya begini. Ada folder bernama "Media". Di dalam folder media itu ada sub folder "Foto", "Film", dan "Lagu". Share folder "Media". Caranya, buat yang belum tahu, klik kanan pada folder, lalu klik [Sharing and Security].

2. Pada kotak yang muncul, kalau Anda belum pernah melakukan membagi-pakai folder, muncullah sebuah teks. Klik teks itu. Pada tampilan berikutnya, klik [If you understand the security risk but…]. Lalu pilih [Just enable file sharing]. Klik [OK]. Klik [Share this folder on the network]. Isikan "Share name" dengan "Media"—tanpa tanda kutip. Aktifkan [Allow network users to change my files]. Klik [OK].

3. Sekarang, pergi ke komputer klien, komputer lain yang bukan server. Klik tombol [Start] lalu klik kanan pada [My Computer] dan klik [Map Network Drive]. Pada kotak yang muncul, pilih huruf drive. Klik [Browse]. Cari nama komputer server dan pilih folder "Media" yang tadi di-share. Klik [OK]. Pilih [Reconnect at logon]. Klik [Finish]. Siplah. Server sudah bisa diakses.

Berbagi Printer
1. Colokkan printer ke server. Tentu saja jangan lupa instal driver-nya. Setelah itu, buka Control Panel. Buka Printer and Faxes. Klik kanan pada printer yang hendak dibagi.

2. Pada kotak yang muncul, pilih [Share this printer]. Isikan "Share name" dengan "Printer" (lagi-lagi enggak usah pakai tanda kutip). Klik [OK].

3. Di komputer klien, juga buka Printer and Faxes yang ada pada Control Panel. Klik [Add Printer] pada menu yang ada di kiri. Klik [Next] pada wizard yang muncul. Pilih [A Network Printer] pada jendela wizard berikutnya. Klik [Next]. Pilih [Browse Printer], lalu klik [Next]. Pilih komputer server pada daftar. Klik [Next]. Pada kotak yang muncul, klik [Yes]. Pilih [Yes] lalu klik [Next] pada kotak berikutnya. Klik [Finish].

Berbagi Koneksi Internet
1. Colok modem ke access point pada bagian WAN.

2. Buka lagi alamat IP access point dengan browser untuk melakukan pengaturan. Pada bagian pengaturan WAN, pastikan DHCP terpilih sebagai tipe koneksi internet. Simpan semua pengaturan.

3. Access point sudah bisa dilepas dari server. Selamat mencoba.

Sumber: PCplus

Eko patrio di kecam ribuan orang di komunitas Maya, gara - gara statementnya "Jadi Anggota DPR Hanya pekerjaan sampingan"

Dapat cerita dari Milis Mediacare tentang Eko Patrio, yang asal goblek soal statusnya sebagai Legislator!
Silahkan ikuti tulisan berikut.
Semoga mencerahkan.
Dan semoga para Legislator atau Publik Figure jganan asal njeplak kalau bicara.
Salam
:(
-----------------------------------------------------------------------------

Eko patrio di kecam ribuan orang di komunitas Maya, gara - gara statementnya "Jadi Anggota DPR Hanya pekerjaan sampingan"

selanjutnya bisa di lihat sendiri di sini : http://www.kaskus. us/showthread. php?t=1948365&page=74, disitu terlihat hampir semua orang yang posting di situ. Hampir semuanya mengecam Eko Patrio. Sampe saat ini, itu thread udah nyampe page 74 dengan jumlah reply 1466. Biasanya sih, thread - thread macem gini satu orang cuman posting sekali. brarti ada sekitar 1000an lebih orang yang mencaci maki Eko Patrio gara - gara sikapnya.

-----------------------------------------------------------------------------
Mungkin ada yang mau ngangkat ini ke media?

Adolf Hitler Lari dan Mati di Indonesia? Benarkah?

Barusan dapat link cerita mengenai hal tersebut, cukup menarik untuk disimak dan tentunya dapat menjadi bagian dari misteri sejarah yang perlu dipecahkan oleh para ahlinya. Tulisan tersebut dibuat oleh Alif Rafiq Khan Luftwaffe+ace.jpg Berikut ini copy-an selengkapnya. http://alifrafikkhan.blogspot.com/2009/04/adolf-hitler-lari-dan-mati-di-indonesia.html
Wajah orang mirip Hitler di sebuah cafe di Eropa!


Gambar imajiner Adolf Hitler, masih tetap dengan seragam kebesarannya!


Wajah imajiner Hitler yang lain lagi...


Oleh : Alif Rafik Khan

Jika saja ada yang rajin menyimpan klipingan artikel harian "Pikiran Rakyat" sekitar tahun 1983, tentu akan menemukan tulisan dokter Sosrohusodo mengenai pengalamannya bertemu dengan seorang dokter tua asal Jerman bernama Poch di pulau Sumbawa Besar pada tahun 1960. Dokter tua itu kebetulan memimpin sebuah rumah sakit besar di pulau tersebut.

Tapi bukan karena mengupas kerja dokter Poch, jika kemudian artikel itu menarik perhatian banyak orang, bahkan komentar sinis dan cacian! Namun kesimpulan akhir artikel itulah yang membuat banyak orang mengerutkan kening. Sebab dengan beraninya Sosro mengatakan bahwa dokter tua asal Jerman yang pernah berbincang-bincang dengannya, tidak lain adalah Adolf Hitler, mantan diktator Jerman yang super terkenal karena telah membawa dunia pada Perang Dunia II!

Beberapa "bukti" diajukannya, antara lain dokter Jerman tersebut cara berjalannya sudah tidak normal lagi, kaki kirinya diseret. Tangan kirinya selalu gemetar. Kumisnya dipotong persis seperti gaya aktor Charlie Chaplin, dengan kepala plontos. Kondisi itu memang menjadi ciri khas Hitler pada masa tuanya, seperti dapat dilihat sendiri pada buku-buku yang menceritakan tentang biografi Adolf Hitler (terutama saat-saat terakhir kejayaannya), atau pengakuan Sturmbannführer Heinz Linge, bekas salah seorang pembantu dekat sang Führer. Dan masih banyak "bukti" lain yang dikemukakan oleh dokter Sosro untuk mendukung dugaannya.

Keyakinan Sosro yang dibangunnya dari sejak tahun 1990-an itu hingga kini tetap tidak berubah. Bahkan ia merasa semakin kuat setelah mendapatkan bukti lain yang mendukung 'penemuannya'. "Semakin saya ditentang, akan semakin keras saya bekerja untuk menemukan bukti-bukti lain," kata lelaki yang lahir pada tahun 1929 di Gundih, Jawa Tengah ini ketika ditemui di kediamannya di Bandung.

Andai saja benar dr. Poch dan istrinya adalah Hitler yang tengah melakukan pelarian bersama Eva Braun, maka ketika Sosro berbincang dengannya, pemimpin Nazi itu sudah berusia 71 tahun, sebab sejarah mencatat bahwa Adolf Hitler dilahirkan tanggal 20 April 1889. "Dokter Poch itu amat misterius. Ia tidak memiliki ijazah kedokteran secuilpun, dan sepertinya tidak menguasai masalah medis," kata Sosro, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang sempat bertugas di pulau Sumbawa Besar ketika masih menjadi petugas kapal rumah sakit Hope.

Sebenarnya, tumbuhnya keyakinan pada diri Sosro mengenai Hitler di pulau Sumbawa Besar bersama istrinya Eva Braun, tidaklah suatu kesengajaan. Ketika bertugas di pulau tersebut dan bertemu dengan seorang dokter tua asal Jerman, yang ada pada benak Sosro baru tahap kecurigaan saja.

Meskipun begitu, ia menyimpan beberapa catatan mengenai sejumlah "kunci" yang ternyata banyak membantu. Perhatiannya terhadap literatur tentang Hitler pun menjadi kian besar, dan setiap melihat potret tokoh tersebut, semakin yakin Sosro bahwa dialah orang tua itu, orang tua yang sama yang bertemu dengannya di sebuah pulau kecil d Indonesia!

Ketidaksengajaan itu terjadi pada tahun 1960, berarti sudah dua puluh tahun lebih ia meninggalkan pulau Sumbawa Besar.

Suatu saat, seorang keponakannya membawa majalah Zaman edisi no.15 tahun 1980. Di majalah itu terdapat artikel yang ditulis oleh Heinz Linge, bekas pembantu dekat Hitler, yang berjudul "Kisah Nyata Dari Hari-Hari Terakhir Seorang Diktator", yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria.

Pada halaman 59, Linge mula-mula menceritakan mengenai bunuh diri Hitler dan Eva Braun, serta cara-cara membakar diri yang kurang masuk di akal. Kemudian Linge membeberkan keadaan Hitler pada waktu itu.

"Beberapa alinea dalam tulisan itu membuat jantung saya berdetak keras, seperti menyadarkan saya kembali. Sebab di situ ada ciri-ciri Hitler yang juga saya temukan pada diri si dokter tua Jerman. Apalagi setelah saya membaca buku biografi 'Hitler'. Semuanya ada kesamaan," ungkap ayah empat anak ini.

Heinz Linge menulis, "beberapa orang di Jerman mengetahui bahwa Führer sejak saat itu kalau berjalan maka dia menyeret kakinya, yaitu kaki kiri. Penglihatannya pun sudah mulai kurang terang serta rambutnya hampir sama sekali tidak tumbuh... kemudian, ketika perang semakin menghebat dan Jerman mulai terdesak, Hitler menderita kejang urat."

Linge melanjutkan, "di samping itu, tangan kirinya pun mulai gemetar pada waktu kira-kira pertempuran di Stalingrad (1942-1943) yang tidak membawa keberuntungan bagi bangsa Jerman, dan ia mendapat kesukaran untuk mengatasi tangannya yang gemetar itu." Pada akhir artikel, Linge menulis, "tetapi aku bersyukur bahwa mayat dan kuburan Hitler tidak pernah ditemukan."

Lalu Sosro mengenang kembali beberapa dialog dia dengan "Hitler", saat Sosro berkunjung ke rumah dr. Poch. Saat ditanya tentang pemerintahan Hitler, kata Sosro, dokter tua itu memujinya. Demikian pula dia menganggap bahwa tidak ada apa-apa di kamp Auschwitz, tempat 'pembantaian' orang-orang Yahudi yang terkenal karena banyak film propaganda Amerika yang menyebutkannya.

"Ketika saya tanya tentang kematian Hitler, dia menjawab bahwa dia tidak tahu sebab pada waktu itu seluruh kota Berlin dalam keadaan kacau balau, dan setiap orang berusaha untuk lari menyelamatkan diri masing-masing," tutur Sosrohusodo.

Di sela-sela obrolan, dr. Poch mengeluh tentang tangannya yang gemetar. Kemudian Sosro memeriksa saraf ulnarisnya. Ternyata tidak ada kelainan, demikian pula tenggorokannya. Ketika itu, ia berkesimpulan bahwa kemungkinan "Hitler" hanya menderita parkisonisme saja, melihat usianya yang sudah lanjut.

Yang membuat Sosro terkejut, dugaannya bahwa sang dokter mungkin terkena trauma psikis ternyata diiyakan oleh dr. Poch! Ketika disusul dengan pertanyaan sejak kapan penyakit itu bersarang, Poch malah bertanya kepada istrinya dalam bahasa Jerman.

"Itu kan terjadi sewaktu tentara Jerman kalah perang di Moskow. Ketika itu Goebbels memberi tahu kamu, dan kamu memukul-mukul meja," ucap istrinya seperti ditirukan oleh Sosro. Apakah yang dimaksud dengan Goebbels adalah Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Jerman yang terkenal setia dan dekat dengan Hitler? Istrinya juga beberapa kali memanggil dr. Poch dengan sebutan "Dolf", yang mungkin merupakan kependekan dari Adolf!

Setelah memperoleh cemoohan sana-sini sehubungan dengan artikelnya, tekad Sosrohusodo untuk menuntaskan masalah ini semakin menggebu. Ia mengaku bahwa kemudian memperoleh informasi dari pulau Sumbawa Besar bahwa Poch sudah meninggal di Surabaya. Beberapa waktu sebelum meninggal, istrinya pulang ke Jerman. Poch sendiri konon menikah lagi dengan nyonya S, wanita Sunda asal Bandung, karyawan di kantor pemerintahan di pulau Sumbawa Besar!

Untuk menemukan alamat nyonya S yang sudah kembali lagi ke Bandung, Sosro mengakui bukanlah hal yang mudah. Namun akhirnya ada juga orang yang memberitahu. Ternyata, ia tinggal di kawasan Babakan Ciamis! Semula nyonya S tidak begitu terbuka tentang persoalan ini. Namun karena terus dibujuk, sedikit demi sedikit mau juga nyonya S berterus terang.

Begitu juga dengan dokumen-dokumen tertulis peninggalan suaminya kemudian diserahkan kepada Sosrohusodo, termasuk foto saat pernikahan mereka, plus rebewes (SIM) milik dr. Poch yang ada cap jempolnya. Dari nyonya S diketahui bahwa dr. Poch meninggal tanggal 15 Januari 1970 pukul 19.30 pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya akibat serangan jantung. Keesokan harinya dia dimakamkan di desa Ngagel.

Dalam salah satu dokumen tertulis, diakuinya bahwa ada yang amat menarik dan mendukung keyakinannya selama ini. Pada buku catatan ukuran saku yang sudah lusuh itu, terdapat alamat ratusan orang-orang asing yang tinggal di berbagai negara di dunia, juga coretan-coretan yang sulit dibaca. Di bagian lainnya, terdapat tulisan steno. Semuanya berbahasa Jerman. Meskipun tidak ada nama yang menunjukkan kepemilikan, tapi diyakini kalau buku itu milik suami nyonya S.

Di sampul dalam terdapat kode J.R. KepaD no.35637 dan 35638, dengan masing-masing nomor itu ditandai dengan lambang biologis laki-laki dan wanita. "Jadi kemungkinan besar, buku itu milik kedua orang tersebut, yang saya yakini sebagai Hitler dan Eva Braun," tegasnya dengan suara yang agak parau.

Negara yang tertulis pada alamat ratusan orang itu antara lain Pakistan, Tibet, Argentina, Afrika Selatan, dan Italia. Salah satu halamannya ada tulisan yang kalau diterjemahkan berarti : Organisasi Pelarian. Tuan Oppenheim pengganti nyonya Krüger. Roma, Jl. Sardegna 79a/1. Ongkos-ongkos untuk perjalanan ke Amerika Selatan (Argentina).

Lalu, ada pula satu nama dalam buku saku tersebut yang sering disebut-sebut dalam sejarah pelarian orang-orang Nazi, yaitu Prof. Dr. Draganowitch, atau ditulis pula Draganovic. Di bawah nama Draganovic tertulis Delegation Argentina da imigration Europa – Genua val albaro 38. secara terpisah di bawahnya lagi tertera tulisan Vatikan. Di halaman lain disebutkan, Draganovic Kroasia, Roma via Tomacelli 132.

Majalah Intisari terbitan bulan Oktober 1983, ketika membahas Klaus Barbie alias Klaus Altmann bekas polisi rahasia Jerman zaman Nazi, menyebutkan alamat tentang Val Albaro. Disebutkan pula bahwa Draganovic memang memiliki hubungan dekat dengan Vatikan Roma. Profesor inilah yang membantu pelarian Klaus Barbie dari Jerman ke Argentina. Pada tahun 1983 Klaus diekstradisi dari Bolivia ke Prancis, negara yang menjatuhkan hukuman mati terhadapnya pada tahun 1947.

"Masih banyak alamat dalam buku ini, yang belum seluruhnya saya ketahui relevansinya dengan gerakan Nazi. Saya juga sangat berhati-hati tentang hal ini, sebab menyangkut negara-negara lain. Saya masih harus bekerja keras menemukan semuanya. Saya yakin kalau nama-nama yang tertera dalam buku kecil ini adalah para pelarian Nazi!" tandasnya.

Mengenai tulisan steno, diakuinya kalau ia menghadapi kesulitan dalam menterjemahkannya ke dalam bahasa atau tulisan biasa. Ketika meminta bantuan ke penerbit buku steno di Jerman, diperoleh jawaban bahwa steno yang dilampirkan dalam surat itu adalah steno Jerman "kuno" sistem Gabelsberger dan sudah lebih dari 60 tahun tidak digunakan lagi sehingga sulit untuk diterjemahkan.

Tetapi penerbit berjanji akan mencarikan orang yang ahli pada steno Gabelsberger. Beberapa waktu lamanya, datang jawaban dari Jerman dengan terjemahan steno ke dalam bahasa Jerman. Sosrohusodo menterjemahkannya kembali ke dalam bahasa Indonesia. Judul catatan dalam bentuk steno itu, kurang lebih berarti "keterangan singkat tentang pengejaran perorangan oleh Sekutu dan penguasa setempat pada tahun 1946 di Salzburg". Kota ini terdapat di Austria.

Di dalamnya berkisah tentang "kami berdua, istri saya dan saya pada tahun 1945 di Salzburg". Tidak disebutkan siapakah 'kami berdua' di situ. Dua insan tersebut, kata catatan itu, dikejar-kejar antara lain oleh CIC (dinas rahasia Amerika Serikat). Pada pokoknya, menggambarkan penderitaan sepasang manusia yang dikejar-kejar oleh pihak keamanan.

Di dalamnya juga terdapat singkatan-singkatan yang ditulis oleh huruf besar, yang kalau diurut akan menunjukkan rute pelarian keduanya, yaitu B, S, G, J, B, S, R. "Cara menyingkat seperti ini merupakan kebiasaan Hitler dalam membuat catatan, seperti yang pernah saya baca dalam literatur yang lainnya," Sosrohusodo memberikan alasan.

Dari singkatan-singkatan itu, lalu Sosro mencoba untuk mengartikannya, yang kemudian dikaitkan dengan rute pelarian. Pelarian dimulai dari B yang berarti Berlin, lalu S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Beograd), S (Sarajevo) dan R (Roma). Tentang Roma, Sosro menjelaskan bahwa itu adalah kota terakhir di Eropa yang menjadi tempat pelariannya. Setelah itu mereka keluar dari benua tersebut menuju ke suatu tempat, yang tidak lain tidak bukan adalah pulau Sumbawa Besar di Nusantara tercinta!

Ia mengutip salah satu tulisan dalam steno tadi : "Pada hari pertama di bulan Desember, kami harus pergi ke R untuk menerima suatu surat paspor, dan kemudian kami berhasil meninggalkan Eropa". Ini, kata Sosro, sesuai dengan data pada paspor dr. Poch yang menyebutkan bahwa paspor bernomor 2624/51 diberikan di Rom (tanpa huruf akhir A)". Di buku catatan berisi ratusan alamat itu, nama Dragonic dikaitkan dengan Roma, begitulah Sosro memberikan alasan lainnya.

Lalu mengenai Berlin dan Salzburg, diterangkannya dengan mengutip majalah Zaman edisi 14 Mei 1984. Dikatakan bahwa sejarah telah mencatat peristiwa jatuhnya pesawat yang membawa surat-surat rahasia Hitler yang jatuh di sekitar Jerman Timur pada tahun 1945. "Ini juga menunjukkan rute pelarian mereka," katanya lagi.

Lalu bagaimana komentar nyonya S yang disebut-sebut Sosro sebagai istri kedua dr. Poch? Konon ia pernah berterus terang kepada Sosro. Suatu hari suaminya mencukur kumis mirip kumis Hitler, kemudian nyonya S mempertanyakannya, yang kemudian diiyakan bahwa dirinya adalah Hitler. "Tapi jangan bilang sama siapa-siapa," begitu Sosro mengutip ucapan nyonya S.

Membaca dan menyimak ulasan dr. Sosrohusodo, sekilas seperti ada saling kait mengkait antara satu dengan yang lainnya. Namun masih banyak pertanyaan yang harus diajukan kepada Sosro, dengan tidak bermaksud meremehkan pendapat pribadinya berkaitan dengan Hitler, sebab mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara.

Bahkan Sosrohusodo sudah membuat semacam diktat yang memaparkan pendapatnya tentang Hitler, dilengkapi dengan sejumlah foto yang didapatnya dari nyonya S. Selain itu, isinya juga mengisahkan tentang pengalaman sejak dia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hingga bertugas di Bima, Kupang, dan Sumbawa Besar. Ia juga telah mengajukan hasil karyanya ke berbagai pihak, namun belum ada tanggapan. "Padahal tidak ada maksud apa-apa di balik kerja saya ini, hanya ingin menunjukkan bahwa Hitler mati di Indonesia," katanya mantap.

Bukan hanya Sosro yang mempunyai teori tentang pelarian Hitler dari Jerman ke tempat lain, tapi beberapa orang di dunia ini pernah mengungkapkannya dalam media massa. Peluang untuk berteori seperti itu memang ada, sebab ketika pemimpin Nazi tersebut diduga mati bersama Eva Braun tahun 1945, tidak ditemukan bukti utama berupa jenazah!

Adalah tugas para pakar dalam bidang ini untuk mencoba mengungkap segala sesuatunya, termasuk keabsahan dokumen yang dimiliki oleh Sosrohusodo, nyonya S, atau makam di Ngagel yang disebut sebagai tempat bersemayamnya dr. Poch.

Mungkin para ahli forensik dapat menjelaskannya lewat penelitian terhadap tulang-tulang jenazahnya. Semua itu tentu berpulang pada kemauan baik semua pihak...


Sumber :

  • Harian "Pikiran Rakyat" edisi 24 Februari 1994
  • Majalah "Zaman" edisi No.15 tahun 1980
  • Majalah "Zaman" edisi 14 Mei tahun 1984
  • Majalah "Intisari" edisi bulan Oktober tahun 1983
  • www.photobucket.com
  • www.en.wikipedia.org
Berikut ini video ekspresi Hitler saat ber-orasi. Sangat menarik!
http://www.youtube.com/watch?v=eGhdX1SI3KY

Arsipnya