Tangan Keringatan Bukan Jantung Lemah

TELAPAK tangan
dan kaki sering keringatan? Hati-hati, itu merupakan pertanda jantung lemah.
Anggapan begitu beredar cukup luas di masyarakat. Tapi, benarkah anggapan
tersebut?


Menurut dr Een Hendarsih SpPD, dalam dunia kedokteran dikenal dua kategori
hiperhidrosis (keringat berlebih). Yakni, sistemik dan lokal.

Kasus sering keringatan hanya di bagian telapak tangan dan kaki termasuk
hiperhidrosis lokal. ''Tidak hanya telapak tangan dan kaki, keringat berlebih
bisa juga terjadi di bagian ketiak,'' tambahnya.

Penyebabnya, lanjut dokter spesialis penyakit dalam RSU Haji Surabaya itu,
biasanya berkaitan dengan faktor psikologis. Misalnya, takut, cemas, atau
khawatir berlebihan. Kondisi begitu memengaruhi sistem saraf simpatis dan
memacu kelenjar keringat untuk berproduksi lebih banyak. Terjadilah hiperhidrosis.

''Hiperhidrosis lokal tidak berbahaya. Paling kita jadi tidak nyaman saat
menulis atau berjabat tangan bila tangan berkeringat terus,'' katanya.

Bagaimana dengan hiperhidrosis sistemik? Kalau itu yang terjadi, kata kepala
bagian penyakit dalam RSU Haji tersebut, tidak hanya telapak tangan, kaki, dan
ketiak yang berkeringat, seluruh tubuh pun keringatan. ''Tapi, itu juga bukan
gejala utama lemah jantung seperti anggapan yang beredar di masyarakat,''
jelasnya.

Hiperhidrosis sistemik, lanjut Een, bisa jadi pertanda pasien mengalami
hipertiroid. Yakni, suatu kondisi akibat peningkatan kadar hormon tiroid yang
berfungsi mengendalikan kecepatan metabolisme (fungsi kimia) tubuh. Jika
seseorang mengalami hipertiroid, metabolisme tubuh jadi lebih cepat. ''Itu yang
membuat kelenjar keringat berproduksi lebih banyak,'' kata Een.

Hipertiroid juga membuat jantung berdetak lebih cepat, jika dibandingkan dengan
detak jantung normal. Een menduga, kondisi inilah yang memunculkan anggapan
bahwa sering keringatan merupakan pertanda lemah jantung.

Telapak tangan dan kaki berkeringat, lanjut dia, juga bukan merupakan pertanda
seseorang rentan mengalami serangan jantung. Menurut dokter 40 tahun itu,
serangan jantung diiringi gejala nyeri pada dada. Rasa nyeri tersebut meningkat
bila aktivitas banyak dan mereda ketika istirahat. Selain itu, ada juga gejala
keluar keringat dingin dan sesak napas.

''Kalau hanya keluar keringat, itu bukan pertanda seseorang rawan mengalami
serangan jantung. Jadi, anggapan yang berkembang di masyarakat itu tak
sepenuhnya benar,'' imbuh dokter alumnus FK UGM tersebut.

Meski begitu, jika ada riwayat sakit jantung pada keluarga, penderita
hiperhidrosis dianjurkan memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung.
Tujuannya, memastikan sekaligus menegakkan diagnosis. ''Dengan begitu, bila ada
risiko sakit jantung, bisa segera ditangani,'' kata Een. (ai/soe)

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya