Tiga Lokasi Rukyat Berhasil Melihat Hilal

31/08/2008 19:24

Tiga Lokasi Rukyat Berhasil Melihat Hilal
Liputan6

Liputan6.com, Surabaya:
Tiga lokasi rukyatul hilal atau melihat rembulan pertanda awal kalender
secara kasat mata yang ditentukan Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Jawa
Timur berhasil melihat hilal, rembulan usia muda sebagai pertanda awal
bulan, yakni di Bangkalan, Gresik, dan Pacitan.



"Karena itu, kami memastikan bahwa puasa Ramadan dimulai 1 September,
tapi kami tetap melapor ke Pengurus Besar NU agar satu suara untuk
dibawa dalam sidang isbat di kantor Departemen Agama," kata Rois
Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar di Surabaya, Ahad (31/8)
malam.(IAN/ANTARA)

Awal Puasa 1 September 2008

31/08/2008 20:17

Awal Puasa 1 September 2008
Liputan6

Liputan6.com, Jakarta:
Pemerintah akhirnya menetapkan awal Ramadan 1429 Hijriyah jatuh pada
Senin, 1 September 2008. Hal ini berdasarkan sidang isbat yang dipimpin
langsung Menteri Agama Maftuh Basyuni di gedung Departemen Agama,
Jakarta Pusat, Ahad (31/8). Ketetapan itu dituangkan dalam surat
keputusan Menag nomor 118 tahun 2008 yang ditandatangani 31 Agustus
2008.


Sidang isbat dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika M Nuh,
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Prof DR KH Anwar Ibrahim,
Wakil Ketua Komisi VIII Said Abdullah, pimpinan ormas-ormas Islam,
perwakilan negara sahabat, dan anggota Badan Hisab dan Rukyat Depag [baca: Awal Ramadan Ditentukan Malam Ini].


Ketua Badan Hisab dan Rukyat, Muchtar Iljas yang menyampaikan hasil
pemantauan di seluruh Indonesia, menyebutkan bahwa perhitungan data
hisab yang dihimpun oleh Direktorat Jendral Bimas Islam dari 27 titik
pemantauan di seluruh Indonesia menyatakan bahwa ijtima akhir Syaban
1429 H/2008 M jatuh pada Ahad, 31 agustus 2008, pukul 02.59 WIB.


"Saat matahari terbenam pada tanggal tersebut di seluruh Indonesia,
posisi hilal berada di atas ufuk pada ketinggian 4 derajat sampai 5
derajat," kata Muchtar yang juga Direktur Urusan Agama Islam Depag.
Dari hasil rukyatul hilal itu, lanjut Muchtar, ada empat lokasi yang
menyatakan melihat hilal (bulan baru), yaitu di Gresik, Jawa Timur,
Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta, Gunung Sugih, Lampung Barat, dan
Jakarta Barat. "Berdasarkan laporan itu maka dapat disepakati bahwa 1
Ramadan jatuh pada Senin, 1 September 2008," kata Menag.(IAN/ANTARA)

Televisi di Indonesia dari Masa ke Masa

26/08/2007 08:17 Televisi
Televisi di Indonesia dari Masa ke Masa

Liputan6.com, Jakarta: Pada 24 Agustus yang baru lalu, tiga stasiun televisi berulang tahun. Yakni, Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang tertua dan dua televisi swasta, Rajawali Citra Televisi (RCTI) dan Surya Citra Televisi (SCTV). Perjalanan dunia pertelevisian di Indonesia, memang lumayan panjang.

Walau terbentur dokumentasi dan inventaris peninggalan yang tak lengkap, paling tidak jejak awal berdirinya televisi di Tanah Air, masih dapat ditelusuri. Drama televisi Losmen, misalnya, merupakan acara andalan TVRI pada pertengahan era 80-an yang selalu ditunggu penayangannya.

Namun, Losmen hanyalah bagian kecil dari perjalanan TVRI. Sebagai stasiun televisi tertua di Indonesia, kiprah TVRI sudah dimulai pada awal era 60-an, berbarengan dengan penyelenggaraan pesta akbar olahraga se-Asia, Asian Games.

Peralatan pada masa tersebut belum secanggih peralatan zaman sekarang. Kamera Nippon Electric, misalnya, adalah salah satu peralatan yang digunakan dunia pertelevisian pada era 60-an. Tiga lensa yang ada pada kamera itu digunakan untuk mengambil gambar jarak dekat, sedang, dan jauh. Adapun gambar yang dihasilkan masih berupa gambar bisu. Sedangkan suaranya direkam dengan alat lain. Nah, gambar dan suara itu kemudian digabung atau diedit dengan menggunakan sebuah alat.

Memasuki tahun 1970-an, dunia pertelevisian beralih menggunakan kamera yang lebih kecil ukurannya. Peralatan itu terus diganti seiring dengan teknologi terbaru. Sayang tak banyak peralatan siaran televisi maupun dokumentasi yang terinventaris dengan baik. Alhasil tak banyak yang dapat diketahui tentang sejarah perkembangan pertelevisian di Tanah Air.

Nah, di era digital seperti sekarang ini, berbagai peralatan pertelevisian sudah jauh lebih kecil ukurannya. Namun memiliki kemampuan yang jauh lebih besar. Demikian juga dengan pesawat penerima televisi. Jika dahulu masih berupa tabung hitam putih, kini sudah jauh berkembang. Sekarang sudah banyak pesawat televisi dengan layar kristal cair (LCD) dan plasma.

Dan saat ini menonton televisi melalui telepon genggam bukanlah suatu hal yang aneh. Sebab, perkembangan teknologi yang kian maju telah memungkinkan hal itu. Para pengguna telepon seluler (ponsel) sekarang tak akan lagi terlewat untuk menyaksikan program favorit mereka. Mau hiburan, berita atau olahraga, itu semua sekarang ada dalam genggaman.

Jepang menghadirkan siaran televisi untuk telepon genggam ini sejak pertengahan tahun silam dengan teknologi one-segment broadcasting. Siaran dapat mengadopsi sistem digital agar gambar dan suara dapat diterima dengan kualitas prima. Sekalipun dalam keadaan bergerak, mulai jalan kaki hingga menumpang kereta cepat Shinkansen yang melaju 300 kilometer per jam.

Dengan ponsel televisi, berbagai tayangan favorit pagi hari yang biasa terlewat, kini bisa dinikmati dalam perjalanan menuju tempat kerja. Tinggal cari dan pilih acara yang dikehendaki, ponsel tersebut ini akan menampilkannya.

Dan bila terjadi ada dua program favorit tayang pada jam yang sama, tak usah khawatir. Ponsel ini dilengkapi dengan kemampuan merekam hingga 30 menit. Jadi tonton yang satu dan rekam yang lain untuk ditonton kemudian. Namun, buat sementara, ponsel TV ini baru bisa beroperasi selama tiga jam nonstop. Ini lantaran belum ada baterai yang tahan lebih lama.

Siaran televisi memang makin mudah diakses, termasuk melalu media handphone. Teknologi memang semakin mempermudah kita memperoleh informasi. Lantaran itu pula, Liputan 6 SCTV sedang menyiapkan News Channel yang berisi berbagai program berita 24 jam. Program ini bisa diakses melalui ponsel.

Kesibukan di dapur redaksi Liputan 6 memang semakin bertambah. Namun, melalui News Channel, awak redaksi dapat memproduksi dan menyiarkan berbagai program berita selama 24 jam. Maklum, program berita ini dapat diakses melalui handphone.

Tentu saja, program ini memanfaatkan kemajuan teknologi. Program News Channel SCTV nantinya bisa diakses melalui handphone yang dilengkapi teknologi digital video broadcasting handheld (DVB-H). Adapun ponsel berteknologi DVB-H yang segera bisa digunakan di Indonesia adalah Nokia tipe N-77. Ini tak terpengaruh oleh jenis kartu telepon seluler yang digunakan.

Agar bisa diakses melalui handphone, SCTV bekerja sama dengan perusahaan TV berlangganan. Launching News Channel SCTV sendiri akan digelar pada Oktober nanti. Dan buat sementara waktu, News Channel ini hanya dapat diakses di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

Orang Tua Perlu Mengawasi Siaran Televisi

26/08/2007 08:28 Televisi
Orang Tua Perlu Mengawasi Siaran Televisi

Liputan6.com, Jakarta: Banyak tayangan serta program televisi yang tak mendidik bagi bocah. Bahkan, sejumlah program yang isinya tak sesuai untuk anak-anak ditayangkan pada jam di mana masih banyak penonton anak-anak. Padahal, banyak stasiun televisi yang sudah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia dan berbagai lembaga sosial kemasyarakatan lainnya. Agaknya, ketatnya persaingan membuat pengelola televisi acap kali tak mengindahkannya.

Selain komitmen pengelola stasiun televisi, orang tua juga perlu turut serta membantu mengawasi acara maupun program yang ditonton anak-anak mereka. Sekilas, cuplikan suatu tayangan film anak terkesan biasa saja, bahkan lucu dan menyenangkan. Si upik pun betah menonton film semacam itu.

Namun bila diperhatikan, adegannya ternyata tidak sehat bagi perkembangan anak. Karena secara tidak langsung telah mengajari berbagai hal yang masih jauh dari takaran umur mereka. Nah, keprihatinan akan tayangan televisi itu, kini telah meluas di kalangan masyarakat. Sekalipun demikian, ketidakjelasan soal panutan acara mengakibatkan tiada pilihan. Alhasil acara yang seharusnya tak menjadi konsumsi anak terpaksa ditonton juga.

Komisi Penyiaran Indonesia mencatat setidaknya ada lima gambar yang tidak sehat bagi anak yang perlu diwaspadai para orang tua. Yakni, gambar kekerasan yang membahayakan dan mudah ditiru anak; gambar menakutkan serta mengerikan seperti senjata tajam, darah dan kriminal; gambar situasi klenik dan tahayul; gambar kegiatan seksual seperti ciuman, telanjang dan adegan pacaran; dan gambar perbuatan antisosial seperti tamak, licik serta berbohong.

Sedangkan narasi yang tidak sehat adalah memaki kata-kata yang diasosiasikan dengan kegiatan seksual; mengejek dan menghina mengolok-olok serta melecehkan kelompok tertentu seperti fisik atau ras.

KPI menilai kontrol masyarakat paling efektif untuk meminimalkan tayangan-tayangan yang membahayakan bagi anak. Sebagai penonton, masyarakat dapat melaporkannya kepada KPI, terutama bila memang ada tayangan yang tidak sehat. Para penonton juga dapat mengeluhkan tayangan tersebut langsung kepada stasiun televisi yang menayangkan. Dengan demikian, kualitas siaran tak hanya semata tanggung jawab KPI. Tapi, juga menjadi tanggung jawab berbagai pihak, khususnya kalangan orang tua.

Belakangan, bukan hanya TV swasta yang meramaikan dunia televisi di Indonesia. Ada lagi fenomena TV lokal. Hanya saja, aturan main yang terkadang tak jelas serta manajemen yang juga berantakan membuat sebagian TV lokal yang sudah tumbuh, mati suri. Bahkan, mati selamanya.

Tengok saja gedung stasiun tv lokal pertama di Manado, Sulawesi Utara, yaitu TV Manado. Kini tinggal menjadi kenangan bagi warga Manado. Televisi itu terpaksa tutup karena tak mampu lagi menutup ongkos produksinya, selain belitan masalah manajemen.

Padahal, pendirian televisi ini diarahkan untuk menangkap peluang bisnis yang terbuka dari terbitnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tnetang Penyiaran. UU ini mewajibkan TV nasional bermitra dengan TV lokal dalam merelai siarannya [baca: Selamat Datang Era Televisi Lokal]. Selain TV Manado, ada juga Bunaken TV yang konsep siarannya penuh muatan lokal dengan target pengiklan setempat. Sebelumnya, acara di televisi ini sangat disukai warga Manado, sayang hanya bertahan dua bulan.

Lain halnya dengan Pasific TV. Stasiun televisi kebanggan warga Sulut, hingga saat ini ramai pengiklan sehingga bisa tetap bertahan. Bahkan, sekarang mampu mengudara hingga 18 jam sehari. Sepanjang tahun ini, Pacific TV terus melebarkan usahanya ke bidang radio dan koran lokal. Selain di Manado, ada pula TV Lima Dimensi di Kota Tomohon yang eksis hingga sekarang.

Sedangkan di Gorontalo, semangat memiliki TV lokal tak kalah dengan provinsi tuanya, Sulawesi Utara. Kendati hanya mengandalkan iklan lokal, TV Gorontalo mampu bertahan hingga tahun keenam ini. Karena itu wajar, bila televisi kebanggaan masyarakat Gorontalo ini hanya mampu mengudara lima jam seharinya. Keyakinan diberlakukannya pasal UU Penyiaran yang mewajibkan TV nasional bekerja sama dengan TV lokal untuk merelai acaranya kini dinantikan. Setidaknya dapat menggairahkan kembali keberadaan TV lokal.

Selain Manado, stasiun televisi lokal juga ada di daerah-daerah lain, termasuk di Surabaya, Jawa Timur. Di Kota Pahlawan itu ada stasiun televisi yang menyiarkan berita dalam bahasa Jawa dialek Surabaya. Pojok Kampung itulah nama program tersebut. JTV selaku pengagas memang sengaja menggunakan bahasa Jawa dialek Surabaya atau Suroboyoan untuk program berita ini. Selain untuk lebih mendekatkan diri pada pemirsanya, penggunaan bahasa Suroboyoan ini juga didorong keprihatinan atas menurunnya penguasaan dialek tersebut di kalangan anak-anak.

Walau didukung awak yang fasih berbicara dalam dialek Surabaya, ternyata untuk menulis naskah, mereka masih dibantu seorang penerjemah. Di tangan orang itulah, naskah tersebut sampai pada bentuk akhirnya. Sebagaimana yang sampai ke pemirsanya.

Namun, berita yang sudah selesai, boleh jadi akan kehilangan gregetnya bila tak disampaikan dengan pas. Untuk itulah, pihak JTV tak sembarangan memilih presenter. Ini wajar karena ia harus benar-benar menguasai bahasa Suroboyoan. Walau sudah dipersiapkan sedemikian rupa, tak berarti semua akan berjalan lancar. Sesekali ada saja masalah yang muncul.

Sejak diluncurkan awal Juli 2003, program berita Pojok Kampung telah tumbuh menjadi ikon JTV. Program ini juga mendapat respons positif dari warga Surabaya. Dan menyusul keberhasilan Pojok Kampung, pihak JTV mengembangkan program berita serupa dengan nama Pojok Kulonan. Program ini menggunakan bahasa Jawa halus atau krama untuk merebut pemirsa Jawa Timur yang belum tergarap melalui program Pojok Kampung.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

KPI: Kurangi Tayangan Banci

31/08/2008 12:44 Televisi
KPI: Kurangi Tayangan Banci

Liputan6.com, Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia mengingatkan tayangan televisi yang mengeksploitasi sikap banci sangat tidak mendidik. KPI minta stasiun televisi mulai mengurangi tayangan sejenis. Demikian terungkap dalam dialog bersama KPI bertajuk Tampilan dengan Model Kebanci-bancian di Televisi Kita di Jakarta, Sabtu (30/8) siang.

Untuk kondisi saat ini, psikolog bidang pendidikan Rani I. Noe`man, melihat pagar terbaik untuk melindungi anak adalah perhatian orangtua. Menonton televisi ibarat menyantap makanan. Tak semua yang enak dan menyenangkan sehat untuk dikonsumsi. Orangtualah yang harus memperhatikan apa yang terbaik bagi perkembangan anak.(TOZ/Riko Anggara dan Priatno)

Ryan Permalukan Polisi

> Dua Kali Kibuli Polisi, > Kapolri: Tindak Tegas

Surabaya, Warta Kota
KEPOLISIAN Jombang, Jawa Timur, terbukti salah menangkap orang. Pendapat bahwa mayat yang ditemukan di kebun tebu Dusun Berakan, Jombang, pada Oktober 2007 adalah Asrori alias Aldo ternyata salah besar.

Pendapat Kapolres Jombang AKBP M Khosim bahwa mayat di kebun itu adalah Asrori alias Aldo dipatahkan hasil uji DNA (deoxyribonucleic acid) oleh Pusdokkes Polri. Sampel darah Jalal dan Dewi Muntari, orangtua Asrori, yang digunakan sebagai pembanding pada tes DNA itu identik dengan DNA Mr X.
”Hari ini kami telah menerima hasil pemeriksaan DNA dengan pembanding sampel darah keluarga Asrori, yakni Jalal dan Dewi Muntari. Sampel darah itu identik dengan Mr X. Dengan demikian, Mr X itu adalah Asrori. Hasil ini sekaligus menjawab pertanyaan, siapa sebenarnya Mr X itu,” urai Kasat Pidana Umum Polda Jatim, AKBP Susanto, Rabu (27/8).

Hasil tes DNA itu otomatis menjadikan mayat di kebun tebu itu sebagai Mr X. Selama ini, mayat di kebun tebu itu dianggap sebagai Asrori alias Aldo. Polisi bahkan telah menangkap tiga warga Jombang yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan di kebun tebu itu. Kini, dua di antaranya telah dijatuhi hukuman penjara. Dengan demikian, polisi telah salah tangkap.
”Atas petunjuk Bapak Kapolda, akan diambil beberapa langkah. Pertama, kami akan buat tim peneliti terhadap kasus yang ditangani Polres Jombang ini. Kedua, kami akan menggali jenazah yang telah dikebumikan yang selama ini diidentifikasi sebagai Asrori. Kasus ini akan diambil alih polda,” kata Susanto.
Kapolri Jenderal Sutanto meminta keluarga korban salah tangkap melapor ke polisi. Dia berjanji akan menindak tegas aparatnya yang bertanggung jawab atas salah tangkap tersebut.
”Jika ada masyarakat yang dirugikan oleh tindakan polisi, silakan melapor, kami akan tindak lanjuti laporan tersebut,” ujar Sutanto usai serah terima jabatan enam kapolda di Mabes Polri, Rabu (27/8) pagi.
Saat ditanya tentang dugaan penyiksaan terhadap tiga warga Jombang yang dituduh sebagai pembunuh Aldo, Sutanto mengatakan, untuk mendapatkan pengakuan dari tersangka, polisi tidak dibenarkan melakukan penyiksaan. ”Penyiksaan tidak dibenarkan, itu tidak boleh. Kita akan menindak tegas anggota yang melakukan itu,” katanya.
Hal senada dikatakan oleh Kepala Divisi Humas Polri Irjen Abubakar Nataprawira. Menurut Abubakar, penyiksaan untuk mendapatkan pengakuan dari orang yang diduga sebagai pelaku kejahatan tidak diizinkan lagi. ”Berdasarkan KUHAP, bukti pengakuan itu nilainya paling kecil. Untuk membuktikan tindak pidana seseorang, penyidik harus memiliki alat bukti, petunjuk, saksi ahli, dan visum,” ujarnya.

Dua kali
Salah tangkap yang dilakukan penyidik Polres Jombang telah membuat Maman Sugianto alias Sugik, Imam Hambali alias Kemat, serta Devid Eko Priyanto sebagai tersangka kasus pembunuhan di kebun tebu. Bahkan, kini, Kemar dan Devid telah menjalani hukuman 17 dan 12 tahun penjara.
Menurut Susanto, ketiga orang tersebut dituduh sebagai pembunuh Aldo karena penyidik Polres Jombang menemukan sepeda motor Yamaha Jupiter milik Aldo dipakai salah satu dari tiga orang tersebut. Keluarga Aldo kemudian dihubungi dan diminta mengenali mayat yang kondisinya telah rusak tersebut.
”Proses identifikasinya hanya berdasarkan ciri fisik korban semasa hidup. Sidik jarinya tidak bisa diambil karena kondisi mayat sudah membusuk,” ujar Susanto.
Proses identifikasi seperti itu memiliki tingkat akurasi yang rendah. Mengapa saat itu tidak dilakukan uji forensik lain, misalnya dengan tes DNA? ”Ini yang sedang kita dalami, kenapa saat itu tidak dilakukan uji DNA. Apakah karena sudah ada keyakinan pihak keluarga bahwa ini mayat Asrori? Nanti akan ada tim khusus yang menangani itu,” kata Susanto.
Tim tersebut juga yang akan membongkar kuburan mayat korban pembunuhan di kebun tebu untuk mencari tahu siapa sejatinya dia. ”Secepatnya (pembongkaran makam) dilakukan untuk memberi gambaran yang jelas apakah ini termasuk kesalahan proses penyidikan,” kata Susanto.
Saat menyelidiki kasus mayat di kebun tebu itu, penyidik Polres Jombang meminta keterangan Ryan, rekan Asrori. Tapi interogasi itu tak dimasukkan dalam BAP (berita acara pemeriksaan). ”Soal ada hubungan apa antara Asrori dan Ryan sehingga saat itu dia (Ryan) dipanggil, kami sedang mempelajarinya,” kata Susanto.
Fakta ini menguatkan anggapan Ryan lihai bersandiwara di depan polisi. Pada kasus laporan orang hilang yang disampaikan keluarga Ariel Sitanggang, warga Depok, ke Polda Metro Jaya, polisi juga meminta keterangan Ryan. Polisi memanggil Ryan karena mendapat informasi bahwa dia adalah kawan Ariel. Namun, saat itu, polisi tak menemukan petunjuk bahwa Ryan bertanggung jawab atas hilangnya Ariel. Belakangan, dari 10 jenazah yang ditemukan di halaman rumah Ryan, salah satunya diketahui sebagai Ariel yang hilang sejak sekitar Maret lalu. (wid/Surya)

Image

Anak Saya Bukan Pembunuh

Jombang, Warta Kota
Pengakuan Ryan bahwa dirinya pembunuh tunggal Asrori, tidak mengagetkan Khamin (75), ayahanda terpidana Imam Hambali alias Kemat (26).
Ditemui di kediamannya, Khamin mengaku tak pernah percaya Kemat membunuh Asrori. Menurut Khamin, Kemat tidak mungkin melakukan pembunuhan, karena Kemat bukan orang yang punya sifat tega melakukan kekerasan.
”Terhadap hewan saja, dia itu tidak tega melakukan pemukulan, apalagi terhadap manusia, membunuh lagi. Lebih-lebih lagi Asrori itu tetangganya sendiri,” kata Khamin.
Kemat, kata Khamin, juga sangat penakut. ”Kalau keluar rumah, misalnya ke tetangga, pada malam hari, selewat pukul 10 malam saja dia pasti akan minta diantar. Orang penakutnya seperti itu kok dituduh membunuh, jelas kami tidak percaya,” ujar Khamin.
Selain karena sifat-sifat Kemat yang penakut dan dinilai tidak mampu melakukan kekerasan terhadap sesama, Khamin juga yakin Kemat tidak membunuh karena setiap keluarga membesuknya di LP Jombang, Kemat selalu menangis, dan bercerita dirinya tidak membunuh siapa pun.
”Dia mengaku kepada kami, saat di kepolisian tubuhnya dipukuli polisi sehingga terpaksa mengakui perbuatan yang sebenarnya tidak dilakukannya. Kasihan sekali dia,” kata Khamin. Dia dan keluarganya tak habis pikir, bagaimana Kemat yang berperasaan dan berperilaku halus bisa dituduh melakukan pembunuhan.
”Kalau mengingat kejadian dia ditangkap, saya dan istri saya ini pasti menangis karena sedih. Saat itu, sedang enak-enak santai habis makan sahur, menunggu datangnya imsak, tiba-tiba rumah kami didatangi beberapa polisi. Mereka menggelandang anak saya pergi,” tutur Khamin, dengan suara tersendat. Kemat memang ditangkap polisi Oktober 2007, bertepatan bulan Ramadan.
Dengan pengakuan Ryan ini, Khamin meminta hukum bisa segera diluruskan dan anaknya segera keluar dari penjara. ”Anak saya tidak salah kok dihukum sampai belasan tahun. Ini tidak adil,” kata laki-laki tua sederhana itu. (Surya)

Sengkon-Karta ala Ryan

Jika Mr X adalah Aldo, Terungkap dari Tes DNA

Kota, Warta Kota
Warta Kota Hari Ini PENGAKUAN tersangka mutilasi dan pembunuhan berantai Very Idham Henyaksyah alias Ryan bahwa jenazah Mr X yang ditemukan di halaman rumahnya adalah Asrori alias Aldo (21) mendekati kebenaran. Akankah kasus Sengkon-Karta tahun 1974 terulang di Jombang, Jawa Timur?

Polisi mulai memertimbangkan pengakuan Ryan bahwa Aldo adalah salah satu korbannya setelah hasil tes DNA dua keluarga yang mengaku sebagai kerabat Mr X keluar, beberapa hari lalu. Hasil tersebut, DNA pembanding dan DNA korban tidak identik. Dengan demikian, Mr X bukanlah kerabat dari dua keluarga tersebut.

Keterangan tentang hasil tes DNA itu disampaikan Kadiv Humas Polri Irjen Abubakar Nataprawira, Selasa (26/8). Menurut Abubakar, dengan selesainya tes DNA tersebut, kini polisi menindaklanjuti pengakuan Ryan. Penyidik mengambil sampel darah keluarga Asrori alias Aldo dan memeriksa pihak-pihak terkait.

”Hasil tes DNA dua orang yang kita duga sebagai keluarga Mister X sudah keluar dan ternyata hasilnya negatif. Sekarang kita menindaklanjuti pengakuan Ryan dengan mengambil sampel darah keluarga Asrori,” ungkap Abubakar, Selasa (26/8).

Mr X adalah istilah yang biasa digunakan polisi untuk menyebut mayat yang tidak diketahui identitasnya. Seperti diberitakan, dari 10 jenazah korban Ryan yang ditemukan di halaman belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, Jawa Timur, hingga kemarin tinggal satu jenazah yang belum teridentifikasi.

Ada empat keluarga yang menduga Mr X itu adalah kerabatnya. Salah satunya adalah keluarga Afandi. Polisi dan para pakar forensik melakukan serangkaian metode, termasuk tes DNA, untuk memastikan identitas Mr X itu. Ketika hasil tes DNA tersebut negatif, maka gugurlah dugaan keempat keluarga tersebut. Dengan demikian, pengakuan Ryan bahwa Mr X itu adalah Aldo mendekati kebenaran.

Di sisi lain, pada September 2007 polisi menyatakan mayat pemuda yang ditemukan di sebuah kebun tebu di Jombang adalah Aldo, warga Desa Kalangsemanding, Jombang. Polisi yang menyelidiki kasus itu menangkap tiga warga Jombang yang dituduh sebagai pembunuh Aldo.
Sengkon-Karta

Saat ini, dua dari tiga pria itu, Imam Hambali alias Kemat (26) dan Devid Eko Priyanto (17), sudah dijatuhi hukuman penjara 17 dan 12 tahun. Mereka dijatuhi hukuman di Pengadilan Negeri (PN) Jombang pada Mei 2008. Seorang tersangka lainnya, Maman Sugianto alias Sugik, saat ini tengah menunggu persidangan. Jika pengakuan Ryan bahwa Mr X itu adalah Aldo, berarti Imam Hambali dan dua kawannya bernasib seperti Sengkon-Karta.

Sengkon-Karta adalah legenda tentang buruknya penegakan hukum di Tanah Air. Sengkon-Karta adalah dua petani dari Cakungpayangan, Bekasi, yang jadi korban skenario palsu pada pengungkapan kasus pembunuhan suami-istri warga Cakungpayangan, tahun 1974.

Karena kesulitan mengungkap kasus pembunuhan itu, penyidik kemudian membuat skenario palsu dan memaksa Sengkon dan Karta untuk mengaku sebagai pelakunya. Karena tidak tahan disiksa, Sengkon dan Karta mengaku sebagai pelaku pembunuhan yang tak pernah dilakukannya.

Di Pengadilan Negeri Bekasi, tiga tahun setelah pembunuhan itu terjadi, Sengkon dan Karta menyangkal tuduhan jaksa. Tapi, hakim Djurnetty Soetrisno lebih percaya berita acara pemeriksaan (BAP) yang dibuat polisi ketimbang mendengarkan bantahan kedua terdakwa.

Oktober 1977, Sengkon divonis 12 tahun penjara dan Karta divonis 7 tahun. Putusan itu dikuatkan Pengadilan Tinggi Jawa Barat dan berkekuatan hukum tetap karena Sengkon dan Karta tidak kasasi. Sengkon dan Karta kemudian jadi narapidana di LP Cipinang, Jakarta Timur.

Di penjara, Sengkon terserang TBC. Tapi di tempat itu pula kegelapan mulai tersingkap. Seorang penghuni LP yang masih kerabat Sengkon, Gunel, mengaku sebagai pelaku perampokan dan pembunuhan yang sebelumnya dituduhkan kepada Sengkon-Karta. Sengkon dan Karta melaporkan pengakuan itu. Gunel kemudian diadili untuk kasus pembunuhan dan perampokan dan dihukum 10 tahun penjara.

Kasus salah tangkap juga terjadi pada pengungkapan kasus pembunuhan Ali Hartawinata, pemilik toko bahan bangunan Trubus di Jatiwarna, Pondokgede, Bekasi, tahun 2002. Polisi menuduh Budi Harjono, putra Ali, sebagai pelaku pembunuhan itu dengan motif kesal kepada sang ayah.

Budi dipaksa dan diintimidasi untuk mengaku bahwa dirinya adalah pelaku pembunuhan itu. Budi tak berdaya untuk melawan sehingga dia kemudian dipenjara. Di persidangan, Budi dapat membuktikan bahwa dirinya bukanlan pelaku pembunuhan Ali. Empat tahun berselang, polisi menangkap pelaku pembunuhan Ali.
Diulang

Terkait kemungkinan bahwa Mr X dalam daftar korban Ryan adalah Aldo, polisi mempersiapkan tes baru untuk membandingkan DNA Mr X dengan DNA keluarga Aldo. ”Sekarang kami akan membuktikan pengakuan Ryan dengan tes DNA terhadap keluarga Asrori. Kalau DNA keluarga Asrori sama dengan DNA Mister X, berarti pengakuan Ryan bahwa mayat itu adalah Asrori benar,” ungkap Abubakar.

Abubakar menambahkan, apabila terbukti Mr X itu adalah Aldo, maka penyidikan atas kasus mayat korban pembunuhan yang dibuang di kebun tebu di Jombang pada September 2007 akan diulang. ”Tapi, bagaimana persisnya langkah selanjutnya, akan diumumkan hari Kamis atau Jumat lusa sambil menunggu hasil tes DNA keluarga Asrori alias Aldo,” jelasnya.

Seperti diberitakan, kepada seorang kerabatnya, Ryan mengaku bahwa jenazah Mr X yang ditemukan di halaman belakang rumahnya adalah jenazah Asrori alias Aldo. Kata Ryan, Aldo dibunuh setelah ada kabar bahwa Aldo tewas dibunuh dan mayatnya ditemukan di kebun tebu. Ryan juga mengaku, motif membunuh Aldo adalah jengkel lantaran Aldo terus-menerus mengajaknya berkencan. Pengakuan Ryan ini sempat dinilai mengada-ada oleh penyidik.

Terkait hasil tes DNA terakhir, kemarin, penyidik Polda Jatim dan Polres Jombang merencanakan membongkar makam korban pembunuhan di kebun tebu yang selama ini diyakini sebagai Asrori alias Aldo. (Persda/tat)

Korban Ryan Disidik Ulang

Polisi Salah Tangkap? Ada Tujuh Kejanggalan

Surabaya, Warta Kota
Wartakota Hari IniMAYAT Mr X yang ditemukan di belakang rumah orangtua Ryan mengarah pada Asrori alias Aldo. Pendapat polisi bahwa mayat itu kemungkinan adalah Affandi mengandung sejumlah kejanggalan.

Dugaan kuat bahwa mayat yang ditemukan di kebun tebu di Desa/Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang, Jatim, September 2007, bukanlah Asrori. Namun, polisi menyatakan mayat tersebut adalah Asrori dan menangkap tiga pria yang dituduh sebagai pembunuhnya. Dua dari tiga pria tersebut telah dijatuhi hukuman di Pengadilan Negeri (PN) Jombang.


Para terpidana itu adalah Imam Hambali alias Kemat (26) yang divonis 17 tahun dan Devid Eko Priyanto (17) yang dihukum 12 tahun pada Mei 2008. Seorang lagi, Maman Sugianto alias Sugik, masih menjalani proses persidangan.
Seperti diberitakan, pada penggalian pekarangan rumah orangtua Ryan di Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, pada 21 Juli dan 28 Juli lalu ditemukan 10 mayat korban Ryan. Sebanyak sembilan mayat telah dikenali dan diserahkan kepada keluarganya.

Namun, hingga Jumat (22/8) masih ada satu mayat yang belum dikenali dan disebut Mr X.
Di awal pengakuannya kepada polisi, Ryan menyatakan lupa nama korban tersebut. Dia hanya memberi tahu bahwa korban itu dibunuhnya sekitar Desember 2006.
Namun, kepada seorang kerabat yang menjenguknya di ruang tahanan Polda Metro Jaya 17 Agustus lalu, Ryan memberi pengakuan terbaru. Dia mengatakan bahwa Mr X itu adalah Asrori yang ia bunuh sekitar Oktober 2007.

Untuk mengecek pengakuan Ryan tersebut, sejak 18 hingga 22 Agustus, Warta Kota dan Surya melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang terkait dengan Mr X dan Asrori. Hasil penelusuran itu mengarah pada dugaan bahwa Mr X itu adalah Asrori—sebagaimana pengakuan Ryan.
Kejanggalan

Korban Ryan Disidik UlangSetelah Warta Kota dan Surya melakukan penelusuran dan mewawancarai pihak-pihak terkait, ditemukan kejanggalan pada penegasan pihak kepolisian itu. Kejanggalan pertama, identifikasi bahwa mayat di kebun tebu adalah Asrori dilakukan lewat ciri-ciri fisik. Padahal, mayat tersebut sudah rusak sehingga tak mudah dikenali.

Kejanggalan kedua, ada keterangan bahwa baju yang menempel pada mayat di kebun tebu itu bukanlah baju Asrori. Ketiga, polisi berpegang bahwa mayat Mr X di rumah Ryan dibunuh pada Desember 2006—sesuai pengakuan awal Ryan. Padahal, pengakuan terbaru Ryan, mayat Mr X itu dibunuhnya sekitar Oktober 2007, setelah ramai-ramai berita tentang mayat Asrori di kebun tebu itu.
Kepada kerabatnya, Ryan mengatakan, ”Karena sudah diberitakan Asrori dibunuh di kebun tebu, ya sudah, kubunuh sekalian saja Asrori.” Saat itu, kata Ryan, dia memang jengkel kepada Asrori yang mengajaknya kencan. Di kalangan waria atau gay di Jombang, Asrori punya panggilan Aldo.
Kejanggalan keempat, dalam kuburan Mr X ditemukan banyak gelang karet serta kalung. Menurut polisi, seorang pemuda bernama M Affandi (asal Jombang) yang dilaporkan hilang oleh keluarganya, memiliki ciri-ciri mendekati Mr X, terutama dalam hal pemakaian karet gelang dan kalung. Namun, kepada Surya, keluarga Affandi mengatakan Affandi hanya memakai satu karet gelang dan tidak pernah memakai kalung.

Kelima, kalau polisi masih berpegang pada pengakuan awal Ryan bahwa Mr X dibunuh Desember 2006, dan Mr X itu mendekati ciri-ciri Affandi, maka pengakuan kakak Affandi meruntuhkannya. Sebab, pada Oktober 2007, Syaikhudin (34), kakak kandung Affandi, bertemu adiknya itu di Bali.
”Firasat saya, Mr X itu bukan Affandi,” kata Lukman Khakim (42), juga kakak kandung Affandi, Jumat (22/8). Lukman sudah dites DNA terkait Mr X.

Kejanggalan keenam, karena mayat di kebun tebu diyakini aparat penegak hukum sebagai Asrori, maka menjadi tanda tanya kenapa keluarga Asrori dipanggil ke Polda Jatim pada awal Agustus lalu. Agung (kakak Asrori) mengaku, dirinya ditanya tentang ciri-ciri Asrori. Jika identitas Asrori sudah dipastikan, kenapa ciri-ciri Asrori ditanyakan lagi kepada keluarganya?

Kejanggalan ketujuh, dari empat DNA pembanding yang diambil dari empat anggota keluarga yang melaporkan kemungkinan Mr X adalah saudara mereka, belum ada satu pun yang identik dengan Mr X setelah diteliti di Puslabfor Polri.

Tes DNA

Kadiv Humas Polri Irjen Abubakar Nataprawira berencana melakukan tes DNA terhadap orangtua Asrori alias Aldo. Tes ini akan dilakukan jika tes DNA yang dilakukan terhadap keluarga yang mengaku sebagai kerabat Mr X tidak menunjukkan kecocokan. ”Kalau memang tes DNA tidak cocok, berarti (Mr X) bukan keluarga mereka. Kalau begitu kita akan lanjutkan untuk mengetes DNA orang tua Aldo terhadap jenazah (Mr X) tersebut,” kata Abubakar.

Pernyataan untuk penyidikan ulang disampaikan Kasat Pidum Ditreskrim Polda Jatim, AKBP Susanto. ”Lebih baik kita menghukum seribu orang yang memang bersalah, daripada memenjarakan satu orang yang tidak bersalah. Bagi saya, tidak masalah kasus pembunuhan Asrori dibuka, untuk membuktikan apakah identitas Mr X korban Ryan itu adalah Asrori atau bukan,” ujar AKBP Susanto.
Menurut sumber di LP Jombang, Jumat (22/8) siang beberapa polisi dari Polda Jatim menemui Kemat dan Devid. Mereka mulai melakukan penyidikan ulang.

Sementara itu Rusdin Ismail pengacara Ryan (30) mengaku belum mendapat informasi soal pengakuan Ryan tentang Mr X yang diakui sebagai Asrori alias Aldo.
(Surya/wid)

Ryan: Polisi Salah Tangkap

Buka Tabir Ansori, Terdakwa Minta Sidik Ulang

Jombang, Warta Kota
Warta Kota Hari Ini VERI Idham Henyaksah alias Ryan bersumpah bahwa dialah yang membunuh Ansori alias Aldo (24). Kalau pengakuan Ryan ini di kemudian hari terbukti, berarti polisi telah salah tangkap.

Seperti diberitakan, ada tiga terdakwa dalam kasus pembunuhan Ansori yang mayatnya ditemukan di Jombang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Dua di antaranya sudah dipidana, yakni Imam Hambali alias Kemat (26) dan Devid Eko Priyanto (17). Keduanya divonis masing-masing 17 dan 12 tahun penjara pada 8 Mei lalu.

Sedangkan seorang terdakwa lainnya, Maman Sugianto alias Sugik (28), masih dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jombang. Versi polisi, Ansori adalah korban pembunuhan yang mayatnya ditemukan di kebun tebu sekitar 35 kilometer dari rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang. Dalam kasus tersebut, polisi pernah memeriksa Ryan karena menemukan barang Ryan di rumah Ansori. Namun polisi tidak menemukan bukti keterlibatan Ryan sehingga jagal dari Jombang yang sudah menghabisi 11 nyawa ini dilepaskan.

Belakangan Ryan mengaku menghabisi Ansori alias Aldo sehabis Lebaran tahun 2007 atau beberapa minggu setelah penemuan mayat di kebun tebu. Menurut Ryan, mayat Ansori ia kubur di halaman belakang rumah orangtuanya. Mayat tersebut hingga kemarin disebut Mr X.

Pengakuan Ryan bahwa dirinya menghabisi Ansori alias Aldo disampaikan seorang kerabatnya yang menjenguk Ryan di Mapolda Metro Jaya Minggu (17/8). Seluruh pengakuan Ryan itu, menurut dia, sudah masuk dalam BAP (berita acara pemeriksaan) di Polda Metro Jaya. ”Ryan mengaku membunuh Aldo sehabis Lebaran. Ryan bilang, Aldo kan sudah dikabarkan mati, jadi saya bunuh saja sekalian,” kata kerabat Ryan yang menolak dikutip namanya itu.

Orangtua Ryan, Akhmad Sadikun-Ny Kasiyatun, tahu identitas Mr X tersebut adalah Aldo dari Ryan. Tapi, saat diperiksa polisi, Akhmad maupun Kasiyatun bungkam. ”Hal itu dilakukan demi Ryan. Mereka khawatir kalau identitas Mr X diungkap, keamanan Ryan terancam karena terjadi salah tangkap yang menyebabkan dua orang tidak berdosa dipenjara,” kata sumber itu.

Penyidikan ulang

Di sisi lain, pengakuan Ryan itu memunculkan harapan bagi keluarga Kemat, terpidana kasus pembunuhan Ansori. Ayah Kemat, Khamin (70) tak bisa ditemui. Sedangkan ibunya, Ny Hartini tergolek di tempat tidur dan tidak bisa bicara karena sejak Jumat (15/8) terkena serangan stroke.

Kakak kandung Kemat, Rina (35), dan keponakannya, Alisa (23), berharap aparat penegak hukum menindaklanjuti pengakuan Ryan dengan melakukan penyidikan ulang. ”Bahkan kalau perlu ada uji DNA terhadap keluarga korban dan Mr X yang ditemukan di belakang rumah Ryan,” kata Alisa.

Keluarga Kemat yakin, Kemat tidak bersalah. Kepada keluarga yang membesuknya di LP Jombang, Kemat berkali-kali menyatakan dirinya tidak melakukan pembunuhan terhadap siapa pun.

Menurut Alisa, Kemat mengatakan dirinya mengaku sebagai pembunuh Ansori karena tak tahan dengan penyiksaan saat menjalani pemeriksaan oleh polisi. ”Dia itu kan punya sifat kewanitaan. Jadi, kena benturan fisik sedikit saja sudah tidak tahan dan merasa kesakitan,” ujarnya. Kemat, kendati berjenis kelamin laki-laki, memang berperilaku seperti perempuan.

Keluarga Kemat yakin, Kemat tidak bersalah dan hanya menjadi korban salah tangkap dalam kasus pembuhan Ansori. Apalagi, Kemat memiliki sifat kewanitaan. Oleh karena itu pula, ibunda Kemat, jatuh sakit akibat memikirkan nasib Kemat. ”Sejak adik saya masuk penjara, ibu sakit-sakitan. Puncaknya Jumat lalu, beliau terkena stroke,” jelas Rina.

Ketua RT tempat tinggal Ansori (alm), Sutrisno, mengatakan masuk akal jika mayat yang ditemukan di kebun tebu pada 29 September 2007 bukanlah Ansori seperti yang diyakini selama ini. Sebab, imbuh Sutrisno, mayat itu diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri fisik. ”Sedangkan mukanya tidak dapat dikenali karena sudah rusak,” katanya.

Selain itu, kata Sutrisno, pakaian yang menempel pada mayat di kebun tebut itu, bukanlah pakaian Ansori. ”Tapi ini hanya pendapat pribadi saja. Untuk tindak lanjut kasus ini, saya menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum,” katanya.

Polisi gamang

Kapolres Jombang AKBP Mohammat Khosim yang dimintai pendapat terkait pengakuan Ryan mengatakan polisi tidak akan melakukan penyidikan ulang atas kasus pembunuhan Ansori maupun melakukan uji DNA. ”Kami tetap berpedoman kepada fakta-fakta hukum yang muncul di persidangan. Dua terdakwa sudah divonis dan satu lagi masih dalam proses,” katanya.

Khosim menengarai, munculnya pengakuan Ryan bahwa dialah pembunuh Ansori merupakan bagian pembentukan opini agar aparat hukum gamang dalam mengadili Maman Sugianto alias Sugik. ”Ini sudah kami ketahui sejak 30 Juli lalu atau dua hari sejak pembongkaran kedua di belakang rumah Ryan,” katanya.

Berdasarkan penelusurannya, kata Khosim, jaringan Sugik bekerja dengan cukup cerdik. Mereka antara lain menumpangi kasus Ryan dengan tujuan Sugik terlepas dari jerat hukum. Dengan kata lain, kata Khosim, ada kemungkinan Ryan dibisiki oleh orang dari jaringan tersebut agar mengaku sebagai pembunuh Ansori. (Surya)

Ryan Membunuh, Dua Dibui

Mr X Disebut Aldo, Polisi: Ryan Bohong

Jombang, Warta Kota
Warta Kota Hari Ini Feri Idham Henyaksah alias Ryan (30) mengakui mayat Mr X yang ditemukan di belakang rumah orangtuanya pada 28 Juli 2008 lalu bernama Moh Ansori (24). Korban dibunuh Ryan sekitar September 2007.

Namun polisi berpendapat Moh Ansori yang diakui Ryan itu mayatnya ditemukan di kebun tebu sekitar 35 kilometer dari rumah Ryan. Pembunuhnya, Hambali alias Kemat (26) dan Devid Eko Priyanto (17), keduanya warga Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak. Mereka sudah divonis masing-masing 17 dan 12 tahun penjara.

Meski demikian Ryan ngotot bahwa Mr X adalah Moh Ansori yang biasa dipanggil dengan sebutan Aldo, warga Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Jombang. Aldo adalah pemilik Salon Ayu di desa itu.
Pengakuan Ryan ini disampaikan kepada keluarga yang membesuknya. ”Dia mengaku membunuh Aldo karena jengkel dilecehkan,” kata sumber di keluarga Ryan, yang menolak namanya dicantumkan di koran.

”Ryan mengaku, Aldo bilang begini kepada Ryan, ’Piro sih kencan ambek koen iku. Engko tak bayar’ (Berapa sih untuk kencan dengan kamu. Nanti saya bayar). Karena merasa tersinggung, Ryan lalu membunuh Aldo,” ungkap sumber tersebut.

Ryan Membunuh, Dua Dibui
Ryan-wid
Sumber itu mengatakan, Ryan merasa dilecehkan karena Aldo itu jelek dan Ryan tak menyukainya. ”Ryan bilang, Aldo itu sudah pendek, hitam, tapi sok gaya. Ryan bilang, ’yang ganteng-ganteng banyak yang mau kencan sama aku, mana mau aku sama dia. Aku bunuh saja dia,” kata Ryan ditirukan sumber tadi.

Sumber itu melanjutkan, kemungkinan besar pengakuan Ryan tersebut hanya diutarakan kepada dirinya , dan belum diungkapkan kepada polisi. Lebih-lebih, berdasarkan penyelidikan polisi Jombang, mayat Asrori dianggap sudah ditemukan, yakni di kebun tebu, pada 29 September 2007.
Bahkan dua dari tiga terdakwanya pembunuhnya sudah divonis masing-masing 17 dan 12 tahun. Satu terdakwa lagi, Sugianto alias Sugik, 28, juga warga Desa Kalangsemanding, sekarang masih dalam proses hukum. Selasa (19/ 8) kemarin, berkasnya dilimpahkan oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Jombang kepada Pengadilan Negeri (PN) setempat.

Kepala Satuan Reskrim Polres Jombang AKP Kasyanto membantah pengakuan Ryan tersebut. Saat diminta dikonfirmasi melalui telepon selularnya, Selasa petang, Kasyanto mengatakan, pengakuan itu tidak benar, itu hanya upaya untuk mengelabuhi polisi.
”Kita tidak menemukan kecocokan seperti yang diucapkan Ryan, informasi itu tidak benar,” kata Kasyanto.

Belum dengar

Kakak kandung Asrori, Agung, belum mendengar bahwa Ryan mengaku membunuh adiknya, Asrori. ”Saya baru mendengar dari sampeyan,” kata Agung, Selasa (19/8) sore.

Ketika disinggung apakah Asrori kerap dipanggil dengan sapaan Aldo, Agung mengaku tidak tahu. Agung belum mengambil sikap jika ternyata Asrori alias Aldo itu adalah adiknya. Sebelumnya, mayat Asrori sudah dinyatakan berada di kebun tebu Desa/ Kecamatan Bandarkedungmulya, Jombang, akhir September lalu.

Agung meragukan pengakuan Ryan tersebut. Sebab, berdasarkan identifikasi pihak keluarga, mayat yang ditemukan di kebun tebu tersebut memang mayat Asrori.

Kapolres Jombang Mohammat Khosim bahkan memastikan mayat Mr X yang ditemukan di pekarangan belakang rumah orangtua Ryan bukan mayat Asrori. Sebab mayat Asrori sudah ditemukan dan diidentifikasi oleh keluarganya.
Selain itu, kondisi mayat Mr X sendiri sudah tinggal tulang-belulang, sehingga berdasarkan pemeriksaan ahli forensik, dipastikan dikubur tahun 2006.

”Padahal mayat Asrori ditemukan 29 September 2007, atau sekitar tiga hari setelah dinyatakan hilang oleh keluarganya. Dua pelaku juga sudah divonis, sedangkan satu lagi masih menjalani proses hukum,” jelas Khosim.
Seandainya Asrori dibunuh Ryan, kata Kapolres, mayatnya tentu tidak tinggal tulang-belulang, melainkan masih ada daging meskipun sudah hancur dan membusuk.

”Mayat-mayat korban Ryan rata-rata dibunuh tahun 2007. Mayat-mayat itu umumnya masih ada dagingnya. Bahkan Zaki masih cukup utuh, termasuk celana dan sabuknya juga masih utuh,” kata Khosim. (Surya/wid)

Candoleng-Doleng, Adegan Panas Lewat Musik

Diiringi hentakan musik 'house dangdut', tiga orang penyanyi wanita meliuk-liuk di atas panggung. Namun ada yang aneh, jarang sekali dari mulut mereka terdengar nyanyian. Di tengah pementasan, mereka justru lebih sering mengumbar desahan-desahan, seolah seperti sedang berhubungan intim.

Semakin lama goyangan mereka semakin "brutal,". Mereka berjoget-joget sambil membuka pakaian yang sebenarnya sudah terbilang mengundang syahwat itu. Menit-menit berikutnya adegan demi adegan panas mereka suguhkan. Tak hanya bapak-bapak, dan remaja yang menyaksikan hiburan organ tunggal super heboh itu, bocah-bocah usia belasanpun ikut melotot.

Pemandangan itu beberapa tahun terakhir sering di jumpai di acara-acara pesta pernikahan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat menyebut hiburan itu candoleng-doleng.

Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati, yang juga mantan istri aktor Eddy Soed. Dalam bahasa Indonesia, candoleng-doleng berarti 'berjuntai-juntai', yang dikonotasikan posisi alat kelamin pria atau payudara.

Goyang candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok pemuda tertentu.

Show murah meriah itu ditampilkan secara khusus oleh penyanyi grup elekton (sejenis organ tunggal).

Aksi itu, biasanya diiringi dengan musik 'house dangdut' yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Saat beraksi, penyanyi biasanya tidak tampil sendiri. Mereka biasanya tampil berdua atau bertiga.

Dalam goyangannya, artis elekton juga selalu tampil 'seksi' dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai. Hiburan seronok yang biasanya di lakukan malam hari ini, pun kini bisa dijumpai pada siang hari. (Syahlan)

http://www.musikji.net/2008/08/candoleng-doleng-adegan-panas-lewat.html

"The Beatles Indonesia" Manggung di Liverpool

27/08/2008 12:22

"The Beatles Indonesia" Manggung di Liverpool

Liputan6

Liputan6, Jakarta: Jika
Liverpool merasa berbangga dengan The Beatles-nya, maka Jakarta boleh
juga berbangga dengan G-Pluck alias jiplakan The Beatles. Karena,
baru-baru ini mereka tampil di kandang The Beatles di Liverpool dan
mendulang sukses.



"Mimpi saja tidak pernah," kata Awan, pemain bas G-Pluck, mengomentari
penampilannya di club "Cavern Pub", Mathew Street, Liverpool. Tempat
itu merupakan debut manggung John Lennon, Paul McCartney, Ringo Starr,
dan George Harrison, hingga nama The Beatles mendunia dan melegenda.



Selain Awan Garnida, kelompok musik digawangi Wawan, Adnan Sigit, Beni
Pratama, Ramundo Gascaro, dan Tompak. Sejak awal pendiriannya, mereka
memang menjiplak habis tampilan John Lennon dan kawan-kawan, hingga
mereka mengaku sebagai The Beatles-nya Indonesia.



Kehadiran G-Pluck di ajang "Beatles Week Festival" pada 22-27 Agustus
itu, bukanlah hal mudah. Mereka harus bersabar dan menunggu lama untuk
meraih kesempatan. Karena hanya 40 kelompoik musik yang berhak
manggung, sementara ada 200 band dari 65 negara berada di antrian.



"Kelompok musik dari Asia hanya dari Jepang dan Indonesia," kata Awan.



Selain itu, G-Pluck juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit,
agar benar-benar menjadi kloning The Beatles. Gitar Adnan Sigit dicari
yang sama persis dengan kepunyaan George Harrison. Bahkan, mereka juga
menyiapkan kostum yang menyerupai kostum awak The Beatles.



"Setiap kali kita manggung, nama Indonesia selalu disebut-sebut. Bahkan
di luar panggung, banyak pula meneriakkan nama band kami," kata Awan.
G-Pluck tampil tujuh kali selama pesta Beatlemania itu.



"Bangga sekali. Akhirnya, saya bisa melihat grup band Indonesia tampil
di ajang international," kata Tuni Morris, warga Indonesia yang hijrah
ke Inggris mengikuti suaminya.



Fenomena Beatlemania, lazimnya disebut "Beatles tribute band", bukan
hanya terjadi di Indonesia. Karena, kelompok musik legendaris itu
"bermain" lintas generasi, lintas suku, dan lintas negara. Di
Indonesia, penggemar Beatles tergabung dalam "Indo Beatlemania Club".



"Lucu memang ada The Beatles yang berwarna kulit sawo matang dan berhidung pesek," kata Awan.(SHA/ANTARA)

Hotel Grand Melia Terbakar

27/08/2008 13:22

Hotel Grand Melia Terbakar
Liputan6

Liputan6.com, Jakarta:
Kebakaran melanda Hotel Grand Melia di Jalan H.R. Rasuna Said,
Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/8) pukul 11.20 WIB. Namun hingga
berita ini disusun belum diketahui penyebab kebakaran.



Ada 12 mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan untuk memadamkan si
jago merah. Api diduga berasal dari ruangan pencucian pakaian yang
terletak di bawah lobi hotel.(IKA/Tim Liputan 6 SCTV)

Arsipnya