Lipsynch Budaya atau Tren? - Keong Racun



INILAH.COM, Jakarta - Nama Sinta dan Jojo kini sedang hangat dibicarakan di Tanah air, karena aksi lipsynch dalam video amatiran sambil menyanyikan nomor dangdut koplo Keong Racun di YouTube.

Mereka berhasil membuat decak kagum setiap orang yang melihatnya. Tingkah lucu kepolosan dan cara bernyanyi serta bergaya ala penyanyi dangdut yang mereka peragakan merebut hati banyak orang terutama kaum pria.

Tetapi mereka bukanlah yang pertama kali yang melakukan aksi lipsynch tersebut. Sebut saja ada duo Milli Vanilli yang sempat membuat gempar industri musik dunia pada 1990.

Milli Vanilli adalah kelompok musik pop dan dance yang dibentuk oleh Frank Farian di Jerman pada 1988 dan beranggotakan Fab Morvan dan Rob Pilatus. Album perdana mereka terjual sangat laris dan mereka dianugerahi Grammy award untuk Best New Artist pada 1990.

Ketika publik mulai curiga akan bakat menyanyi Morvan dan Pilatus, Farian mengatakan kepada pers pada 15 November 1990 bahwa mereka tidak menyanyi dalam album rekaman. Atas tekanan media massa Amerika, Grammy milik Milli Vanilli ditarik kembali empat hari kemudian dan mereka dipecat dari Arista Records.

Alasan Farian terpaksa membeberkan rahasia tersebut, karena Morvan dan Pilatus tidak mau mempromosikan album kedua mereka.

Lipsynch (sinkronisasi bibir) adalah istilah teknis untuk pencocokan gerakan bibir dengan suara dan dapat merujuk pada salah satu dari sejumlah teknik dan proses. Dalam kasus pertunjukan konser, lipsynch adalah cara pintas yang sering digunakan, namun dapat dianggap kontroversial.

Karena trek film dan trek musik yang direkam secara terpisah selama pembuatan video musik, musisi biasanya menyingkronisasi bibir pada lagu-lagu mereka dan sering kali menirukan sambil memainkan alat musik juga.

Jadi lipsynch adalah merupakan sesuatu yang kontroversial dan (hampir) tidak disukai karena di lain sisi membuktikan bahwa sang penyanyi tidak memiliki rasa percaya diri yang baik saat melakukan pertunjukan.

Menurut salah satu facebooker, Retnoningdiah Pangestuti mengatakan "Maaf, jangan ada yg marah jika merasa anda adalah salah satu fans dari Ahmad Dhani, karena belakangan ini Ahmad Dhani sering sekali tampil di tv dan ternyata untuk seorang musisi sesenior dia, masih saja melakukan lipsync & plagiator. Bahkan anak-anaknya juga diajarkan cara-cara yang tidak bagus yaitu menyanyi dengan lipsync juga!! benar-benar merusak anak sendiri & pembodohan. Congor kemana? alat musik kemana? dengan bergaya kayak yang bisa mainin alat musiknya saja".

Berbeda dengan pendapat dari Danu Ari Fuego, salah satu pengguna Facebook lainnya "Buat saya sih ini tanda-tanda kemunduran musikalitas kita, musisi tugasnya bukan mangap-mangap terus dapat duit...hihihi".

Memang kalau kita perhatikan pada acara-acara musik di TV seperti Inbox atau Dahsyat, mulai dari band/musisi ternama hingga musisi yang baru, masih saja ada yang menggunakan metode lipsynch.

Tetapi anehnya yang menonton dan menikmatinya pun tidak sedikit. Apakah ini membuktikan bahwa penikmat musik di Indonesia hanya senang melihat wajah dari para personelnya saja daripada melihat live performance-nya? [mor]

http://artis.inilah.com/news/read/2010/07/30/696431/lipsynch-budaya-atau-tren/

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya