Suroan, Warga Berebut Berkah Kerbau Bule

KOMPAS.com


Jumat, 18 Desember 2009 | 06:01 WIB

SOLO,KOMPAS.com - Upacara adat kirab satu Suro di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Jumat dini hari, mewarnai pergantian tahun baru Islam 1431 Hijriyah di Kota Solo, Jawa Tengah. Sebelum kirab dimulai, kalangan Keraton Surakarta melakukan ritual jamasan pusaka atau membersihkan pusaka kerajaan.

Setelah dilakukan pemanjatan doa, kirab yang dilakukan dengan disertai sejumlah kerbau bule keturunan Kyai Slamet, kerbau yang dikeramatkan oleh kalangan Keraton Surakarta dan rakyatnya, dimulai pada pukul 00:00 WIB.

Empat ekor kerbau bule tersebut mulai keluar dari pintu gapit Keraton Surakarta dan kemudian dikirab beserta 13 pusaka kerajaan mengitari kawasan sekitar Keraton Kasunanan Surakarta. Selain kerbau keturunan Kyai Slamet dan 13 pusaka, ribuan kerabat keraton dan abdi dalem keraton juga ikut serta dalam kirab tersebut.

Sebelumnya, ribuan warga Kota Solo dan sejumlah kabupaten di sekitarnya telah memadati sepanjang jalan yang menjadi perlintasan rombongan kirab. Banyak dari para warga yang menantikan kerbau-kerbau untuk melintas di depan mereka.

Ketika kerbau tersebut mengeluarkan kotoran, banyak dari warga yang telah bergerombol di sepanjang lintasan kirab memperebutkannya karena mereka berkepercayaan kotoran kerbau tersebut dapat membawakan berkah bagi mereka.

Pengageng III Pariwisata dan Museum Keraton Kasunanan Surakarta, KRMH Satryo Hadinagoro mengatakan, upacara adat kirab satu Suro ini merupakan wujud introspeksi diri bagi manusia. "Oleh karena itu, dalam kirab ini seluruh peserta kirab melakukan ritual laku bisu atau berjalan tanpa berbicara. Hal tersebut dilakukan agar mereka dapat merenung dan prihatin agar dapat menjadi manusia lebih baik di tahun-tahun berikutnya," kata Satryo Hadinegoro.
     
Sementara itu, salah seorang warga Kabupaten Wonogiri yang mengikuti prosesi upacara kirab, Suwarno, mengatakan, melalui upacara adat tersebut rakyat merenungi kesalahan yang selama ini diperbuat dan menjadikannya pelajaran untuk waktu ke depan.

"Selain itu, laku bisu yang kami lakukan merupakan wujud keprihatinan agar doa-doa kami dapat terkabul. Untuk malam satu Suro kali ini, saya juga berdoa agar Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan, terutama bebas dari korupsi yang semakin merajalela," kata Suwarno.

Usai kirab satu Suro, kemacetan melanda di sejumlah jalan utama Kota Solo, terutama yang dilintasi rombongan kirab keraton, seperti di Jalan Slamet Riyadi, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, dan Jalan Yos Sudarso.

Selain disebabkan padatnya kendaraan yang melintas, banyaknya warga, baik pejalan kaki maupun yang hanya duduk bersantai di sepanjang trotoar jalan, juga menjadi penyebab kemacetan tersebut.  

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya