Pengamat: Infotainmen Melebih-lebihkan Fakta

ANTARA News
ANTARA News

Yogyakarta (ANTARA News) - Kabar infotainmen sering tidak berimbang dan melebih-lebihkan fakta, sehingga narasumbernya dirugikan, kata pengamat media dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Fajar Junaedi, Kamis.


"Infotainmen juga sering memberitakan hal-hal yang sebenarnya tergolong wilayah pribadi. Padahal, acuannya jelas, mana wilayah publik dan mana wilayah privat," katanya di Yogyakarta, Kamis, menanggapi perseteruan pekerja infotainmen dengan artis Luna Maya.


Ia mengatakan, jika ada sesuatu hal berimplikasi pada wilayah publik dan masyarakat akan rugi ketika tidak mengetahui berita tersebut, maka harus diberitakan. Namun, jika tidak berimplikasi pada kepentingan publik, tidak perlu masuk ke wilayah pribadi seseorang.


"Kesalahan fatal infotainmen adalah ketika melakukan proses liputan, pekerja infotainment sering kurang menghargai atau menghormati narasumber," kata dosen Jurusan Ilmu Komunikas UMY itu.


Menurutnya, narasumber mempunyai hak untuk menolak bicara atau mengatakan off the record ketika diminta menanggapi suatu persoalan yang menyangkut dirinya atau keluarganya.


"Namun, ketika ada narasumber yang bersikap seperti itu, mereka mencapnya tidak kooperatif, tidak menghargai profesi mereka, dan tidak menghargai hak publik untuk tahu. Ini keliru," katanya.


Berkaitan dengan perseteruan pekerja infotainment dengan Luna Maya, dia berharap kedua pihak bersikap dewasa dengan mengupayakan penyelesaian melalui jalan damai atau mediasi Dewan Pers.


"Di era keterbukaan seperti saat ini, citizen journalism membuat semua orang bisa menjadi jurnalis. Tentunya para wartawan harus lebih berhati-hati dalam mencari dan melaporkan sebuah berita," katanya.


Menurut dia, dengan munculnya berbagai media baru, wartawan perlu lebih berhati-hati dalam proses peliputan dan pelaporan berita. Sekarang hak jawab masyarakat menjadi lebih luas, tidak sekadar terbatas pada media yang bersangkutan, tetapi berkembang pada media sosial.


"Media-media seperti twitter, facebook, dan blog, bisa menjadi media untuk masyarakat mengungkapkan hak jawab mereka," katanya.(*)



Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya