Jika Hutang 6.7T, Cara Nyicilnya...

Rileks.com

Bagi buruh pabrik seperti saya, sangat sulit untuk membayangkan duit 6.7 T. Malah boleh jadi dikatakan sangat tidak masuk akal dan dilarang untuk membayangkannya. Andaikatapun saya berhasil mengajukan kredit ke Bank, tanpa jaminan, dan dengan bunga 0%, masih sangat pusing untuk berhitung cara mengembalikannya.

Gaji buruh pabrik di Kabupaten Bekasi, dengan acuan UMR yang sudah ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, Nomor No: 561/Kep.1665-Bangsos/2009 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat untuk tahun 2010, yaitu Rp 1.300.000. Dengan gaji sebesar itu, jika saya mengajukan kredit ke Bank, biasanya yang disetujui maksimal 1/3 gaji. Berarti saya hanya diperbolehkan menyicil Rp 433.333,33 per bulan.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melunasi hutang Rp 6.7 Triliun dengan bunga 0% saja, dengan cicilan Rp 433.333,33 per bulan? Ternyata membutuhkan waktu 15.461.538,46 (Lima Belas Juta Empat Ratus Enam Puluh Satu Ribu Lima ratus Tiga Puluh Delapan koma Empat Puluh Enam) Bulan atau 1.288.461,54 Tahun !!!

Kalau satu turunan saya membutuhkan waktu 80 Tahun, maka untuk melunasi hutang 6.7 T, dibutuhkan waktu ke anak cicit sampai 16.100-an Turunan. Tidak sekedar 7 turunan… !!!.

Pencairan Dana (Rp)

Jangka Waktu Cicilan

1 bulan

12 bulan

24 bulan

15.461.538 bulan

6.700.000.000.000

6.700.000.000.000

558.333.333.333

279.166.666.667

433.333

Rp 6.7 T bisa 2x mengelilingi Planet Bumi

Pada saat saya melihat anak di rumah bermain kereta-kereta-an, dimana mainannya dijejer-jejer memanjang di lantai, saya jadi berpikir gila: “Sseberapa panjangnya uang sebanyak 6.7 T jika dijejer-jejer dalam pecahan Rp 10.000 (jangan menggunakan Rp 1.000-an, nanti tambah pusing).

Pecahan Rp 10.000, mempunyai panjang 14.5 cm. Maka 6.7 T jika ditukar dengan Rp 10.000-an, akan menjadi  670.000.000 lembar. Berarti kalau dijejer-jejer, uang tersebut akan menjadi 9.715.000.000 cm atau 97.500 km. Dengan duit jika dijejer sepanjang itu, maka bisa mengelilingi planet bumi sebanka 2x lebih.

Wallaahu a’lam

Sebuah perenungan dr: Ananto, seorang buruh pabrik

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya