Kulon Progo, Kompas - Warga desa diimbau tidak malu mengonsumsi nasi jagung. Saat ini nasi jagung tak lagi populer karena kalah bergengsi dibandingkan beras. Jagung lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti ayam dan lembu. Padahal, jagung giling lebih bergizi daripada beras meski kandungan karbohidratnya lebih rendah.
"Yang lebih memprihatinkan, banyak warga mengonsumsi mi instan dengan alasan kepraktisan, " ujar Agustinus Ariawan pada peringatan Hari Pangan Sedunia di Kawasan Wisata Ziarah Sendang Sono, Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo, DI Yogyakarta, Minggu (25/10). Acara bertema "Mulyo Jagung" digelar bersamaan dengan misa diprakarsai Paroki Promasan dan komunitas perkusi Unen-unen Alas.
Dalam khotbahnya, Agustinus mengatakan, masyarakat terlalu hanyut dalam pengaruh budaya modern dan melupakan budaya aslinya. Banyak petani menanam jagung, tetapi nyaris tak lagi memakannya. Petani rela bersusah payah menukar jagung dengan beras yang jauh lebih mahal.
Berdasarkan keterangan panitia dari data Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, jagung giling kering lebih bergizi daripada beras meski kandungan karbohidratnya sedikit lebih rendah. Setiap 100 gram jagung giling mengandung 72,4 gram karbohidrat, sedangkan beras 78,9 gram.
Pada takaran sama, jagung giling mengandung 8,7 gram protein, sementara beras giling mengandung 6,8 gram protein.
"Karena itu, mengonsumsi jagung sebenarnya jauh lebih baik daripada beras karena gizinya lebih lengkap," kata Agustinus.
Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan Kulon Progo Bambang Tri Budi mengatakan, saat ini pihaknya masih terus mencari cara meningkatkan produksi jagung. Salah satunya adalah dengan bibit unggul hibrida. Namun, diperlukan perubahan sikap masyarakat untuk melakukan variasi pangan.
Ironi petani
Saat ini jagung yang dijual petani mayoritas digunakan sebagai bahan pakan ternak. Ironisnya, petani jagung yang miskin tidak bisa menikmati produk peternakan, seperti daging, susu, dan telur.
Dalam pentas hiburan yang menampilkan empat tokoh wayang punakawan, para pengisi acara bahkan berani menyebut masyarakat sedang mengidap "penyakit" gengsi. Memakan jagung dinilai begitu ketinggalan zaman dan ndeso.
Pemeran tokoh Semar, Krismiyatno, mengatakan, banyak ibu rumah tangga enggan memasak nasi jagung karena anak mereka tidak menyukainya. "Sebenarnya bukan masalah selera anak, tetapi memang ibunya sendiri yang tak mau repot memasak nasi jagung," ungkapnya. (YOP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar