The Power of Kepepet dan kebetulan-kebetulanpun terjadi...

Ada artikel motivasi yang menarik perhatian yang mungkin dapat berguna pada suatu masa.
Yaitu mengapa Konsisi Kepepet dapat membuat seseorang menjadi "berhasil".
Silahkan ...
:)
-------------------------------------------

The Power of Kepepet dan kebetulan-kebetulanpun terjadi...

"Seandainya sekarang Anda tidak memiliki uang tabungan. Penghasilan pun
kurang dari 5 juta sebulan. Apakah Anda bisa mendapatkan uang 50 juta, jam 9
esok hari?" Saat saya menanyakan pertanyaan ini kepada peserta seminar,
hampir semua menjawab, tidak bisa. Kenapa? Karena mereka mengukur
kemampuannya berdasarkan kondisi normal mereka. Dengan penghasilan 5 juta
perbulan, jika saving-nya 2 juta perbulan, maka perlu 25 bulan untuk
mendapatkan 50 juta.

         Bagaimana jika pertanyaan saya ubah? Seandainya, malam hari ini,
anak Anda atau orang yang paling Anda sayangi mendadak sakit keras. Dokter
mendiagnosa ada sebuah tumor ganas yang harus dioperasi besok juga, jika
tidak, maka nyawanya akan melayang. Sedangkan operasi hanya bisa
dilaksanakan jika Anda menyerahkan uang tunai sejumlah 5 juta rupiah sebelum
jam 9 esok hari. Bagaimana? Apakah Anda masih akan mengatakan tidak bisa?
Mayoritas akan menjawab, "Harus bisa". Kenapa? Karena kepepet, jika tidak,
nyawa orang yang kita cintai tsb akan melayang.

          Jadi sebenarnya jika dalam kondisi yang kepepet dan tidak
diberikan pilihan untuk "tidak bisa", manusia akan mencari jalan untuk
berpikir "bagaimana harus bisa". Tetapi kenapa sukses, kaya, membahagiakan
orang tua atau keluarga, seolah bukan suatu kebutuhan yang mendesak?
Sesungguhnya manusia telah diciptakan dengan potensi luar biasa, di luar apa
yang kita pikirkan. Hanya saja potensi tersebut seringkali hanya akan keluar
pada kondisi terdesak, seperti seorang nenek bisa melompat dari gedung
setinggi 5 meter, saat kebakaran.

KEPEPET VS IMING-IMING

          Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang
pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal
tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi. Kesalahan fatal
yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi lainnya
adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan
audiens. "Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah
mewah? atau bahkan kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka
sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya,
sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan, mungkin juga
halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi.
Apa jadinya? Mereka tetap diam ditempat.

          Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu
perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus.
"Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan mendapat
bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya. "Gimana, semangat?"
lanjut manager berinteraksi. "Semagaat..ngat..ngat!" sambut salesman, sambil
mengepalkan tangannya seolah siap tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa
pencapaian target. Kemudian si manager bertanya,"Apa bonus yang aku tawarkan
kurang besar?". "Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan depan
tercapai Pak". Setelah 3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager
mulai mengubah strategi. Dia berteriak agak menekan di dalam
meetingnya,"Pokoknya, jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang
sudah saya tetapkan, anda saya PECAT!". Nah, keluarlah keringat dingin si
salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon
customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang
seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat
memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol.
"Trus anak istriku makan apa?" pikirnya. Anehnya, target penjualan yang
selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui. Itulah yang disebut
The Power of Kepepet.

          97% orang termotivasi karena Kepepet, bukan karena iming-iming.
Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi Kepepet adalah motivasi
terbesar di dunia!". Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada
seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin!". Bukannya salah
karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu
tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang
berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment.
John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan "Establishing Sense of
Urgentcy" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu
organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis,
membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan visi. Fungsi Visi adalah
memberikan arah, sedangkan The Power of Kepepet yang mendorong untuk
bergerak.

MENCIPTAKAN KONDISI KEPEPET

          Coba amati biografi orang-orang sukses, banyak dari mereka yang
'kepepet' sebelumnya. Seperti pegas, saat kita tekan, maka akan menimbulkan
gaya tolak yang lebih besar. Trus, apa yang harus kita lakukan? Cara pertama
untuk mengeluarkan 'potensi kepepet' kita, dengan cara menvisualisasikan
(membayangkan) seolah-olah kita dalam kondisi kepepet, maka kita akan
memfungsikan organ tubuh dan hormon-hormon kita, bekerja secara maksimal.
Misalnya, bayangkan jika hari ini Anda di-PHK, apa yang Anda rasakan?

          Cara kedua, menciptakan kondisi kepepet secara fisik. Misalnya
dengan berhutang untuk modal usaha, secara otomatis akan membuat kita
termotivasi untuk mengembalikan hutang. Atau, bisa juga kita terima orderan
langsung, meskipun usaha belum mulai. Ada juga yang memberanikan diri
membayar DP (uang muka) sewa ruko/ kios, setelah itu terpaksa berpikir
bagaimana melunasinya. Jika Anda masih single dan tidak punya tanggungan
keluarga, mungkin Anda mau langsung mencoba keluar kerja dan mulai usaha?!
Semua itu pilihan Anda lho, jangan salahkan saya untuk risikonya. Tergantung
dari karakter masing-masing orang. Saya menempuh cara yang terakhir, cukup
konyol, tapi berhasil. Namun jangan lupa, Integritas dan Kredibilitas tetap
harus dijaga.

          Cara manapun yang akan Anda pilih, yang penting MELANGKAH, jangan
kebanyakan mikir atau sekedar membaca tulisan ini. Karena kehidupan
Anda tidak akan berubah hanya dengan membaca, tapi dengan ACTION.


"Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan
beranjak untuk berubah"


Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya