Makanan Halal, Tren Baru di Prancis

INILAH.COM


INILAH.COM, Paris – Warga Muslim di Prancis bukanlah jumlah yang cukup signifikan. Mereka hanya 7% dari total penduduk Prancis yang berjumlah 60 juta orang. Namun, keberadaan mereka kini cukup mewarnai dalam hal penjualan makanan. Setidaknya, hal itu terlihat dengan kian menjamurnya produk makanan halal.

Berkah bulan suci Ramadhan ternyata tidak hanya menghampiri negara-negara dengan populasi Muslim besar. Warga di negara sekuler seperti Prancis pun ternyata memiliki kesadaran bahwa pedagang bisa mengambil keuntungan dari bulan Ramadhan, ketika umat Muslim menghentikan makan dan minum untuk kurun waktu tertentu.

Ramadhan di Prancis kini menjadi titik puncak penjualan produk-produk halal di pusat perbelanjaan. Lihat saja yang dilakukan Auchan, salah satu pasar ritel distribusi modern di Prancis. Mereka, seperti dilansir Europenews.dk, tidak ragu menambah 10-15 kali lebih banyak rak-rak produk makanan halal.

Sebuah hasil penelitian dari lembaga riset marketing Solis bahkan mengeluarkan angka yang cukup menakjubkan. Lembaga yang mengkhususkan diri pada 'pemasaran etnis' ini, menemukan bahwa pasar makanan halal di Prancis bernilai hampir empat miliar euro untuk 2009.

Para konsumennya 93% warga keturunan Afrika Utara dan 55% Afrika sub-Sahara. Konsumen produk makanan halal ini pun diperkirakan Solis akan tumbuh hingga 15%. Keberadaan produk ini bahkan telah merambah minimarket. Mereka menawarkan beragam produk seperti sup, ravioli, pizza, roti, dan lain-lain. Semuanya berlabel halal.

Hal ini mendorong sejumlah pasar ritel besar menciptakan merek dengan embel-embel serupa. Carrefour misalnya, mengeluarkan produk Reghalal. Sementara Casino megeluarkan produk bertitel Wassila.

Stephane Renaud dari 'produk-produk dunia' Auchan menyebut ada potensi 10-20% pelanggan Muslim di toko-toko mereka. Menurut dia, produk-produk halal itu tentu saja mewakili sebuah pasar yang menjanjikan.

Warga Muslim di Prancis, bagaimanapun cenderung berbelanja di pusat perbelanjaan yang menawarkan produk halal. Bahkan, secara signifikan pasar swalayan di sana telah menambah penawaran produknya dalam lima tahun terakhir.

Auchan, Lecelrc, Super U, dan Casino mengakui bahwa Ramadhan merupakan sebuah kesempatan komersial yang penting. Namun, mereka kini tidak hanya memajang rak berlabel halal hanya selama Ramadhan, tapi sepanjang tahun.

Bahkan, di antara produk-produk makanan halal itu pun kini telah berani bersaing salam masalah harga. Di Carrefour, makanan bermerek Reghalal menawarkan potongan daging ayam kalkun serta sosis ayam yang dijual dengan harga murah di toko-toko Ed. Supermarket raksasa Casino menawarkan lebih dari 400 produk halal, 3-4% dari total penawaran.

Di bulan Agustus mereka meluncurkan mereknya sendiri Wasilla, untuk bersaing dengan produsen-produsen tradisional. Toko-toko Systeme U, jaringan ritel yang lebih kecil, juga memasuki wilayah baru ini dalam tiga tahun terakhir.

Juru bicara Thierry Desouches mengatakan produk halal hanya sebagian kecil dari total penawaran. Namun di toko-toko tertentu, seperti di Strasbourg, Mulhous, dan pinggiran Paris kini menjadi pasar yang terus tumbuh dengan pelanggan yang terus berkembang.

Keberadaan produk makanan halal dimulai di Prancis sejak 1980-an. Produk-produk tersebut awalnya hanya dijual di toko-toko tertentu yang terletak di wilayah dengan populasi Muslim besar. Kini, keberadaannya dengan mudah ditemui melalui banyaknya pengenalan terhadap konsumen.

Termasuk fasilitas yang diberikan kepada konsumen. Di antaranya melalui kartu anggota. Sehingga, toko-toko dapat dengan mudah mengetahui kebiasaan pelanggan di waktu dan tempat yang berbeda.

Jean-Daniel Hertzog dari Isla Delice, salah satu produsen dan distributor utama produk-produk halal di Prancis, mengatakan bahwa semua distributor menyadari pentingnya pelanggan Muslim. Baik selama Ramadhan maupun di luar bulan suci itu.

"Walaupun makanan halal bukan fenomena baru, penempatan produknya di toko-toko selama Ramadhan merupakan hal baru," kata Philippe Moati dari Center of Research for the Study and Observation of Living Condition (CREDOC).

Sementara Georges Chetochine, seorang konsultan, mengatakan bahwa di wilayah-wilayah tertentu populasi Muslim mewakili 30% dari seluruh klien. Produk khusus bagi Muslim dapat mencapai 6-7%. "Distributor mencoba untuk menarik orang-orang yang hingga kini masih memilih pergi ke toko tradisional," jelasnya.

Walaupun begitu, para penjual makanan halal di Prancis belum berani secara terang-terangan menyebut istilah halal bagi produk makanan itu. Menurut Chetochine, hal ini disebabkan Prancis adalah negara sekuler, sehingga tidak ingin menyinggung konsumen non-Muslim.

Untuk itu mereka menggunakan bahasa yang lebih netral. Di antaranya, 'Cita Rasa Oriental' atau 'Jalan Rempah-rempah'. Mereka belum berani menyebut Ramadhan secara eksplisit. [P1]

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya