Inilah Kartun
http://artis.inilah.com/berita/2009/09/01/150073/amor-kd-dan-syok-mental-anak/
INILAH.COM, Jakarta - Putri sulung Krisdayanti (KD), Aurelie Titania Nurhermansyah (11) mungkin saja tak tahan menyimpan rahasia. Ia pun menceritakan gamblang aksi telepon sang ibunda dengan 'amor' kepada ayahnya, Anang Hermansyah. Tapi, siapa bisa sangka polah KD bisa menyimpan derita bagi Aurel.
Dari perkawinan dengan Anang selama 13 tahun, KD memperoleh dua buah hati. Selain Aurel, diva pop itu juga dikaruniai Azriel Akbar Hermansyah (9). Keduanya kini masih duduk di bangku sekolah dasar di bilangan Jakarta Selatan.
Pangkal badai dalam perkawinan KD-Anang memang bukan yang pertama. Tapi bisa jadi Anang sudah tidak bisa lagi menahan keinginan berpisah dari KD. "Anak-anak sudah bercerita ke saya. Aurelia mengadu tentang kelakuan Krisdayanti yang sudah tidak seperti dulu," ujar Anang.
Aurel memang cukup berani membeberkan kisah sang diva. Kepada wartawan, gadis belia itu pun tidak sungkan membagi cerita. "Waktu di Bali setiap hari teleponan. Manajernya juga tahu semuanya, manggilnya amor.. amor," cerocos Aurel yang didampingi Azriel.
Si adik pun rupanya tidak menutup mata dengan sikap KD. Azriel mengaku mengetahui apa yang kini menimpa orang tuanya. "Iya saya sudah tahu. Ya sedihlah," ujarnya polos.
Cerocos dari bibir mungil bocah ini tentu mengagetkan sekaligus membuat miris. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno mengkhawatirkan ada dampak negatif terhadap perkembangan Aurel dan Azriel atas kejadian ini.
"Si anak bisa terkena syok mental karena seorang ibu atau ayah adalah figur tertinggi yang menempatkan orang tua sebagai figur paling jujur dan mulia," ujar Hadi.
Menurutnya ada 4 kemungkinan efek buruk terhadap buah hati KD. Pertama, adanya gegar mental. Hal ini, terjadi karena sosok ibu yang dibanggakan ternyata melakukan perselingkuhan. "Efeknya, runtuhnya apresiasi terhadap ibu menjadi runtuh," urai mantan Wakil Bupati Banjarnegara ini.
Kedua, adanya sublimasi negatif. Artinya, kedua bocah itu mencari pelarian negatif semisal nakal, pemberang, semaunya, hobi berkelahi atau menjadi pecandu narkoba. Ketiga, terjadi internalisasi mental yang tidak bagus alias meniru apa yang dilakukan oleh salah satu orang tuanya. Hal ini terjadi karena setiap anak memiliki habit yang berbeda.
Terakhir, menjadi acuh kepada keluarga. "Masalahnya memang kalau ibu berselingkuh, dampaknya bukan hanya sekadar menyelingkuhi suami tetapi juga ikatan keluarga. Dengan kata lain, anaknya juga ikut terluka," jelas Hadi yang juga berprofesi sampingan sebagai dalang ini.
Psikolog UI Shinto Adelar memaparkan dampak negatif yang bisa timbul tidak tergantung pada peristiwa telepon KD itu. Justru yang harus digarisbawahi adalah bagaimana anak mempersepsikan insiden tersebut.
"Semua tergantung usia dan pemahaman anak mengenai bagaimana seharusnya hubungan ibu dan bapak. Kalau anak menilai selingkuh merupakan tindakan memalukan atau nista tentu akan berpengaruh," terang Shinto.
Dosen Fakultas Psikologi UI ini menguraikan aspek yang paling berpengaruh terhadap perkembangan Azriel dan Auriel jutru sosial moral dan emosional. Aspek emosional yang muncul seperti merasa ditinggalkan atau tersaingi. "Reaksinya pun bermacam bisa semakin menggelendot dengan orang tua yang ditakutkan hilang atau malah nggak sedih sama sekali," kata Shinto.
Sementara aspek sosial moral yang bisa mempengaruhi psikologis antara lain tanggapan tidak menyenangkan ataupn penilaian negatif dari teman sebaya. Bila tidak ada teman yang memberi dukungan, bukan tidak mungkin mereka menarik diri dari lingkungannya," tegas dia.
Seberapa jauh efek negatif yang timbul sebenarnya tidak mudah untuk diketahui. Terapis anak, Puspita Madnawidjaja berpendapat tingkat dampak lebih akan tergantung pada apa yang dilihat dan dimengerti oleh si anak itu sendiri.
"Anak kecil kalau tidak diberikan arti maka tidak akan mengerti ke depannya seperti apa. Mereka akan kesulitan membayangkan konsekuensinya seperti apa," tutur Puspita.
Pada tahap awal, ujar Puspita, anak berada pada fase denial. "Paling awalnya belum bisa menerima kenyataan lalu anger ke orang. Dan semua sangat tergantung pada penjelasan orang tua, seberapa komunikatif kedua orang tuanya," tandas dia.
Baik Hadi, Shinto maupun Puspita sama-sama mengusulkan agar KD dan Anang mau memberi penjelasan kepada putra-putrinya perihal kisruh ini. Langkah ini penting untuk menjaga kesehatan mental Azriel dan Aurel.
"Ini semacam edukasi anak mengenai bagaimana hubungan suami istri dan keluarga dan tentu bisa mengurangi tekanan bagi si anak. Kalau Anang dan KD penuh dengan emosi memang malah bisa membuat anak tertekan," tukas Shinto.
Dan ketua KPAI, Hadi Supeno pun ikut mewanti-wanti soal ide pemberian penjelasan dari Anang dan KD. "Terus terang saja dan jangan saling menjelekkan. Pastinya, kalaupun bercerai jangan sampai nanti memonopoli ibu tidak boleh menjenguk ataupun sebaliknya," tegas Hadi.
INILAH.COM, Jakarta - Putri sulung Krisdayanti (KD), Aurelie Titania Nurhermansyah (11) mungkin saja tak tahan menyimpan rahasia. Ia pun menceritakan gamblang aksi telepon sang ibunda dengan 'amor' kepada ayahnya, Anang Hermansyah. Tapi, siapa bisa sangka polah KD bisa menyimpan derita bagi Aurel.
Dari perkawinan dengan Anang selama 13 tahun, KD memperoleh dua buah hati. Selain Aurel, diva pop itu juga dikaruniai Azriel Akbar Hermansyah (9). Keduanya kini masih duduk di bangku sekolah dasar di bilangan Jakarta Selatan.
Pangkal badai dalam perkawinan KD-Anang memang bukan yang pertama. Tapi bisa jadi Anang sudah tidak bisa lagi menahan keinginan berpisah dari KD. "Anak-anak sudah bercerita ke saya. Aurelia mengadu tentang kelakuan Krisdayanti yang sudah tidak seperti dulu," ujar Anang.
Aurel memang cukup berani membeberkan kisah sang diva. Kepada wartawan, gadis belia itu pun tidak sungkan membagi cerita. "Waktu di Bali setiap hari teleponan. Manajernya juga tahu semuanya, manggilnya amor.. amor," cerocos Aurel yang didampingi Azriel.
Si adik pun rupanya tidak menutup mata dengan sikap KD. Azriel mengaku mengetahui apa yang kini menimpa orang tuanya. "Iya saya sudah tahu. Ya sedihlah," ujarnya polos.
Cerocos dari bibir mungil bocah ini tentu mengagetkan sekaligus membuat miris. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno mengkhawatirkan ada dampak negatif terhadap perkembangan Aurel dan Azriel atas kejadian ini.
"Si anak bisa terkena syok mental karena seorang ibu atau ayah adalah figur tertinggi yang menempatkan orang tua sebagai figur paling jujur dan mulia," ujar Hadi.
Menurutnya ada 4 kemungkinan efek buruk terhadap buah hati KD. Pertama, adanya gegar mental. Hal ini, terjadi karena sosok ibu yang dibanggakan ternyata melakukan perselingkuhan. "Efeknya, runtuhnya apresiasi terhadap ibu menjadi runtuh," urai mantan Wakil Bupati Banjarnegara ini.
Kedua, adanya sublimasi negatif. Artinya, kedua bocah itu mencari pelarian negatif semisal nakal, pemberang, semaunya, hobi berkelahi atau menjadi pecandu narkoba. Ketiga, terjadi internalisasi mental yang tidak bagus alias meniru apa yang dilakukan oleh salah satu orang tuanya. Hal ini terjadi karena setiap anak memiliki habit yang berbeda.
Terakhir, menjadi acuh kepada keluarga. "Masalahnya memang kalau ibu berselingkuh, dampaknya bukan hanya sekadar menyelingkuhi suami tetapi juga ikatan keluarga. Dengan kata lain, anaknya juga ikut terluka," jelas Hadi yang juga berprofesi sampingan sebagai dalang ini.
Psikolog UI Shinto Adelar memaparkan dampak negatif yang bisa timbul tidak tergantung pada peristiwa telepon KD itu. Justru yang harus digarisbawahi adalah bagaimana anak mempersepsikan insiden tersebut.
"Semua tergantung usia dan pemahaman anak mengenai bagaimana seharusnya hubungan ibu dan bapak. Kalau anak menilai selingkuh merupakan tindakan memalukan atau nista tentu akan berpengaruh," terang Shinto.
Dosen Fakultas Psikologi UI ini menguraikan aspek yang paling berpengaruh terhadap perkembangan Azriel dan Auriel jutru sosial moral dan emosional. Aspek emosional yang muncul seperti merasa ditinggalkan atau tersaingi. "Reaksinya pun bermacam bisa semakin menggelendot dengan orang tua yang ditakutkan hilang atau malah nggak sedih sama sekali," kata Shinto.
Sementara aspek sosial moral yang bisa mempengaruhi psikologis antara lain tanggapan tidak menyenangkan ataupn penilaian negatif dari teman sebaya. Bila tidak ada teman yang memberi dukungan, bukan tidak mungkin mereka menarik diri dari lingkungannya," tegas dia.
Seberapa jauh efek negatif yang timbul sebenarnya tidak mudah untuk diketahui. Terapis anak, Puspita Madnawidjaja berpendapat tingkat dampak lebih akan tergantung pada apa yang dilihat dan dimengerti oleh si anak itu sendiri.
"Anak kecil kalau tidak diberikan arti maka tidak akan mengerti ke depannya seperti apa. Mereka akan kesulitan membayangkan konsekuensinya seperti apa," tutur Puspita.
Pada tahap awal, ujar Puspita, anak berada pada fase denial. "Paling awalnya belum bisa menerima kenyataan lalu anger ke orang. Dan semua sangat tergantung pada penjelasan orang tua, seberapa komunikatif kedua orang tuanya," tandas dia.
Baik Hadi, Shinto maupun Puspita sama-sama mengusulkan agar KD dan Anang mau memberi penjelasan kepada putra-putrinya perihal kisruh ini. Langkah ini penting untuk menjaga kesehatan mental Azriel dan Aurel.
"Ini semacam edukasi anak mengenai bagaimana hubungan suami istri dan keluarga dan tentu bisa mengurangi tekanan bagi si anak. Kalau Anang dan KD penuh dengan emosi memang malah bisa membuat anak tertekan," tukas Shinto.
Dan ketua KPAI, Hadi Supeno pun ikut mewanti-wanti soal ide pemberian penjelasan dari Anang dan KD. "Terus terang saja dan jangan saling menjelekkan. Pastinya, kalaupun bercerai jangan sampai nanti memonopoli ibu tidak boleh menjenguk ataupun sebaliknya," tegas Hadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar