Memahami Fenomena Kesurupan Dari Sudut Ilmu Hipnoterapi
Dalam setiap pelatihan, baik itu Quantum Life Transformation (QLT) maupun Quantum Hypnosis Indonesia (QHI), saya selalu mendapat satu pertanyaan yang cukup menggelitik rasa ingin tahu, “Apa sih sebenarnya kesurupan itu?”
Pertanyaan ini bisa dilihat dari dua kaca mata berbeda; dari sudut pandang metafisika dan dari sudut pandang ilmu hipnoterapi yang membahas mengenai pikiran, khususnya pikiran bawah sadar.
Dalam artikel ini saya tidak membahas kesurupan dari sudut pandang metafisika karena ini di luar ranah keilmuan saya. Kali ini saya khusus membahas kesurupan dari sudut ilmu hipnoterapi.
Menurut pemahaman masyarakat bila seseorang sedang kesurupan maka ia akan bertindak atau berperilaku bukan seperti dirinya yang biasa. Seakan-akan ada pribadi atau makhluk lain yang sedang menguasai orang ini. Pribadi atau mahkluk ini ada yang bisa diajak komunikasi. Ada juga yang tidak bisa. Ada yang punya nama dan ada juga yang tidak.
Biasanya akan terjadi perubahan yang jelas pada aspek fisik. Misalnya cara bicara, suara, bahasa tubuhnya berbeda dari biasanya. Sering terjadi, saat kesurupan, orang bisa berbicara dengan bahasa yang biasanya tidak pernah ia gunakan.
Fenomena kesurupan dalam ilmu hipnoterapi adalah suatu kondisi yang biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Yang terjadi pada diri seseorang yang kesurupan, sekali lagi ini dari sudut pandang ilmu hipnoterapi, adalah pada saat itu sebenarnya ia sedang deep trance dan ada satu, dua, atau lebih Ego State atau Part yang aktif dan mengendalikan kesadarannya.
Lho, apa itu Ego State atau Part? Kok bisa muncul?
Sebelum saya teruskan saya perlu menjelaskan terlebih dahulu apa itu trance atau kondisi hipnosis. Setiap hari sebenarnya kita beberapa kali masuk dan keluar kondisi hipnosis atau trance baik secara sadar maupun tidak. Semuanya terjadi secara alamiah. Ada yang bisa masuk ke kondisi deep trance dengan mudah. Ada juga yang membutuhkan upaya ekstra untuk bisa masuk trance.
Kondisi hipnosis bisa juga terjadi saat seseorang berada dalam tekanan mental yang melampaui ambang batas toleransi yang diijinkan pikiran bawah sadarnya. Saat seseorang berada di dalam tekanan mental, mengalami suatu peristiwa dengan muatan emosi negatif yang tinggi, maka pada saat itu hanya ada dua pilihan; fight (lawan) atau flight (lari).
Saat seseorang tegang maka adrenalin akan dipompa masuk ke dalam darah dan menyiapkan fisiknya untuk siap melakukan perlawanan. Hal ini bisa dirasakan dengan jantung yang berdegup semakin kencang, otot-otot tubuh menjadi kaku, dan seluruh sistem diri siap untuk menghadapi dan mengatasi bahaya atau sesuatu yang dipersepsikan sebagai bahaya.
Bahaya yang saya maksudkan di sini bisa berupa bahaya yang mengancam secara fisik maupun mental. Bila tekanan atau ancaman terlalu besar dan tidak mampu dilawan (fight) maka secara reflek pikiran akan memilih opsi kedua yaitu flight atau lari. Lari dalam hal ini bisa sungguh-sungguh melarikan diri, mengambil langkah seribu, atau bisa juga “melarikan diri” ke dalam. Saat seseorang lari ke dalam dirinya maka pada saat itu ia masuk ke kondisi trance atau hipnosis. Seringkali orang bisa masuk ke kondisi deep trance atau bahkan very deep trance.
Saya pernah menangani seorang klien wanita yang saat masih di SMP dan SMA seringkali pingsan. Dan kalau sudah pingsan sadarnya lama sekali. Berbagai cara sudah dilakukan untuk membangunkan klien ini tapi tidak berhasil. Bahkan sampai dibawa ke orang pintar dan dibacakan doa tetap nggak bisa bangun atau sadar. Nanti sadarnya terjadi tiba-tiba.
Mendengar kisah ini saya langsung berkata pada klien ini, “Sebenarnya anda tidak pingsan. Yang terjadi adalah anda mengalami begitu banyak tekanan mental, baik dari keluarga maupun dari sekolah, yang membuat anda tidak tahan, dan akhirnya anda memutuskan untuk lari dari keadaan ini. Benar atau tidak?”
“Benar. Lho, Pak Adi kok tahu kalau saat itu saya mengalami banyak tekanan?” jawab si klien.
“Lha iya lah…apa yang anda alami ini sebenarnya sesuatu yang sangat alamiah. Nah, saat anda “pingsan” anda tetap masih mendengar suara orang di sekitar anda, kan?” tanya saya lagi.
“Ya, Pak” jawab klien.
“Mengapa anda tidak mau keluar dari kondisi “pingsan” padahal anda mendengar orang-orang di sekitar anda memanggil-manggil nama anda?” kejar saya.
“Soalnya saat “pingsan” itu saya merasakan begitu nikmat, tenang, dan perasaan bahagia yang tidak terlukiskan. Sekarang saja kalau saya mau saya bisa masuk kembali ke kondisi ini” jawab klien saya.
Nah, pembaca, tahukah anda bahwa klien ini bukannya pingsan tapi ia berada dalam kondisi trance yang sangat-sangat dalam yang dikenal dengan level Esdaile atau Hypnotic Coma?
Saat seseorang masuk ke kondisi ini maka yang ia rasakan adalah suatu perasaan euphoria, bahagia yang luar biasa, tidak terlukiskan, sangat nyaman, dan orang biasanya tidak mau keluar dari kondisi ini. Inilah yang sebenarnya dialami oleh klien saya. Jadi ia bukannya pingsan tapi, karena tidak kuat melawan tekanan mental/psikis, memutuskan untuk flight (lari) dan masuk ke dalam dirinya sendiri, dan trance.
Di salah satu sesi terapi yang saya lakukan pada klien ini benar ia tidak mau keluar dari kondisi ini. Saya akhirnya menggunakan teknik tertentu untuk membuat ia keluar dan berhasil.
Pemahaman ini juga yang saya gunakan saat membangunkan atau menyadarkan 2 siswi SMA di Malang yang pingsan saat mengikuti pelatihan yang saya selenggarakan. Bayangkan, bagaimana nggak pingsan, lha aula diisi oleh lebih dari 1.500 orang peserta, semuanya siswa/siswi kelas 3 SMA/SMK, dan tidak ada AC (air conditioner). Yang dipake AC hemat listrik yaitu Angin Cendela…he…he. Bisa dibayangkan bagaimana panasnya.
Siswi pertama pingsan karena ketakutan saat saya mengeluarkan ular mainan yang biasa saya gunakan untuk demo mengatasi emosi dengan teknik Hypno-EFT. Begitu melihat ular saya, ular mainan maksud saya, anda jangan berpikir yang lain lho, siswi ini langsung pucat dan “memutuskan” untuk pingsan.
Berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk menyadarkan mereka berdua? Tidak lama. Masing-masing hanya butuh waktu sekitar 2 sampai 3 menit saja. Nggak pake doa, baca-baca, atau ritual tertentu.
Apa yang saya lakukan?
Ya, saya panggil nama mereka dan saya minta mereka bangun. Saya tahu mereka masih tetap bisa mendengar suara saya. Saya tahu bahwa mereka tidak benar-benar tidak sadarkan diri. Mereka hanya masuk ke kondisi deep trance. Jadi, ya saya bimbing mereka keluar dari kondisi trance seperti saat saya selesai menerapi orang. Mudah, kan?
Nah, kembali ke Ego State atau Part. Pada saat dalam kondisi deep trance ini bisa muncul banyak fenomena. Salah satunya adalah munculnya satu atau lebih Ego State/Part yang mengendalikan kesadaran seseorang.
Pertanyaanya sekarang, “Apa sih Ego State atau Part itu?”
Penjelasan agak detil bisa anda dapatkan dengan membaca artikel saya yang berjudul “Kita Punya Banyak Diri” (bisa dilihat di www.adiwgunawan.com) .
Singkatnya begini. Di dalam diri kita ada banyak “diri”. Masing-masing diri ini mempunyai kepribadian, karakter, nama, sikap, pola pikir, kebiasaan, memori, dan emosi. Jika anda bingung dengan hal ini coba anda ingat-ingat. Pernahkah, saat ingin memutuskan sesuatu, anda ragu atau bingung? Yang anda rasakan adalah ada dua atau lebih “Bagian” dari diri anda yang ribut sendiri. Akibatnya anda menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Nah, “Bagian” inilah yang disebut dengan Ego State atau Part.
Anda jelas sekarang?
Untuk lebih mudah memahami Ego State caranya begini. Di komputer mental kita, yaitu pikiran, khususnya pikiran bawah sadar, ada banyak folder. Setiap folder berisi data-data tertentu. Nah, saat folder ini aktif atau diakses dengan teknik tertentu, tentunya dalam kondisi trance, maka isi folder akan keluar. Pada saat inilah isi folder masuk ke pikiran sadar dan aktif. Ego State adalah folder ini.
Saya pernah, saat memberikan seminar di UGM, mensugestikan seorang peserta bahwa dia adalah saya, Adi W. Gunawan. Selanjutnya saya bertanya, “Bapak namanya siapa?”
“Adi W. Gunawan” jawabnya mantap.
“Bapak lagi ngapain di sini?” tanya saya lagi.
“Lagi kasih seminar” jawabnya tegas.
“Pak Adi, bisa tolong diteruskan seminarnya?” tanya saya.
Apa yang terjadi setelah itu?
Peserta ini langsung memegang mic dan bicara dengan mantap seperti saya. Ia memberikan seminar dan motivasi sangat mirip dengan yang saya lakukan.
Saat saya bertanya kepada peserta ini, “Pak Adi, anda punya berapa orang anak?”
“Tiga. Semuanya perempuan” jawabnya.
“Bapak sudah menulis berapa buku?” tanya saya lagi.
“Sudah delapan buku best seller” jawabnya mantap.
Nah, di sini saya tahu bahwa data jumlah buku di folder “Adi W. Gunawan” di dalam komputer mentalnya ternyata belum di-update. Delapan buku adalah data yang lama karena total buku yang sudah saya tulis semuanya dua belas.
Anda jelas sekarang?
Bagaimana Ego State bekerja dan apa yang perlu dilakukan untuk bisa berkomunikasi dengan Ego State saya ajarkan di kelas pelatihan hipnoterapi 100 jam QHI. Saya juga memberikan demonstrasi dengan live therapy di kelas sehingga peserta pelatihan bisa benar-benar mengerti apa itu Ego State.
Biasanya untuk menyelesaikan suatu masalah yang dialami klien minimal ada 2 Ego State yang kita panggil keluar dan diajak berkomunikasi. Masing-masing Ego State punya nama dan peran yang spesifik untuk diri klien. Bahkan ada Ego State yang tidak bisa berbahasa Indonesia.
Seorang peserta pelatihan yang berasal dari Palembang, yang kebetulan berprofesi sebagai seorang healer, setelah mengerti mengenai Ego State, sekarang kalau menangani kasus kesurupan, selalu menggunakan teknik Ego State Therapy. Dan hasilnya lebih cespleng. Dulu ia harus pake air putih dan baca doa tertentu.
Ok, kalau begitu, pertanyaannya, “Bagaimana dengan kesurupan masal yang sering diberitakan di media masa?”
Oh, ini jawabannya sama seperti penjelasan di atas. Coba anda amati. Yang seringkali mengalami kesurupan adalah murid kelas 3 SMP atau kelas 3 SMA dan biasanya wanita.
Mengapa kelas 3 SMP atau 3 SMA?
Ya, karena mereka takut dan sangat tertekan dengan tingginya beban akademis, jam pelajaran yang sangat panjang yang melelahkan fisik dan mental, muatan pelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi, dan ditambah lagi adanya UN atau Ujian Nasional.
Mereka semua ketakutan. Mereka secara terus menerus mengalami tekanan mental. Hingga pada satu saat, karena sudah melebihi ambang batas toleransi, murid-murid ini, karena tidak bisa melawan (fight), akhirnya memilih lari (flight). Begitu ada satu orang kesurupan maka secara cepat menyebar ke rekan-rekannya. Ini sebenarnya bentuk histeria masal.
Saat “kesurupan” ini, yang sebenarnya kondisi deep trance, maka terjadilah abreaction atau keluarnya emosi yang selama ini tertekan (repressed emotion).
Dari berita-berita di media massa diketahui bahwa kebanyakan pelajar yang mengalami kesurupan adalah pelajar wanita. Dugaan itu didukung kenyataan serupa, berdasar penelitian Gaw, Ding, Levine, dan Gaw (1998) di Tiongkok.
Sejauh ini anda pasti sudah cukup jelas dan mengerti kesurupan dari sudut pandang ilmu hipnoterapi.
Sebagai penutup saya ingin anda berpikir mengenai fenomena yang terjadi di sekitar anda. Saya yakin anda pasti pernah mendengar atau melihat langsung bagaimana seseorang yang “kesurupan” roh Harimau dan berperilaku persis seperti si Harimau.
Pertanyaannya adalah mengapa kok Harimau? Belum pernah kan anda membaca seseorang yang kesurupan Panda, Kuda Nil, atau Kanguru?
Demikian juga, kalau di desa, biasanya ada yang kesurupan Gatot Koco. Nggak pernah ada yang mengalami kesurupan Spiderman atau Hulk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar