09/09/200 9 17:10
Liputan6.com, Jakarta: Muhammad Iqbal alias Abu Jibril menyesalkan penilaian yang selama ini berkembang bahwa jihad itu identik dengan terorisme. "Ini adalah cara untuk memojokkan orang yang diduga teroris," kata Abu Jibril dalam diskusi yang diselenggarakan Klub Buku SCTV di Gedung SCTV, Jakarta, Rabu (9/9).Menurut Abu Jibril, isu terorisme yang diembuskan pihak-pihak anti-Islam justru adalah gerakan yang menghalang-halangi perkembangan agama Islam. Islam, kata Abu Jibril, tak pernah menakut-nakuti. Orang anti-Islam lah yang sebenarnya membuat teror. Jihad mereka sebut amalan yang menakutkan.
Abu Jibril menjelaskan, jihad adalah amalan paling tinggi selain salat, puasa, atau zakat. Kemudian, jihad juga merupakan jalan utama bagi tegaknya syariat Islam, serta jalan masuk surga. "Karena itulah para mujahid sangat senang dengan tawaran jihad," kata pria yang pernah tinggal di Afghanistan semasa konflik pada 1980 ini.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, pengertian tersebut dirusak oleh musuh-musuh Allah melalui konspirasi atau rekayasa untuk menjatuhkan citra tentang jihad.
Pada bagian lain Abu Jibril menjelaskan, peran musuh-musuh Islam, terutama Amerika Serikat, yang ingin menghalang-halangi gerakan agama ini bermula dari perang Afghanistan melawan Uni Soviet pada 1980. Ketika itu AS sengaja merekrut kaum mujahid berperang melawan negara tak ber-Tuhan itu. Namun, setelah tanda-tanda kekalahan Uni Soviet terlihat, AS malah berbalik menyudutkan kaum mujahidin. Bahkan mereka juga merencanakan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh yang menyokong perjuangan kaum mujahidin.
Puncak ketidaksukaan AS terjadi setelah peristiwa 11 September 2001. Saat itu sekitar 3.000 jiwa tumbang dalam serangan terhadap Gedung World Trade Center di New York, AS. Negara adidaya itu malah menuduh Irak dibalik serangan tersebut. Bersama Inggris, Australia, dan Yahudi, AS menyebut adanya poros kegiatan terorisme, yakni Iran, Irak, dan Korea Utara.
Begitu juga dengan para mujahidin atau alumni Afghanistan di Tanah Air. Sekembalinya dari medan perang mereka malah dimusuhi pemerintah Orde Baru. Mereka terpaksa mengungsi ke Malaysia. Menurut Abu Jibril, kejadian ini tak lepas dari peran pengamat terorisme Sidney Jones. Perempuan ini ditengarai banyak memiliki data soal mujahidin. "Dia diduga banyak membeberkan nama-nama alumni Afghanistan," ujar Abu yang mengaku pernah bertemu dengan gembong teroris Noordin M. Top di Malaysia.(IAN/AND)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar