Yang Harus Anda Ketahui Sebelum Beli Suplemen Herba
Kapan perlu minum suplemen herba? Seperti apa produk yang aman dan efektif? Apa bedanya bentuk kapsul, tablet, tingtur, dan teh? Mana yang paling cocok untuk Anda?
Beberapa waktu yang lalu, seorang pembaca menelepon Redaksi. Namanya Reinhard (bukan nama sebenarnya, 41 tahun) dari Jakarta. ”Saya ingin beli suplemen echinacea untuk menjaga imunitas. Tapi di apotek, ternyata produk sejenis ada banyak macamnya. Bentuknya pun beragam mulai dari kapsul, tablet, sampai cairan. Dari yang murah sampai mahal pun ada. Karena bingung, saya malah batal membeli. Sebenarnya, cara memilih suplemen itu bagaimana, sih?,” tanyanya.
Bisa dimaklumi, belakangan ini suplemen herba baik lokal maupun impor memang membanjiri pasaran. Berbagai suplemen herba yang mengklaim meningkatkan imunitas, menurunkan berat badan, hingga mengobati kanker, tersedia di apotek, toko obat, supermarket, bahkan secara on-line di Internet. Semua mengklaim produknya sebagai yang terbaik dan aman dikonsumsi, dengan alasan bahannya alami. Benarkah?
Belum tentu alami
Padahal meskipun berasal dari tanaman, suplemen herba belum tentu alami. Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, Apt, Guru Besar Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia (UI), suplemen herba digolongkan menjadi dua jenis. Pertama, suplemen yang bahannya hanya berasal dari ekstrak tanaman berkhasiat (herba). Kedua, suplemen yang bahannya terdiri dari campuran antara ekstrak herba dan bahan lain, seperti vitamin, mineral, dan zat lain yang dianggap membuat manfaat suplemen tersebut lebih komplit.
Hal ini disebabkan, suplemen herba dianggap setara dengan suplemen makanan, yakni menyuplai zat-zat tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh sebab itu, manfaat suplemen herba umumnya hanyalah meningkatkan stamina dan imunitas, serta mengembalikan keseimbangan metabolisme tubuh agar lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Selain berupa suplemen peningkat imunitas seperti echinacea (Echinacea angustifolia), meniran (Phyllanthus niruri), atau temulawak (Curcuma xanthorrhiza), banyak juga suplemen herba yang mengklaim dapat mengobati penyakit. Di pasaran, jenis yang paling mudah ditemui antara lain berbahan pare (Momordica Charantia) untuk diabetes, kunyit putih (Curcuma alba) untuk kanker payudara, atau bawang putih (Allium sativum) untuk menggelontor kolesterol.
Namun menurut Prof Sumali, bila tujuannya untuk mengobati penyakit, sebaiknya tidak menggunakan suplemen, sebab pada umumnya, efektivitas suplemen herba kurang kuat. ”Lebih baik, gunakan herba yang sudah berstatus obat (tradisional),” sarannya.
Memilih suplemen herba
- Baca label dengan teliti. Pastikan bahwa suplemen herba tersebut mencantumkan nama suplemen dan herba yang digunakan serta nama produsen beserta alamatnya. Baca dengan hati-hati komposisi bahan bersama persentasenya, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dan tanggal kadaluwarsa.
- Nomor register. Jangan lupa memperhatikan nomor register (Dinas Kesehatan atau BPOM). Suplemen yang baik, biasanya sudah mendapatkan izin dari BPOM dengan kode MD (suplemen herba lokal) atau ML (suplemen herba impor). Bila membeli suplemen herba secara on-line di Internet, pastikan suplemen tersebut telah terdaftar dan lolos uji BPOM.
- Cermati informasi tambahan. Sebagian herba impor yang dikemas dalam bentuk kapsul, dapat mengandung bahan pembuat kapsul yang haram bagi umat muslim. Oleh sebab itu, bila membeli herba impor, lebih baik pilih yang mencantumkan label ”gelatin-free”. (N)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar