REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mayoritas penerbit Mushaf Alquran di Indonesia berasal dari perusahaan percetakan non Muslim. Oleh karena itu penerbit Muslim didorong lebih aktif memproduksi Mushaf.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Penerbit Mushaf Alquran Indonesia (APQI ), Ali Mahdami, upaya tersebut perlu digalakkan sebab bagaimanapun Kitab Suci Islam itu selayaknya dicetak oleh internal umat Muslim. ''Sembilan puluh persen pencetak Alquran bukan kalangan Muslim,'' kata dia kepada //Republika di Jakarta, Selasa (10/8)
Ali menegaskan, mencetak Alquran bukan sekadar mengejar rupiah belaka. Yang terpenting adalah menyokong misi Ilahi untuk menyebarkan Mushaf Alquran. Apalagi, jelas dia, kebutuhan masyarakat Muslim Indonesia terhadap Alquran sangat besar tetapi belum bisa terpenuhi secara maksimal. Tiap tahunnya ditaksir masyarakat Indonesia membutuhkan kurang lebih 36 juta eksemplar mushaf.
Sedangkan jumlah permintaan yang baru bisa dipenuhi APQI saat ini sekitar 20 juta per tahun. Bahkan di bulan Ramadhan, terjadi peningkatan daya beli masyarakat terhadap mushaf. Di bulan-bulan biasa hanya terjual 50 persen dari sekitar 570 ribu mushaf yang dicetak per bulannya. Selama bulan puasa pembelian tersebut meningkat menjadi 70 persen.
Namun demikian, Ali mengakui, minimnya minat penerbit Muslim untuk mencetak mushaf dilatarbelakangi oleh dana dan permodalan yang lemah. Akibatnya, perhatian para penerbit Muslim beralih ke sektor produksi selain mushaf Alquran seperti buku-buku agama. Berbeda dengan kalangan pengusaha mushaf non Muslim yang memiliki dana besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar