Jakarta - Seruan Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) agar pornografi dibersihkan dari sekolah dan warnet dinilai sudah telat. Seruan itu juga dinilai lucu karena akses pornografi lebih banyak dilakukan dari kantor dan rumah-rumah.
Ketua Umum Asosiasi Warung Internet Indoneisa (Awari) mengungkapkan salut atas seruan Menkominfo agar pornografi dibersihkan dari warnet meskipun dirasa sudah terlambat. “Kalau soal blokir, kita sudah melakukannya sejak 2007,” ujarnya saat di wawancarai via telepon Senin (2/8).
Irwin mengatakan Awari sudah melakukan blokir menggunakan DNS Nawala. Nawala Project itu bisa membantu pengguna internet menghindari akses ke situs-situs yang mengandung tidak hanya materi pornografi, tapi juga judi, phising dan malware.
Ia juga menilai pernyataan itu sebagai hal yang lucu. Karena menurut data Awari, pornografi justru paling banyak diakses dari kantor, kemudian rumah, ponsel dan terakhir baru dari warnet dan sekolah. “Kalau ada pernyataan warnet bebas porno, menurut saya itu lucu sekali, karena yang harus disasar itu yang gede-gede dulu,” tegasnya.
Penggiat anak Seto Mulyadi menilai anak-anak sekolah perlu diberi akses ke internet. Tapi ia mengingatkan selain sebagai media berkreasi bagi anak, internet juga bisa berbahaya. “Internet ibaratnya gunting yang dapat melukai orang tapi juga dapat digunakan untuk berkarya.” katanya.
Ia juga menyarankan agar orang tua aktif mengikuti teknologi. Anak-anak zaman sekarang adalah digital native yang sudah sangat terbiasa dengan dunia digital. “Orang tua lebih digital immigrant yang baru masuk ke dunia digital dan belum mengerti banyak hal mengenai hal itu, jadi jangan sekadar sok,” katanya.
Sementara Irwin Day menolak jika keberadaan warnet menjadi sarana yang mudah bagi orang untuk mengakses pornografi. Hal itu karena tidak banyak warnet yang tahu penggunaan DNS Nawala. “Memfilter tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat,” tegas Irwin.
Selain itu menurutnya, warnet tidak bisa serta merta dapat disalahkan apabila ditemukan file-file yang berbau pornografi di dalamnya. “Kita lihat dulu, warnet tersebut mengerti cara memblokirnya atau tidak, kalau tidak mengerti kita tidak bisa salahin juga,” kata Irwin.
Awari katanya sudah melakukan filtering dari 2007 dimulai dari pencarian teknik hingga pembuatan sistem dan akhirnya meluncurkan DNS Nawala secara nasional.
Jika dilakukan pemblokiran pornografi, Irwin percaya pendapat warnet tidak akan terpengaruh. “Warnet tidak mengalami pengaruh apapun dari pemblokiran pornografi, kalaupun disebut berpengaruh mereka hanya kehilangan pelanggan porno saja dan itu no problem,” katanya.
Irwin menilai selama masih banyak orang yang membutuhkan internet sementara ketersediaan layanan ini masih sulit. Sehingga warnet kemudian dipilih dan tetap ramai.
Warnet juga dihimbau agar interiornya dibiarkan terbuka. “Sebenarnya yang memancing orang membuka situs porno adalah sekat-sekat atau ruangan warnet yang benar-benar tertutup,” ujarnya. [mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar