Robinhood - Historiografi Maling

SUARA MERDEKA CYBERNEWS

Suara Merdeka CyberNews. Ada sebuah masa ketika penjahat mendapat singgasana yang istimewa dalam sejarah. Petilan pembuka narasi film Robin Hood besutan Ridley Scot, yang mengambil masa pasca perang salib ke-3 purna, atau pada abad ke 12 itu, membawa kita pada pemahaman baru tentang sosok Robin Hood.

Persona, yang pada film-film pendahulunya, atau berbagai cerita yang lazim dikenal publik hanya dicitrakan sebagai sosok maling budiman, yang gemar mengulurkan tangan, dan hati kepada kaum papa. Pada versi terkininya, sosok yang diidentikkan dengan keangkeran hutan Nothingham di Inggris itu, ternyata tak lebih dari sekedar pelarian perang.

Yang minggat dari kurusetra, begitu mengetahui rajanya, Richard Berhati Singa gugur di medan laga, saat pendudukan di negeri tetangga; Prancis. Sebelumnya, bersama sang junjungan yang sangat dihormati itu, Robin Longstride, juga merasakan kejam, dan brutalnya perang salib jilid 3 di Tanah Suci Palestina.

Namun, sebagaimana dicatat sejarah resmi, Richard akhirnya takluk dari perang Salib, bukan semata kalah bersiasat dengan Sultan Saladin, tapi dukungan dana yang semakin menipis dari kerajaan. Yang akhirnya harus membuatnya kembali ke habitat lamanya, berperang antarningrat, saling berebut tahta. Hingga sampai pada akhirnya, raja Richard, di tengah medan perang, ingin mencari second opinion atas berbagai perang yang telah dilaluinya.

Juru Masak
Dari sinilah, pemanah ulung bernama Robin Longstride bersiborok nasib dengan rajanya. Yang membuatnya dimintai pendapat atas sejumlah perang yang telah mereka lalui bersama. Apa jawaban prajurit pemanah yang pemberani, jujur, namun naif bernama Robin? ''Saya tidak menyepakati sejumlah kebijakan perang yang telah Paduka pimpin,'' ujar Robin sekenanya kepada raja. Teristimewa, imbuh dia, pada bab pembantaian ribuan kaum perempuan, dan anak-anak Muslim semasa perang Salib jilid ke 3 dikobarkan. ''Saya pikir kita semua adalah makhluk tak bertuhan,'' kata Robin kepada raja Richard.

Mendapat jawaban jujur, berani tapi naif itulah, yang menghantarkan Robin, dan tiga sekondannya pada sebuah hukuman. Sialnya, pada perang terakhirnya di Prancis itu, raja Richard gugur oleh panah seorang juru masak. Mengetahui rajanya tumpas, maka minggatlah Robin dari medan perang, untuk kembali ke tanah airnya, Inggris. Dari sinilah nasib mulai tersenyum kepada Robin.

Karena, mahkota raja yang gugur malah mampir kedekapannya, dan memaksanya mengantarkan sang mahkota sebagai simbol penguasa Inggris Raya, ke negaranya. Singkat cerita, dibalik berbagai intrik politik kekuasaan antarbapak dan anak, kakak dan adik, serta teman seperjuangan yang menelikung dalam barisan, sejarah Robin mula dibangun di Nothingham.

Dari Nothingham pulalah, setelah sebuah perang besar melawan Prancis yang mencoba mengakuisisi Inggris, raja John, penerus tahta mendiang Richard Berhati Singa, yang kemudian menjadi penguasa Inggris selanjutnya, menjatuhkan titah; Robin Longstride alias Robin Hood adalah outlaw! Bandit yang harus ditumpas keberadaanya, karena telah memfitnah rakyat jelata tentang hak-hak kesetaraan.

Berhati Singa
Pencerahan Robin kepada rakyat jelata atas berbagai klausul tentang pentingnya keadilan itulah, yang membuatnya dianggap berseberangan dengan kepentingan kerajaan. Yang pada masa itu, gemar menghisap kemakmuran rakyat, demi dan atas nama raja lewat berbagai atura perpajakan, dan lain sebagainya.

Sungguh, di film ini, Ridley Scot, dan Russel Crowe bukan melulu menghadirkan perang brutal layaknya duet mereka di Gladiator atau Kingdom of Heaven. Namun, dengan latar belakang sejarah besar yang tercatat di sejarah resmi, legenda Robin Hood seolah hidup menjadi nyata, senyata sejarah Richard Berhati Singa. Terlebih ketika sosok janda Lady Marian (Cate Blancet) juga dihadirkan. Pelakon lainnya, seperti Sir Geofrey (Mark Strong), King John of England (Oscar Isaac), William Marshal (William Hurt), King Richard the Lionheart (Danny Huston), dan Elanor of Aquitane (Eileen Atkins) adalah sosok nyata, yang juga tercatat dalam sejarah.

Selebihnya, di tangan Scot, yang telah membesut film The Duellists (1977), Alien (1979), Blade Runner (1982), Legend (1985), Thelma & Louise (1991), Gladiator (2000), Black Hawk Down (2001), Hannibal (2001), Kingdom of Heaven (2005), dan American Gangster (2007), Robin Hood menjelma tontonan istimewa. Seistimewa keaktoran dua peraih Oscar yang terlibat di film ini, yaitu Russel Crowe, dan Cate Blancet.

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya