Jakarta, Pelita - MABES Polri terus memburu M Nazaruddin seperti diperintahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menangkap dan membawa pulang mantan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD) ke Tanah Air. Tim khusus Polri bekerja ekstra untuk mencari Nazaruddin yang dikabarkan sudah kabur dari Singapura.
Kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga terus dilakukan Polri. Hal itu dikatakan Kapolri Jenderal Timur Pradopo ketika berkunjung ke Gedung KPK Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (6/7).
Salah satu tindakan yang dilakukan dengan mengirimkan red notice. "Polri sudah mengirimkan red notice," ujar Timur Pradopo.
Sejauh ini, lanjut Kapolri, pihaknya belum mendapat informasi mengenai posisi Nazaruddin yang dikabarkan sudah angkat kaki dari Singapura. Masyarakat diminta untuk bersabar dan memberi kesempatan kepada Polri bekerja untuk memburu dan menangkap Nazaruddin tersangka kasus dugaan korupsi pembangunan Wisma Atlet Palembang.
Informasi yang berkembang menyebutkan, Nazaruddin kabur dari Singapura dengan tujuan Pakistan. Dia dikatakan memiliki tiga paspor sehingga dengan mudah berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain.
Baik Mabes Polri maupun KPK terus berkoordinasi untuk mencari jejak politisi Partai Demokrat itu. Nazaruddin yang terbang ke Singapura satu hari sebelum dirinya dicekal, kini resmi dinyatakan sebagai buronan Interpol.
Kini dua foto Nazaruddin memakai baju safari coklat muda dipajang di situs www.interpol.int. Satu foto tampak dari bagian depan dan satu foto lainnya tampak dari samping.
Dalam situs Interpol ditulis, pria yang memiliki tinggi badan 180 cm diduga terlibat kasus korupsi. Nazaruddin yang lahir 26 Agustus 1978 diburu oleh KPK. Selain tinggi badan, ciri-ciri Nazaruddin lainnya seperti warna mata hitam dan berat badan 75 kg juga ditulis dalam situs tersebut.
Dengan kaburnya Nazaruddin dari Singapura, maka Partai Demokrat harus bertanggung jawab, karena selama ini tetap terkoneksi dengan Nazaruddin. “Harus bertanggung jawab. Semestinya Partai Demokrat berada paling depan untuk membawa Nazaruddin pulang ke Indonesia," kata aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan.
Menurut dia, beban untuk dapat membawa pulang Nazaruddin jangan hanya berada dipundak KPK dan Mabes Polri saja. "Teman-teman di Demokrat selama ini selalu berhubungan dengan Nazaruddin. Masak mereka tidak tahu di mana Nazaruddin. Ini jelas mengherankan mengapa mereka kecolongan," ujarnya.
Sementara itu, sepak terjang Nazaruddin dalam mencari dana sejak duduk sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat dikenal gesit.
Bahkan dia sering ‘menjual' nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memenuhi ambisinya. "Kami temukan Nazaruddin sering menjual nama partai, SBY dan Anas," kata Ketua DPP Partai Demokrat Gede Pasek Suardika di Gedung DPR, Senayan, Rabu (6/7).
Menurut dia, belakangan banyak orang yang melapor dan mengaku ditekan Nazaruddin. Bahkan, Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum pun kerap kaget melihat tingkah Nazaruddin.
Melihat ulah Nazaruddin yang terus melemparkan tudingan, para ekit Partai Demokrat berharap Polri bisa secepatnya menangkap Nazaruddin dan memprosesnya secara hukum.
Kata Wasekjen DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan, pihaknya selalu berdoa agar Nazaruddin segera bisa ditangkap. “Siang malam kita berdoa, bisa Nazaruddin cepat ditangkap,” ujar Ramadhan.
Menurut dia, “nyanyian” Nazaruddin terlalu menyakiti internal Partai Demokrat dan meruntuhkan citra sebagai partai yang pro pemberantasan korupsi. “Terus terang kami gerah dengan tudingan itu,” tegasnya. (cr-7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar