Cerita tentang Durian yang menggelitik hati.
:)
------------------------------------------
Pemerintah Indonesia itu kadang-kadang memang keterlaluan. Hanya memikirkan bagaimana berdagang di pasar ekspor internasional dengan tujuan market Amerika dan Eropa saja (untuk memperkuat soal devisa cadangan mata uang USD) sedangkan disatu sisi lainnya sibuk memikirkan daya upaya agar bagaimana membuka pasar domestik dalam negerinya untuk barang komoditi impor (agar disebut sebagai ramah dengan trend globalisasi yg katanya tak mungkin dilawan itu) akan tetapi disisi yang lainnya lagi malah jarang memikirkan bahwa penduduknya yang banyak ini adalah pasar yang potensial malahan atraktif pangsa pasarnya.
Durian, tumbuhan pepohonan buah yang asli Indonesia dan disukai banyak kalangan di masyarakat Indonesia (tapi belum terdengar kabar bahwa orang Amerika Serikat dan Eropa juga menyukainya) serta sudah sejak zaman dahulu banyak tumbuh diseluruh pelosok Jawa dan Sumatera.
Mungkin karena durian ini tak disukai oleh orang Amerika Serikat dan Eropa (tak boleh masuk kabin pesawat terbang dan tak boleh dibawa masuk ke dalam bangunan hotel-hotel berbintang kelas internasional) maka dianggap tak potensial untuk dikembangkan pasarnya.
Akan tetapi, Thailand, justru melihat bahwa pasar Indonesia sudah dianggap cukup untuk melandasi kebijakan pemerintahan negaranya dalam menyisihkan budget untuk mengembangkan bebuahan yang rasa maupun baunya sangat unik dan khas ini.
Ternyata mereka sukses. Jadilah kita gigit jari, dan gigit buah durian langsung diimpor dari Thailand.
Alamak, jika si pitung masiha ada pasti menjadi linglung. Seperti linglungnya kita melihat lebih berpihaknya pemerintahan negara dalam mendorong Gandum (dan makanan turunannya) sebagai Makanan Pokok Kedua Kita daripada mendorong Singkong dan aneka ragam macam makanan turunannya.
Wallahualambishshawab.
*****
Saya sebenarnya orang yang sulit menahan amarah, inginnya berteriak, setelah itu selesai. Tapi, kemarahan itu dapat ditahan kepada temanku dari Thailand namanya tak perlu disebutlah, nanti dia marah juga.
Gara-garanya ketika ia kuajak makan buah durian khas Asia Tenggara, saat aku ingin mengajak tidak dapat durian lokal, warna hijau atau kuning kecil, tapi isinya lumayanlah jika pinter memilih.
Nah, karena sudah di lokasi tempat jual durian di Kalibata, Jakarta Selatan, hitung-hitung biar temanku dari Thailand ini terkesan bahwa di Jakarta banyak buah durian.
Mendekati penjual buah durian, semua jenis durian Moktong (mungkin salah menulisnya tapi kayaknya bacaan seperti itu). Saya pikir sudahlah karena sampai di tempat, ya, pesan, minta di buka, makan di tempat, lebih enakkan.
Tapi temanku panggil aja Thai, malah tertawa ketika kutawarkan buah durian Moktong. Tentunya menjadi pertanyaan besar kenapa sahabatku ini mentertawakan durian yang kutawarkan.
"Kamu ini bagaimana, sih, saya ditawarkan buah durian, yang tahu sendiri buah ini dari negara saya Thailand," katanya.
Aku menjadi merasa tersinggung, tapi kupikir benar juga, durian ini dari negaranya. Aku jadi malu juga.
"Tapi, tidak apakan merasa juga durian dari negara anda tapi adanyanya di sini," ucapku.
Thai malah tertawa kecil lagi, ia berucap ;"Kamu ini tidak sadar, ya, punya kekayaan alam luar biasa, seperti durian, tapi malah makan durian jenis Moktong."
"Habis durian mana lagi yang bisa kita nikmati selain Moktong," ucapku.
"Mestinya kamu itu sadar sesadarnya bahwa buah dari negaramu dicuri oleh negara lain, setelah di modifikasi diakui negara kami…"
Kalimat inilah yang membuat aku ingin marah, karena tensi sudah tinggi gara-gara buah durian sudah kumakan.
Aku tidak menyalahkan temanku Thai yang mengingatkan bahwa jenis buah-buahan di Indonesia segera diproteksi agar tidak diakui oleh negara lain bibit diambil di Indonesia, setelah berbuah diakui hasil pertanian negara lain….
Justru aku berterimakasih bahwa mulai sekarang kuingin berbagi pengalaman kepada petani kebun buah-buahan, untuk memproteks jenis khas Indonesia. Nah, marahpun bisa reda kembali.
Artikel ini dapat dibaca di :
Ingin Marah Gara-gara Durian Moktong
http://public.kompasiana.com/2009/07/31/ingin-marah-gara-gara-durian-moktong/
-------------------------------------------------Notes : Kita memang keterlaluan!Batik diaku bangsa lain, Tempe dipaten orang seberang, ehhhh Duren pun nggak ketinggalan.Ini apa karena Luar Negeri Minded? Tak peduli produk lokal, terbuai barang luar :((
Tidak ada komentar:
Posting Komentar