Ternyata menjadi Teroris itu tidak perlu Sangar! Lihatlah "Dulmatin"

Lagi pingin nulis sejenak...



Kalau kita lihat film Hollywood yang jagoannya gagah dan ganteng-genteng lalu penjahatnya tampangnya serem plus nggilani.Ternyata dalam kasus "teroris" made in Indonesia, bila dianggap sebagai penjahat ternyata tampangnya biasa-biasa banget, bahkan cenderung innocent (wah bahasa apa lagi nih).


Lihat saja Dulmatin yang konon cukup tinggi posisinya dijajaran para "teroris" Asia, bahkan diburu di 3 (tiga) negara. Dibalik wajahnya yang kalem, cool dan lugu ternyata si Dulmatin ini memiliki kemampuan jelajah yang luar biasa. Masih ingat trio bom bali Amrozi cs? Biasa banget kan?


Nah untuk itu, barangkali bila ada yang berminat ingin terkenal namun nggak lulus seleksi Indo Idol, mungkin menjadi "teroris" adalah pilihan yang cukup menjanjikan.


Ya, sangat menjajikan untuk dicela oleh masyarakat kebanyakan bahkan sampai sejagat.


Oke, mbalik ke topik maning, berikut ini ada cerita mengenai sosok Dulmatin yang saya dapat dari postingan mbah Sudarjanto yang meng-klipping-nya dari beberapa sumber berita.


Silahkan :)

http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/03/09/86335_dulmatin_300_225.jpg 
VIVAnews - Keraguan sejumlah pihak atas kematian Dulmatin di Pamulang terpatahkan oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY memastikan yang tewas di Pamulang dalam penggerebekan kemarin benar-benar Dulmatin.
"Saya bawa kabar baik yang akan saya umumkan pada Anda," kata Yudhoyono seperti dimuat laman The Age.

"Polisi sukses menggerebek teroris yang bersembunyi di Jakarta. Saya konfirmasikan salah satu yang tewas adalah Dulmatin, satu dari gembong teroris Asia Tenggara yang kita buru," tambah dia.

SBY sengaja mengumumkan kematian Dulmatin dalam lawatannya di Australia, Rabu 10 Maret 2010. Padahal Polri sendiri berulang kali menolak menyebutkan identitas sebenarnya pria yang tewas dalam penyergapan di Ruko Multiplus, Pamulang, Tangerang, kemarin.
Dengan kepastian yang disampaikan SBY berarti ini untuk keempat kalinya Dulmatin dinyatakan tewas. Sebelumnya tiga kali ia diumumkan tewas di Filipina.

Tahun 2002 setelah sukses merancang Bom Bali I, Dulmatin dikabarkan lari ke negeri itu. Tahun 2005, Dulmatin dipikir telah mati dalam serangan udara oleh militer Filipina. Januari 2007, militer Filipina menyebut Dulmatin telah terluka. Tiga kali Dulmatin dikabarkan mati di sana, namun tak pernah ada konfirmasi jelas soal itu.

Dulmatin yang asal Pemalang, Jawa Tengah, dikenal juga sebagai Joko Pitono, Amar Usman, Joko Pitoyo, Abdul Matin, Pitono, Muktarmar, Djoko, dan Noval. Di Pamulang inisial YI alias Yahya Ibrahim alias M, diduga nama samarannya yang lain. Dia adalah buronan tiga negara.

Dalam serangan bom bunuh diri  di Klub Malam Sari di Bali dan Bar Paddy, total 202 orang tewas. Korban bom adalah warga  dari 20 negara berbeda. Serangan ini merupakan yang paling mematikan dalam sejarah Indonesia.

"Dulmatin dipercayai adalah otak dari serangan terencana ini," tulis situs www.rewardsforjustice.net. Siapa sebenarnya Dulmatin ini?

Dulmatin adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI). Dulmatin merancang Bom Bali I itu saat bermukim di Jawa. Setelah itu, informasi yang beredar, Dulmatin kabur ke Filipina.

Dulmatin dilahirkan di Pemalang, Jawa Tengah, pada tahun 1970. Saat di sekolah menengah, Dulmatin dikenal pintar di ilmu eksakta seperti kimia. Dia selalu menyandang juara kelas. Namun ia gagal saat menampuh ujian masuk Teknik Kimia ITB dan UGM.

Pada awal 1990-an, Dulmatin merantau ke Malaysia. Di sinilah dipercaya Dulmatin berguru pada Dr Azahari, salah satu gembong teroris arsitek Bom Bali yang akhirnya tewas di Malang.

Meski tak memiliki pendidikan formal tertentu di bidang teknik, Dulmatin dikenal jago mengutak-atik benda elektronik. Dulmatin adalah satu dari segelintir aktivis JI yang mampu merakit bom nitrat dan klorat.

"Dia bisa mengeksplorasi eksplosif dalam berbagai bentuk," kata Ali Fauzi, salah satu rekan Dulmatin dulu di Jamaah Islamiyah. "Dia bisa membuat bom mobil, bom truk," kata Ali Fauzi. Karena itu, soal Bom Bali, Dulmatin dipercaya adalah yang merakit bom yang dikendalikan dengan telepon genggam di Diskotek Sari.

Dulmatin juga mengikuti pendidikan militer di Afghanistan, lalu kembali ke Indonesia pertengahan 1990-an. Dulmatin menjadi salah satu pengunjung tetap Pondok Pesantren Ngruki yang diasuh Abu Bakar Ba'asyir.

Reputasinya sebagai "Jenius" pula yang mungkin membuat Amerika Serikat menjanjikan hadiah US$ 10 juta atau Rp 93 miliar untuk Dulmatin. Amerika pernah memberi jumlah yang sama pada Thailand karena menangkap Hambali, "Osama bin Laden" Asia Tenggara.
.

.http://www.detiknews.com/images/content/2010/03/10/10/dulmatin1-(Dikhy)-dalam.jpg
http://www.detiknews.com

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya