PROSES MEMBUAT ALBUM REKAMAN

Link
Dapat lagi artikel menarik, sekarang mengenai Rekaman Music, cocok buanget buat yang hobby nge-Band, begini ceritanya :
----------------------------------------------------------------

PROSES MEMBUAT ALBUM REKAMAN

Jubing Kristianto

Masuk dapur rekaman? Hmm.. terdengar menyenangkan. Apalagi bagi mereka yang senang menyanyi dan bermain musik, dan terutama lagi bagi mereka yang berkarier di dunia musik. Asyik dan seru itu pasti. Hanya saja, perlu kita ketahui, proses rekaman --terutama rekaman komersial-- sungguh menguras pikiran, energi, dan waktu.

Saya ingin sedikit berbagi tentang proses rekaman komersial secara umum (bukan hanya rekaman gitar solo). Dari awal sampai jadinya sebuah album rekaman yang bisa dijual, dibeli, dan dinikmati.

1) Tahapan paling awal adalah menyiapkan materi. Dan ini berarti ada proses penciptaan lagu --termasuk pula proses pembuatan aransemen musik (bila memainkan lagu yg sudah ada). Penciptaan segala sesuatu itu membutuhkan pemikiran yang dalam. Seperti halnya produk-produk lain (obat, pasta gigi, majalah, handphone, sabun cuci, untuk menciptakan sebuah produk umumnya diperlukan riset yang panjang dan rumit sebelum akhirnya bisa diproduksi.dan dipasarkan secara luas.

Dalam bidang seni (apa pun jenis seni-nya), proses penciptaan bisa jadi lebih kompleks. Mungkin dibutuhkan suasana hati yang sesuai, berbungkus - bungkus rokok, bahkan ada karya seni indah yang baru tercipta setelah sang pencipta mengalami dan merasakan penderitaan akibat suatu tragedi. Oke-lah, katakan akhirnya kita berhasil menciptakan satu lagu atau gagasan aransemen. Itu baru satu. Sedangkan untuk sebuah album, umumnya diperlukan belasan lagu. Semakin banyak lagu yang tercipta, semakin banyak pula pilihan kita dalam menentukan mana yang terbaik untuk masuk ke dalam album kita. Untuk tahapan ini, waktu yang diperlukan bisa sangat lama. Dari jangka berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun.

2) Akhirnya setelah sekian lama kita berkutat di proses penciptaan, materi pun telah siap. Bagi yang punya modal, bisa langsung sewa studio rekaman dan memulai proses rekam. Namun tidak semua seniman seberuntung itu. Banyak cerita musisi yang begitu sulit mendapatkan

produser yang mau memproduksi karya mereka. Band-band papan atas yang kita sekarang pun, umumnya pernah mengalami banyak penolakan oleh perusahaan rekaman. Susahnya perjalanan untuk bisa masuk studio rekaman

ini terkadang bisa membuat frustasi dan down bagi musisi atau seluruh personel band.

3) Katakanlah, akhirnya kita berhasil mendapat perusahaan rekaman yang mau memproduksi karya kita. Kita sudah berlatih habis-habisan untuk mempersiapkan diri. Di sini perjuangan berikut dimulai. Bagi yg punya grup band dan sudah sering berlatih, proses rekaman tidaklah sama dengan show di panggung atau di video klip di mana seluruh musisi main (atau mengiringi penyanyi). Karena di studio, proses rekaman dilakukan per instrumen --dan biasanya vokal yg terakhir. Perkecualian adalah rekaman dari sebuah live show yang menuntut persiapan teknis dan kerumitan penataan suara yang lebih canggih.

Proses dimulai dengan persiapan partitur dan menentukan tempo yang tepat. Lalu penyetingan suara untuk instrumen musik (seperti check sound di panggung) setelah itu baru mulai satu per satu. Biasanya instrumen bas yang

mulai lebih dulu. Lalu baru drum dan seterusnya. Setiap instrumen membutuhkan waktu 1 sampai 3 hari untuk menyelesaikan satu

album. Ini pun sangat tergantung pada kesiapan sang musisi. Bila ia sudah berlatih sebelumnya, maka waktu sewa studio akan lebih singkat. Biaya pun dapat dihemat.

Hasil rekam suara per instrumen biasa sebut dengan satu track. Untuk sebuah grup musik, agar mendapat hasil yang maksimal umumnya memerlukan puluhan track. Untuk drum misalnya, memerlukan beberapa track sekaligus karena setiap elemennya (kick, tam, snare, hi-hat, symbal, dll) direkam dengan mikrofon yang berbeda. Solo gitar seperti album saya hanya memerlukan satu track. Namun bila saya hendak menambahkan bunyi instrumen lain, tentu diperlukan lagi track baru.

Waktu yang diperlukan untuk merekam seluruh instrumen hingga habis satu album sangat lama. Patokan yang lebih akurat adalah shift rekaman studio. Satu shift adalah 6 jam. Untuk solo gitar seperti album saya pertama, saya menghabiskan 5 shift rekaman. Pada album kedua 6 shift karena jumlah lagu lebih banyak. Sebuah grup band yang saya kenal memerlukan waktu untuk rekaman saja sebanyak 40 shift! Itu pun dengan catatan lagu dan aransemen sudah siap sebelum rekaman dimulai. Jumlah ini bisa lebih besar atau kecil tergantung dari jumlah instrumen yang akan direkam dan juga tingkat kerumitan lagu-lagunya.

Saat rekaman berlangsung, bisa saja terjadi pengulangan rekam untuk mendapatkan hasil paling sempurna. Pendeknya, diupayakan agar hasil rekam sesempurna mungkin dengan kesalahan sesedikit mungkin. Dari semua prosese rekam, vokal manusia paling sulit dibanding instrumen musik lain. Instrumen musik umumnya sudah memiliki nada yang pasti. Namun vokal amatlah sensitif. Mengatur pita suara memerlukan keterampilan dan latihan yang intens. Bagi yang jago menyanyi atau penyanyi profesional sekalipun dapat mengalami kesulitan dalam proses rekaman di

studio yang begitu detail. Berbeda dengan benyanyi di panggung, di studio

rekaman, fals sedikit pun akan terdengar dan proses rekam harus diulang berkali kali.

4) Akhirnya setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan, proses rekaman pun selesai. Para operator studio dan personel band bisa berteriak gembira "Yess! Kita akhirnya jadi artis...." begitu mungkin teriak anda dan reman-teman. Tunggu dulu. Perjalanan belum selesai. Hasil rekaman harus melewati dulu proses mixing. Ibarat makanan, hasil rekaman kita masih sebatas menyediakan bahan-bahan baku dan bumbu. Mixing adalah proses memasaknya hingga menjadi makanan yg lezat. Di sini sang koki (sound engineer) yang menentukan berapa banyak tiap bahan diperlukan, dan berapa banyak garam atau terasi, untuk setiap jenis masakan.

Proses mixing menentukan enak tidaknya lagu ini terdengar

di kuping kita. Misalnya, apakah suara gitarnya pas, tidak terlalu keras dibanding vokal. Atau apakan suara bas sudah hendak ditebalkan atau ditipiskan, dan masih banyak lagi pertimbangan yang rumit. Di sinilah keterampilan dan pengalaman sound engineer diperlukan. Proses mixing bisa memakan waktu berminggu - minggu hingga berbulan-bulan karena setiap track harus diolah dengan hati-hati dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahan.

5) Setelah proses mixing selesai, hasil rekaman maju ke tahap berikut yang disebut mastering. Di sini hasil mixing master diperindah dan disesuaikan kualitas audionya untuk format, kaset, CD, ataupun yang lainnya. Proses mastering memakan waktu 2 sampai 5 hari karena dilakukan per lagu.

6) Sementara proses mixing dan mastering berlangsung, umumnya anggota band bisa melakukan sesi foto untuk keperluan sampul atau kemasan album. Bisa dari foto simpel di depan kelurahan atau menyewa fotografer terkenal. Proses ini biasanya cukup menyenangkan. Desain untuk cover album mestinya sudah dirampungkan di tahap ini. Bersamaan dengan selesainya mastering, siaplah master rekaman dibawa ke pabrik penggandaan. Album rekaman pun akhirnya siap.

7) Sampai di sini, tim marketing mulai beraksi menerapkan strategi promosi (yang biasanya sudah dibahas sejak awal rekaman agar sesuai dengan tema dan sasaran pasar). Kegiatan mereka antara lain menyiapkan materi promosi (termasuk pembuatan video klip yang kelak akan kita bahas di tulisan terpisah), mengirimkannya ke media massa, menjalin hubungan dengan jaringan distributor dan toko. Jika memang dananya ada, bisa juga dilakukan acara launching. Dana untuk pemasaran dan promosi biasanya sangat besar. Misalnya saja untuk memasang iklan di berbagai media massa cetak dan elektronik, konser promo keliling berbagai kota.

Tanpa dukungan marketing dan jaringan distribusi, tentu produk kita tidak akan sampai ke penjual. Tanggung jawab tim marketing adalah memastikan agar semakin banyak orang yang membeli album kita. Jika tidak ada yang beli, tentunya pengorbanan waktu, pikiran, dan energi yang telah dicurahkan dalam menghasilkan album rekaman akan jadi tidak berarti.

8) Akhirnya, setelah berjuang sekian lama, siap sudah musik kita beredar di jagat pasar musik Indonesia. Diterima atau tidaknya oleh pendengar itu soal lain lagi. Terlebih bagi grup atau penyanyi baru. Namun jika kualitas produk kita bagus dan penerapan strategi marketing-nya tepat, peluang album ini dibeli tentu akan lebih besar.

Bila album sukses secara komersial, tentu ini menjadi kabar baik. Bagi perusahaan rekaman, keuntungan ini menjamin perusahaan tetap berdiri dan bisa terus menggarap album-album berikut. Bagi seniman, haknya mendapat nafkah dari bermain musik pun terpenuhi. Hal ini dapat mendorongnya terus berkarya. Namun bila angka penjualan album minim, maka kerugianlah yang didapat produser dan seniman. Yang lebih menyedihkan adalah bila kecilnya angka penjualan ini bukan disebabkan tidak adanya pembeli, tapi karena pembajakan. Jika kabar buruk seperti ini yang terus terjadi, maka tidak mustahil sang produser enggan berproduksi lagi dan seniman pun kehilangan salah satu sumber periuk nasinya. Pada kasus yang ekstrem, sebuah grup yang karya2nya begitu hebat dan melegenda bisa mogok tak mau lagi membuat album rekaman komersial.

Begitulah sekilah proses panjang serta perjuangan dalam menghasilkan sebuah karya rekam musik. Semoga membantu membuka wawasan kita dan apresiasi kita kepada para seniman, khususnya seniman musik.

--------------------

Semoga bermanfaat ya... salammmmm

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya