Jamaah Saudi Keluhkan Siaran Langsung Tarawih

By Republika Contributor
Jumat, 19 September 2008 pukul 16:54:00

JEDDAH — Muslim di Indonesia tentu masih ingat tayangan langsung sholat Tarawih dari Arab Saudi. Siapa sangka jika siaran langsung itu ternyata sempat menuai protes. Adanyaa media besar yang kejar syuting menayangkan sholat Tarawih selama Ramadan membuat jamaah dan ulama di Arab Saudi mengeluh. Media menyebabkam mereka kehilangan atmosfer spritual Ramadan.

Saya kehilangan konsentrasi begitu Kamera mulai beraksi," aku Saed Mohammad, 31, seperti yang dikutip oleh IslamOnline.net. "Saya merasa seperti ada orang mengawasi," imbuh Saed.

Khalid Al-Yazeedi, 24, memiliki pandangan senada. "Saya terganggu ketika mendengar kamera mengudarakan para jamaah dari masjid ketika saya sedang sholah," "Kamera dan suara yang dihasilkan memecah konsenstrasi saat meresapi ayat-ayat yang dibacakan," kata Khalid. Ia juga mengatakan banyak jamaah lain yang juga kehilangan konsentrasi selama sholat gara-gara kamera.

Al Rafae, imam Masjid Al Anani di Jedah dulu sempat ditanya oleh sebuah perusahaan media yang ingin menayangkan Tarawih dari masjid tersebut. "Namun setelah saya berkonsultasi dengan para jamaah, mereka menolak, karena penyiaran itu dapat mengganggu mereka saat sholat,"

Positif
Bagaimanapun, beberapa ulama di Saudi, mendukung penayangan langsung proses sholat Tarawih. "Saya tidak keberatan dengan kehadiran kamera selama sholat," ujar imam Mohammad Al Ghazali.

"Namun mungkin kamera seharusnya ditempatkan di halaman belakang dan tidak fokus pada penayangan wajah para jamaah," ujarnya. Ia mengatakan jika siarang langsung kadang diperlukan untuk dakwah, perayaan keagamaan atau pada Tarawih terakhir.

"Kamera jika bisa jangan terlihat agar tidak mengalihkan konsentrasi para jamaah," ujar Ghazali yang juga menjadi imam Masjid Al Gaith.

Dr. Saud Al-Fanissan, mantan dekan Fakultas Syariah, Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud mengatakan jika siaran langsung sholat Tarawih sangat bermakna positif. "Itu merupakan fenomena baik dan cara untuk menyiarkan secara luas ke negara lain," ujarnya. Fanissan pun menyetujui jika penyiaran itu memang memiliki konsekuensi negatif. "Tapi keuntungannya jauh lebih besar," kata Fanissan lagi./it

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya