Suara Merdeka CyberNews. Bagaimanakah akting bintang porno sekelas Maria Ozawa atau yang lebih sohor dengan nama Miyabi, ketika bermain di film drama komedi remaja berjudul Menculik Miyabi? Sangat banal, untuk tidak mengatakan tidak ada bobotnya sama sekali. Bintang porno, yang mengaku telah tiga tahun ini rehat dari bisnis esek-esek itu, bahkan hanya muncul di awal film, sebagai pembuka cerita, sebelum pada akhirnya muncul kembali di akhir cerita, dan hanya sesekali muncul di tengah cerita. Nyaris tidak ada konektifitas antara judul, dan jalan cerita.
Penggunaan judul Miyabi, sejak mula oleh Ody Mulya Hidayat sebagai produser dari Maxima Pictures, tampaknya hanya digunakan sebagai siasat untuk mendatangkan penonton belaka. Ihwal cerita, dan judul yang tidak saling mengait, tampaknya bagi produser sekelas Ody, yang hanya mempunyai goal meraih penonton sebanyak-banyaknya, tidak terlalu dipusingkannya.
Sebagai bintang porno, yang konon di Jepang sendiri bintangnya telah redup itu, nama Miyabi di benak Odi tampaknya, bisa menjadi senjata ampuh untuk mendatangkan penonton ke gedung bioskop. Dan magnit bernama Miyabi itu, akan diuji kebenarannya dalam hari-hari ke depan.
Meski demikian, Menculik Miyabi yang skenarionya ditulis Bang Marqee, dan disutradarai Findo Purnowo HW sejatinya mengalir dengan segar.
Sebagaimana film yang menyasar penonton remaja, yang notabene adalah prosentase penonton bioskop terbesar di Indonesia, gaya bercerita film yang mengambil lokasi syuting di Tokyo, dan Jakarta itu, menggunakan bahasa pengantar remaja (kota). Persoalan pokoknya juga tidak jauh-jauh dari dunia remaja, yang berputar pada masalah persaingan cinta, kecemburuan, pembuktian, dan bagaimana memaknai cinta dengan sepatutnya.
Pelancong Taiwan
Faktor Miyabi hanya digunakan sebagai sebab dari berawalnya cerita. Dikisahkan sebagai bintang iklan ternama di Tokyo, Jepang, Maria (Maria Ozawa) mendapat tugas mengantar surat undian pemenang sebuah produk ke Jakarta. Untuk itu, dia harus terbang ke Jakarta. Maka diup-datelah statusnya di blog pribadinya berbunyi: Saya akan terbang ke Jakarta.
Seketika di Jakarta, tiga sekawan yang dicitrakan dekat dengan semua unsur kepecundangan, dan sejak lama mengidolakan Miyabi, geger dibuatnya. Selanjutnya, ketiga sekawan itu berinisiatif menyambut Miyabi di bandara Soekarno-Hatta. Apa boleh buat, telah berserak para pencinta Miyabi lainnya di sana. Hingga akhirnya, muncullah sosok ayu nan sentosa di depan mereka semua. Kehebohan tidak terhindarkan, hingga secara simsalabim, ketiga sekawan itu berhasil menculik Miyabi.
Persoalan merumit, ketika mereka baru menyadari yang meraka culik bukanlah Miyabi yang sesungguhnya, melainkan pelancong Taiwan yang keseksiannya, nyaris tidak berbeda dengan sosok Miyabi. Miyabi sendiri, tertahan di Tokyo, karena paspornya tertinggal di rumah. Nah, sengkarut pembangunan cerita karena tiga sekawan yang menculik Miyabi palsu itulah yang dijual di film ini.
Lucunya, atau lebih tepatnya dikatakan setengah lucunya, si Mio Yaou Bie (Sabrina Pai) yang hanya bisa berbicara bahasa Cina, dan sedikit Inggris itu, justru menjadi sekondan setia, ketiga pecundang nan baik hati itu. Hingga akhirnya, sebagaimana stereotipe film drama komedi, Miyabi yang asli benar-benar mampir ke Jakarta. Sayangnya, adegan mampirnya Miyabi ke Jakarta, juga dibuat di Tokyo, karena larangan keras atas kedatangan mantan bintang porno itu menjalankan syuting di Jakarta.
Selain tidak melulu menjual kesensualitasan pendukung lakonnya, film ini mengalir dengan sangat biasa. Hanya faktor pendukung lakonnya seperti Nicky Tirta, Herfiza Novianti, Hardi Fadillah, Farish Nahdi, Sabrina Pai, ALessia Cestaro, dan Rizki Mocil, yang membuat film ini menjadi hidup. Bukan karena Miyabinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar